Dara bernafas lega ketika sudah sampai di stasiun Gambir. Sesuai dengan instruksi Ivan, dia menyusuri pintu keluar dengan menyeret koper besarnya. Senyum tipis menghiasi wajah cantiknya. Petualangan hidupnya akan dimulai di sini..di tempat baru dengan orang-orang baru. Dia harus bisa menyesuaikan diri dengan hiruk pikuk kota Jakarta yang sebenarnya tidak dia suka.
Dari kejauhan dia melihat Ivan yang sudah mengetahui keberadaan dirinya. Dengan senyum lebar dia mendekati Dara dan meraih koper besar Dara.
"Welcome to Jakarta Dara...I hope you like your trip and happy to see me again"
"Thank you Mas Ivan, as you requested. Now I am here, are you satisfied?" sindir Dara pelan.
Ivan terkekeh pelan, dalam hatinya dia menjawab 'belum Dara, sebelum kamu menjadi milikku'
Dia segera meraih tangan kirinya Dara dan menggenggamnya menuju tempat mobilnya di parkir. Sekilas Dara menatap wajah Ivan yang semakin hari semakin terlihat tampan luar biasa dengan bentuk tubuh yang semakin kuat dan berotot.
Dia mendongak ke langit yang mulai menggelap untuk menghilangkan pikiran anehnya ketika bertemu Ivan lagi. Langit yang cerah dengan hiasan bulan purnama yang terlihat agak kemerahan di ujung timur membuat dirinya tersenyum. 'Dia seperti menyambutku dengan wajah cantiknya' batinnya.
Ivan baru melepas genggaman tangannya ketika membuka pintu mobil untuk Dara, sebelum meletakkan koper besarnya ke dalam bagasi.
"Kita cari makan dulu ya Ra!" ucap Ivan ketika mobil sudah melaju pelan di jalan raya..
"Terserah Mas Ivan aja!"
"Kamu pingin apa?"
Dara menoleh ke Ivan yang sedang berusaha meloloskan diri dari jeratan kemacetan. "Kalo aku sebutin apa yang aku mau, apa Mas Ivan bisa kasih?"
"Sebutin aja!"
"Aku pingin rawon iga, apa di sini ada?"
Sekilas Ivan menatap Dara dan tersenyum lebar.. "Kalo itu kita beli daging iga di supermarket dulu terus masak pakai bumbu jadi Ra... Aku belum pernah makan seperti itu di sini"
"Tuh kan...ribet dulu baru makan! Terserah Mas Ivan deh mau ajak makan apa!"
Ivan terkekeh pelan, tangan kirinya mengusap pucuk kepala Dara gemas.
"Kita cari sate aja ya..kamu kan suka sate kambing!" Ivan teringat dulu Dara suka mengajaknya berburu bakso, kalo bosan baru mencari sate kambing muda.
"Boleh..terserah Mas Ivan. Aku capek!" balas Dara menyandarkan tubuhnya setelah mengatur mundur sandarannya.
"Kalo capek..aku mau kok mijitin Ra!"
Dara mendengus, "Mana ada Bos mijit anak buah, yang ada anak buah mijitin Bos!"
"Di luar kantor kita kan adik kakak Ra!"
Dara mencebikkan bibirnya..
"Bener ya? Adik kakak? Awas lo kalo Mas Ivan jatuh cinta sama aku?""Emang gak boleh?"
"Mana ada adik kakak pacaran..kecuali tersesat!"
"Ya udah..biar aja aku jadi salah satu kakak yang tersesat!"
"Enak di elo..kagak enak di gue!" balas Dara dengan bahasa khas betawi.. Ivan tergelak, begitu juga dengan Dara..suasana yang tadinya terasa canggung kini berubah menjadi lebih santai..
"Belum juga sehari Ra..kamu sudah gaya-gayaan pake elo gue..haha", Ivan masih terkekeh hingga tiba di tempat penjual sate langganannya dia.
Dara mengekor di belakangnya ketika memasuki depot sate yang tidak terlalu besar, hanya ada 6 meja di situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA dan CINTAnya
General FictionWarning 21+ IVANDER HANGGORO, pria tampan yang memiliki alis tebal yang menaungi mata tajamnya, berhidung mancung dan memiliki lesung pipi itu pernah menjadi bagian dari masa lalunya. Pernah mencintainya dan pernah ditolaknya. Seorang mahasiswa yan...