33. NASEHAT.

20.7K 1.4K 69
                                    

"Kalo kamu merasa ragu sama Ivan, kenapa kamu menerima cinta dia Ra?" Suara papanya terdengar tegas di telinga Dara hingga dia tidak berani mendongak menatap wajah pria cinta pertamanya itu.

Minggu pagi sehabis sarapan dan membereskan meja makan serta dapur, Dara mengajak kedua orangtuanya duduk bersama di ruang tengah. Dia menceritakan kepada orangtuanya tentang keinginan Ivan untuk menikahinya dan rasa takut  yang selalu menghantuinya jika Ivan berselingkuh ketika sudah menikah.

Ivan yang duduk di dekat Dara hanya diam dan bersabar dengan menahan seluruh luapan penjelasan yang ingin disampaikan ke calon mertuanya itu.

"Kalo kamu ragu dengan kesetiaan Ivan setelah kalian menikah nanti, lebih baik kalian berpisah saja sekarang. Karena modal pernikahan selain komunikasi..juga kepercayaan antara yang satu dengan yang lainnya. Bukan cuma modal cinta saja!" Ucap mamanya Dara lebih lembut dibanding dengan papanya.

Dara mendongak menatap mamanya seperti tak terima, begitu juga dengan Ivan yang seketika bibirnya ternganga ketika mendengar kata berpisah.

"Gak bisa gitu sih Ma..aku mau menikah sama Mas Ivan, cuma aku butuh waktu untuk mempercayainya setelah sekian tahun kami terpisah Ma!"

"Kamu gak boleh egois gitu Ra! Ivan sekarang sudah usia tiga puluh tahun  orangtuanya juga sudah kepingin punya cucu..terus kamu yang sekarang lagi menjalin hubungan dekat dengannya masih minta waktu lagi untuk dinikahi. Kalo papa jadi Ivan..ya lebih baik cari cewek lain yang mau dinikahi. Ngapain nunggu-nunggu cewek yang ragu-ragu seperti dirimu!" Ucap papanya lagi dengan gusar dan tidak sabar. Dia merasa gemas juga dengan anaknya yang seperti plin plan mengambil keputusan penting dalam hidupnya.

"Papa kok gitu sih? Gak malah belain aku yang anaknya..malah belain Mas Ivan!" Balas Dara dengan sewot. Dia melirik mamanya meminta dukungan.

"Bukan belain Ivan Ra..tapi papa pakai logika saja. Dengan kondisi Ivan yang sekarang..papa pikir banyak kok cewek yang bersedia untuk dinikahi secepatnya. Kamu aja yang kebanyakan mikir!" Jawab papanya lagi..dia menyandarkan tubuhnya di sofa dengan salah satu kaki yang menumpang di kaki yang satunya.

"Maaf Om...kalo memang Dara masih pingin menunda ya gak papa.. daripada kami harus berpisah!" Sela Ivan dengan harap-harap cemas. Dia juga tidak mungkin berpisah lagi dengan gadis yang dicintainya itu.

"Tidak Van! Waktu Dara mau mutasi ke Jakarta dulu, Om pikir hubungan kalian cuma sebatas kakak adik saja, jadi Om tenang melepasnya karena Om yakin kamu akan menjaganya. Tapi ternyata hubungan kalian lebih dari itu..sekarang Om jadi khawatir, bisa saja kalian melakukan hal yang akan mempermalukan kami dan orangtuamu nanti" Dengan nada lebih lembut papanya dara memberikan alasannya.

"Kami tidak sampai sejauh itu kok Om!" Sahut Ivan dengan rasa jengah.

"Om percaya itu..tapi ke depannya ketika Dara meminta pernikahan kalian ditunda dengan alasan yang gak masuk akal itu...bisa saja kalian khilaf melakukannya!"

"Pa...kenapa Papa gak percaya sama Dara sih?" Keluh Dara heran melihat papanya yang seperti memanas manasi hatinya Ivan.

"Bukannya gak percaya sama kamu Ra..tapi kondisi kalian yang sudah matang dan situasi lingkungan yang bebas bisa saja mempengaruhimu, dan membuat papa takut karena kamu perempuan. Kehormatan wanita itu yang harus dijaga hingga waktunya tiba nanti!"

"Atau gini aja, kalo Dara mau menunda menikah, apa gak lebih baik dia kembali ke kantor Surabaya aja Van. Dengan jarak yang kalian punya..kalian bisa saling mengevaluasi cinta kalian lagi..layak gaknya untuk kalian menikah nanti!" Ucap mamanya masih dengan nada lembut tidak seperti papanya yang menuntut.

"Ma...!" Dara menatap mamanya dengan perasaan yang sulit untuk menerima saran mamanya, dia tidak mau memiliki jarak lagi dengan Ivan setelah baru beberapa bulan mereka dekat kembali.

DARA dan CINTAnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang