19. KEPUTUSAN DARA.

22.9K 1.5K 34
                                    

Senin pagi Dara sudah berkutat dengan berkas-berkas yang ada di mejanya untuk diinput ke komputernya. Dia berusaha untuk konsentrasi dengan apa yang sudah menjadi rutinitasnya hingga ketika dering ponselnya berbunyi membuatnya berjingkat karena kaget.

Nama Ivan tertera di layarnya, dan Dara berdecih berusaha mengabaikan. Setelah kemarin Ivan menginap semalam di rumah Dara, baru minggu sore dia kembali ke Jakarta dan berpisah dengannya. Sekarang dia menghubunginya lagi, Dara menghela nafasnya berat. Dia takut kebersamaannya dengan Ivan semakin membangkitkan cinta pertamanya yang mulai menyeruak kembali.

"Ra..telponnya diangkat dong!" Seru Elsa yang baru selesai dari toilet dan mengagetkan lamunan sekilas Dara. Dia segera mengangkat gagang telpon yang ada di mejanya yang dari tadi berteriak minta diangkat.

"Halo.."

"Dara..ada telpon dari Bos Ivan di line 1!" Elfira, resepsionis memberikan info yang mau gak mau harus dia terima tanpa dia bisa menolaknya.

"Ra..!" Suara khas Mas Ivan yang sexy itu terdengar di seberang sana ketika Elfira sudah menutup saluran telponnya.

"Selamat pagi Pak!" sapa Dara malas..

"Pagi..kalo di telpon jangan panggil Pak dong Ra! Kayak biasanya Mas gitu!" Protes Ivan yang merasa jengah dengan panggilan resminya di kantor.

"Maaf Pak..ini jam kantor, saya mesti profesional!" Sindir Dara halus.

Ivan di seberang sana terkekeh..

"Tadi aku telpon ponsel kamu kenapa kok gak diangkat Ra?"

"Maaf Pak..saya sedang sibuk!" jawab Dara jujur.

"Tapi kamu sudah bilang Bu Diana kalo bersedia mutasi kan?"

"Belum"

Terdengar helaan nafas di seberang telpon..

"Ayolah Ra! Orangtuamu juga sudah kasih ijin..kamu mesti nunggu apalagi?" desak Ivan yang membuat Dara terus menerus merasa dipojokkan dengan pertanyaan yang sama dalam beberapa hari ini.

"Tolong jangan paksa saya Pak!"

"Disini lagi butuh orang seperti kamu Ra!"

"Kantor yang butuh atau Bapak yang butuh ya?"

"Dua-duanya Ra!" terdengar Ivan terkekeh yang membuat Dara tersenyum masam.

"Saya bukan pelayan atau baby sitter ya Pak!"

"Ra..!"

"Iya Pak!"

"Dicoba dululah beberapa bulan, nanti kalo kamu gak betah bisa kok balik lagi ke Surabaya!" Ivan berusaha merayu Dara..

"Iya..balik kesini lagi sudah gak ada posisi kosong!" balas Dara gusar.

"Atau kamu berat meninggalkan cowokmu di sini ya?"

"Kalo iya kenapa Pak?"

"Ya besok aku datang ke Surabaya lagi buat ketemu cowokmu!"

"Gak perlu segitunya kali Pak!"

"Terus aku mesti gimana lagi supaya kamu menuruti permintaanku?"

Dara hanya terdiam ketika di seberang sana Ivan masih berusaha merayu Dara dengan perkataannya yang bla bla bla..hingga membuat dirinya jengah.

"Ok..ok Mas..aku bersedia mutasi ke Jakarta. Udah..puas kan!!!" akhirnya Dara tak tahan dengan ocehan Ivan dan menuruti kemauannya. Wajahnya terlihat kesal.

DARA dan CINTAnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang