EMPATPULUHSATU

51.9K 3.7K 61
                                    

BAB 41 - KABAR MENYAKITKAN

🌻


Tap.. tap.. tap

Langkahnya tergesa-gesa, nafasnya terdengar berat, peluh membanjiri dahinya, tampilannya juga acak-acakan. Sosok Alterio yang biasanya terlihat rapi, kini terlihat berbeda. Dua puluh empat jam lebih didalam pesawat dengan hati yang terus gelisah, membuat Al tidak memperdulikan penampilan nya. Al bahkan hanya sanggup menelan empat sendok nasi dan segelas air putih selama perjalanan.

Langkahnya mulai pelan saat netra hitam nya beradu dengan netra milik sang sahabat.

"Dia gimana?" Tanyanya dengan nada lirih

Fano, Keno, bungkam. Tidak berani membuka mulut, takut jika Al akan terluka. Mereka hanya bisa memberinya tatapan sendu.

"Fan? Dia gimana?" Al kembali bertanya, kali ini terdengar tidak sabaran

"Dia keguguran" beritahu Keno dengan berat hati

Al tidak bisa berekspresi, terlalu terkejut dengan fakta yang terucap barusan.

"Ke guguran?" Ulangnya mencoba memastikan pendengaran nya

"Ya" jawab Keno singkat

Rasanya begitu menyakitkan, Al bahkan tidak mampu menahan tubuhnya agar berdiri tegak, mungkin ia akan meluruh jika Keno tidak menahannya.

"Gue bahkan gak tau dia ada" Lirihan itu terdengar menyesakkan, tanpa bisa dicegah air matanya menetes. Harusnya kehadiran dia adalah kabar bahagia, bukan kabar duka seperti ini.

Keno memeluk tubuh rapuh Al. Disaat seperti ini, tidak ada yang Al butuhkan selain pelukan. Karena kadang kala kata-kata penghibur malah terdengar seperti bualan semata.

"Dia butuh Lo, sana masuk" Keno menepuk punggung Al dua kali sebelum melepaskan pelukannya.

Al mengangguk sekilas, kemudian melangkah perlahan menuju pintu ruangan Cut. Pemuda itu menarik nafas dalam-dalam, merapikan tampilannya sedikit sebelum membuka pintu.

"Assalamualaikum"

Langkah Al terasa berat untuk mendekat pada tubuh yang terbaring lemah itu.

"Assalamualaikum" ucap Al kembali ketika ia sudah disisi ranjang Cut

"Waalaikummussalam"

Netra bening yang selalu membuat Al tenang kini tidak ada lagi. Mata itu menunjukkan kerapuhan, kesedihan dan luka. Demi Tuhan, Al tidak suka melihatnya, terasa menyakitkan.

"Sayang" Al menatapnya lembut penuh kasih sayang, membelai wajah pucat itu penuh cinta, menggenggam tangannya erat, menyatukan kekuatan mereka.

Netra bening itu berkaca-kaca
"Cut ibu yang buruk, Cut bahkan gak tau kalau dia ada di sini" tangan kecil nan rapuh itu mengelus permukaan perutnya yang datar, malaikat kecil nya pernah hadir disana.

Al tersenyum pedih, ikut mengelus lembut perut itu dengan tatapan yang tidak berpindah dari wajah sang istri.

"Allah sayang kita, Allah sayang dia juga. Ikhlaskan dia. Semoga suatu hari nanti Allah mengizinkan adiknya hadir disini dan Allah mengizinkan kita menjadi orangtua seutuhnya" kalimat Al membuat Cut merasa lebih baik

"Peluk, mas" pinta Cut

Dengan segera Al mendekap tubuh itu. Mengelus lembut kepala nya, nafasnya terdengar tidak beraturan, tubuhnya bahkan terasa gemetaran. Lalu isakannya mulai terdengar. Al mengeratkan pelukannya, berusaha keras menahan diri agar tidak ikut menangis.

Abang Or Suami? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang