02. Seventeen.

49.5K 2.5K 28
                                    

Keluar dari kamarnya Dara tidak menemukan satu orangpun berada di dalam rumah. Sehabis subuh orangtuanya pamit pergi menjenguk neneknya yang sedang sakit, sedangkan kakaknya sudah kabur dengan sepeda motor besarnya.

Dara termangu sendirian di depan televisi yang sedang menyala. Wajahnya terlihat segar setelah mandi dan telah menghabiskan semangkok bubur ayam kebetulan lewat di depan rumahnya.

Hari ini tepat hari ulang tahunnya yang ke 17. Biasanya seorang gadis sepertinya akan merasa berbahagia di hari yang menurut orang-orang spesial, tapi tidak bagi Dara yang merasa hari ini terasa mengenaskan. Tidak ada ucapan dari orang-orang yang mengingat tanggal kelahiran dia.

Papanya yang bekerja di sebuah instansi pemerintah, serta Mamanya yang juga masih aktif bekerja sebagai staff accounting di sebuah perusahaan besar di kotanya terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Selama ini hanya Bibi Sulis, pembantu rumah dara yang bekerja part time di hari senin sampai sabtu, yang mengetahui rasa kesepian yang ada di hati Dara.

Terdengar suara pintu depan rumah dibuka dan ditutup kembali. Dara membiarkannya saja tanpa berusaha melihat siapa yang datang.

"Lagi ngapain Ra?" Ivan mendudukkan dirinya di sebelah Dara. Dara menoleh sekilas ke arah Ivan sambil menunjukkan ponsel yang sedang diotak atiknya dari tadi.

"Hari minggu kok sepi amat sih Ra? Pada kemana?" Ivan memang sudah akrab dengan keluarga Dara, karena hampir tiga tahun dia menjadi penghuni kos di sebelah rumahnya. Dia sudah terbiasa bebas keluar masuk rumah Dara seperti rumahnya sendiri.

"Papa Mama kan keluar kota Mas, kalo Mas Bayu kayaknya udah pergi dari tadi", jawab Dara malas.

"Kamu gak pergi?" tanya Ivan lagi.

Dara mengedikkan bahunya malas...
"Lagi gak mood keluar"

"Tumben?"

"Lagi bete aja Mas...hari ini aku kan ultah ke 17, tapi dilupain sama Mama", keluh Dara lirih.

Ivan menepuk jidatnya dan menatap wajah cantik Dara...

"Iya ya, sekarang kan tanggal lahirmu...Sorry Ra..aku juga lupa!" Ivan mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Dara. "Kalo gitu selamat ulang tahun deh Ra...semoga sehat dan panjang umur!"

"Makasih Mas...tapi hadiahnya mana hayoo?!" ujar Dara sekedar menggoda Ivan.

Ivan menatap Dara dengan senyuman manisnya, tangan Dara masih dalam genggamannya, posisi mereka saat ini sedang duduk menyamping dan  berhadapan di sofa panjang.

"Kamu mau hadiah apa sih Ra?"

"Terserah yang mau ngasih", jawab Dara pasrah.

"Beneran?" tanya Ivan lagi meyakinkan.

Dara tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalo gitu cepat pejamkan matamu Ra!" Ivan memerintah Dara. Senyum miring tersungging di bibir Ivan.

Tanpa berpikir panjang lagi Dara mengikuti apa yang Ivan minta... Ivan melepaskan genggaman tangannya dan mendorong tubuh Dara pelan hingga tergeletak di sofa.

Ditindihnya tubuh Dara dan dikecupnya bibirnya sebelum melumatnya dengan liar. Dara yang terkejut dengan spontan mendorong tubuh besar Ivan. Masih speechless dengan apa yang baru dia rasakan, jemari Dara bergerak meraba bibirnya. Ivan menatapnya dengan senyuman misterius.

"Mas Ivan jahat ya...tega teganya mengambil ciuman pertamaku!!" seru Dara kesal dan masih bingung dengan apa yang dia rasakan. Seluruh tubuhnya terutama wajahnya masih terasa panas. Dara mengambil tissue dan menghapus jejak ciuman Ivan dengan kasar.

DARA dan CINTAnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang