TUJUH

79.3K 6.7K 40
                                    


BAB 07 - Rumah Mertua

🌻

Cut tersenyum lega melihat komentar yang di tinggalkan. Syukur lah rencananya berhasil. Cut tadinya sempat pesimis, takut tidak ada yang percaya.

"Feel better?"

"Heum" Cut mengangguk senang

Rasa gelisah nya sirna sudah. Pernyataan yang mereka publikasi di terima dengan baik. Beberapa juga ada yang meminta maaf karena telah mengatai Cut. Lucu juga melihat mereka. Secepat itu berubah.

Al ikut tersenyum walau hanya senyum tipis "Bunda suruh kerumah" beritahu Al saat mereka sudah di dalam mobil

Cut juga mendapat pesan yang sama dari Bunda Arini

"Iya. Nanti singgah beli buah tangan dulu"

"Hm"

Setelah menempuh satu jam perjalanan. Mobil Al memasuki pekarangan rumah mewah kediaman keluarga Farhan Akbar. Rumah tiga tingkat itu yang terlihat elegan dengan arsitektur nya yang menyerupai bangunan Eropa.

Al memencet bel rumah. Tidak lama pintu dibuka oleh Mbok Muti

"Assalamualaikum, mbok" ucap Al seraya menyalami mbok dan diikuti oleh Cut

"Waalaikumsalam. Ini istrinya den Al ya? Cantik pisan."

Cut mengulas tersenyum "Iya mbok terimakasih. Salam kenal"

"Ayo masuk Den, non"

"Panggil Cut aja Mbok" Cut merasa tidak nyaman saat orang yang lebih tua memanggil nya dengan hormat.

"Saya gak berani non. Gak sopan" bantah Mbok sungkan biarpun sudah lama bekerja di rumah ini tapi mbok Muti tidak berani

"Gak papa bi, panggil Cut aja" ucap Al

"Gak enak Aden"

Al menghela nafas. Mbok Muti terlalu bersikap sungkan. Padahal Al dan keluarga nya sudah menganggapnya bagian dari keluarga ini.

"Ya udah senyaman Mbok"

Mbok Muti mengangguk lalu pamit ke belakang.

"Aduh mantu Bunda" sapa Bunda Arini pada Cut "Bunda kangen banget sama kamu" ujarnya memeluk dan mencium pipi serta kening menantunya dengan sayang

Setelah itu Bunda beralih pada anak sulungnya. Menatap Al dengan garang
"Dasar anak nakal! Mentang mentang punya istri lupa sama ibu nya" mulutnya boleh saja berucap demikian tapi tindakan nya lain. Bunda Arini memeluk putranya erat bahkan dengan gemas Bunda Arini mencium pipi putra hingga berbunyi

Al yang mendapat perlakuan dari sang Bunda tertawa kecil. Membalas kecupan di kening sang Bunda.

"Ekhm. Bisa lepaskan istri saya?!"

Ketiga orang yang saling melepas rindu itu menoleh ke asal suara. Sosok tuan Farhan Akbar berdiri tegap menatap mereka tajam. Ah lebih tepatnya Al yang saat ini masih mendekap erat tubuh Bunda Arini.

Abang Or Suami? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang