DUABELAS

60.5K 5.4K 42
                                    

BAB 12 - Jiwa Yang Terguncang

🌻



"Terimakasih sudah menghubungi, Assalamualaikum"

"Sama-sama bang. Waalaikumsalam"

Tut Tut

Arman Akbar bernafas lega setelah panggil itu terputus. Untung saja ia tepat waktu, coba jika Abangnya itu sudah lebih dulu tau dari yang lain? Bisa habis dirinya di marahi seperti kala itu.

Arman mengelus dahinya, sekarang ia ikut pusing akan masalah yang menimpa ponakannya dan istri ponakannya itu.

"Semoga Bang Farhan punya ide" gumamnya pasrah

Sebagai kepala sekolah sekaligus keluarga dekat Al. Arman tentu akan sulit mengambil keputusan. Jadi satu-satunya hal yang akan membantu nya dalam mengambil keputusan adalah ide brilian dari sang Abang. Karena dilihat dari segi manapun, kasus ini buntu. Memang ada satu cara, tapi itu juga beresiko.

Arman juga tidak yakin cara itu berhasil tapi mungkin Al dan bang Farhan punya rencana lebih. Siapa yang tau isi otak bapak dan anak itu?

"Pak?"

Arman menoleh. Ia baru ingat jika asistennya ada di sana "Oh. Jadi kapan rapat dengan komite disiplin?"

Rapat komite disiplin adalah rapat antara komite sekolah dan para guru serta perwakilan orang tua murid terkait --untuk memutuskan hukuman bagi murid yang melanggar peraturan (berat). Guys ini aku ide sendiri. Jan kalian samain dengan di kehidupan nyata okey?!

"Besok pak. Dan lusa untuk rapat donatur"

"Hubungi donatur, beritahu rapat gabungan besok." Ini adalah pesan dari Abangnya, agar rapat di gabungkan. Farhan ingin menyelesaikan permasalahan itu dengan sekali pertemuan.

"Ya?" Norman mengernyit, tidak pernah sebelumnya rapat donatur di gabung

"Kurang jelas?"

Norman menggeleng cepat dengan raut cemas "Mengerti pak. Akan saya hubungi para donatur"

"Hm. Kamu bisa keluar"

Norman bernapas lega. Syukur ia cepat terbebas. Jika tidak mengingat gaji yang di berikan, Norman mungkin sudah dari lama mengundurkan diri. Semua yang menyandang marga Akbar itu gila.

"Permisi pak" Arman mengangguk singkat

🌻

Ayah Farhan menyesap kopi nya dengan santai. Ia masih menunggu dengan sabar apa yang ingin Putranya sampaikan. Walaupun waktu telah berlalu selama tiga puluh menit --Al tidak juga membuka mulutnya.

"Ayah"

Akhirnya

"Hm"

"Ayah pasti udah tahu kejadian hari ini" Farhan mengganguk kecil "Hm, jadi?"

"Al butuh bantuan Ayah"

Ayah Farhan tidak bisa menahan diri untuk tidak terkekeh. Putranya ini baru saja meminta tolong bukan? Sudah lama sekali Al tidak meminta bantuannya. Terakhir seingat Farhan, saat Al kelas 2 SMP.

"Kamu tidak percaya dengan kemampuan sendiri?" Tanyanya dengan bibir berkedut

Al menghela nafas dan menggeleng "Bukan, tapi Bunda yang suruh"

Farhan mengangguk angguk. Sudah ia duga, Putranya ini memiliki ego tinggi. "Jadi kamu punya rencana sendiri?"

"Ya"

Abang Or Suami? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang