Dara berkacak pinggang dan tersenyum lega ketika ranjang sudah terlihat rapi dengan sprei warna merah maron, meja sudah diberi penutup dengan vas orange kecil yang terisi bunga mawar palsu warna merah dan berdaun hijau.
Di dinding kamar sudah bertengger televisi flat 32 inch pemberian dari Ivan. Cermin seukuran dada juga sudah tersedia. Yang lainnya dia belum sempat membelinya karena waktu yang terbatas sepulang kerja.
Sehabis mandi dan sholat Isya, Dara duduk di kursi depan meja yang sudah terisi laptop, dia termenung di sana merasakan kesendirian jauh dari orangtua dan teman-teman yang sudah dikenalnya.
Tapi ini sudah menjadi konsekuensinya ketika menyetujui permintaan pria yang menjadi cinta pertamanya itu. Sampai saat inipun Dara tidak memungkiri kalau rasa cinta itu masih ada, apalagi dengan kondisi Ivan saat ini yang membuat wanita manapun akan bertekuk lutut kepadanya.
Tapi tidak bagi Dara..dia kecewa dengan kakak jadi-jadiannya itu Secara kasat mata Ivan memang begitu sempurna, tapi secara rohaninya Ivan berubah, tidak seperti yang dulu.
Dibalik sikap mesumnya kepada Dara...dulu Ivanlah yang selalu mengingatkan Dara untuk melakukan sholat 5 waktu dan mengajaknya ke Masjid untuk sholat terawih ketika bulan Ramadhan.
Tapi untuk dua hari yang dia lalui bersama Ivan..sepertinya Dara kehilangan semua itu. Ivan seolah terjebak dengan alur dunia hingar bingar yang diikutinya hingga dia terlupa bahwa semuanya hanya sementara. Dia berharap apa yang dilihat dalam diri Ivan saat ini tidak akan berlanjut lama.
Mengingat momen indahnya bersama Ivan..tak terasa airmatanya menetes... Dia merindukan Ivannya yang dulu... Tanpa dia sadari, Dara membuka galeri foto Ivan semasa mahasiswa dulu. Di saat pria itu mengenakan kostum pemain volly dan melakukan pukulan bolanya. Terlihat sangat indah...
Tapi waktu tak akan bisa terulang...semuanya sudah terlewati. Dara menyeka airmatanya sebelum beranjak ke ranjang barunya. Jam di tangannya menunjuk ke angka 10 dan tubuhnya sendiri terasa lelah. Setelah memastikan dia tadi sudah mengunci pintu kamarnya..akhirnya diapun terlelap.
---♥️♥️---
Dara baru keluar kamar mandi ketika ada suara ketukan di pintu kamarnya. Dengan handuk yang masih tergulung di rambut basahnya dia segera membuka pintu.
Matanya membulat ketika telah berdiri di depan pintu sosok rapi berjas warna navy dan berdasi merah yang tergantung indah di kemeja putihnya.
Dara mengangkat dagunya..
"Baru jam berapa Mas? Pagi bener berangkatnya?"Ivan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Dara. Dia langsung meletakkan bungkusan di meja. "Bubur ayam Ra, khawatir kamu gak sarapan!"
"Alhamdulillah..rejeki adik sholehah. Makasih ya Mas!" ucap Dara lembut.
Ivan membuka jasnya dan menyampirkan ke kursi sebelum dia merebahkan tubuhnya ke ranjang.
"Aturannya tamu gak boleh masuk kamar lo Mas! Apalagi tiduran!" tegur Dara pelan.
"Aturan yang tidak berlaku untukku Dara. Aku bisa membeli rumah kos ini kalo aku mau. Lagipula kita kan sepupu!" Balas Ivan sedikit menyindir Dara.
"Tapi kan gak enak sama penghuni lain Mas?"
"Ini Jakarta Ra...Banyak orang yang berpura-pura suci untuk menutupi kebusukannya. Tetapi banyak juga orang yang baik dan tulus di sini. Kamu masih terlalu polos untuk memilah dan mengetahui yang sebenarnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA dan CINTAnya
General FictionWarning 21+ IVANDER HANGGORO, pria tampan yang memiliki alis tebal yang menaungi mata tajamnya, berhidung mancung dan memiliki lesung pipi itu pernah menjadi bagian dari masa lalunya. Pernah mencintainya dan pernah ditolaknya. Seorang mahasiswa yan...