DUAPULUHTIGA

44.3K 3.7K 20
                                    

BAB 23 - PENSI

🌻


Hari ini tampilan SMA Garuda terlihat berbeda, dimulai dari koridor yang dipenuhi hiasan-hiasan cantik, juga sebuah panggung megah berdiri kokok ditengah tengah halaman sekolah. Kesan mewah, elegan serta manis khas anak sekolah menyatu dan menjadi perpaduan yang luar biasa.

Sembilan stand bazar juga ikut berjejer rapi, lengkap dengan isinya. Ada baju, celana, jam tangan, sepatu-sandal, aksesoris, lukisan, dan alat musik. Meskipun semua hasil sumbangan dari anggota OSIS dan juga murid SMA Garuda, tetapi barang-barang tersebut masih terlihat baru, bahkan ada yang bermerk LV dan Dior. Jadi tidak heran jika saat ini sudah banyak yang berburu. Termasuk Zidan dan Rian.

"Asli woi! Ini pasti sultan yang nyumbangin" teriak Zidan heboh dengan tangan memegang sebuah topi bermerk Dior "Tapi kok familiar ya?" Gumamnya begitu memperhatikan benda tersebut dengan seksama

"Punya si bos itu mah" sahut Rian

"Pantesan"

"Cabut ke stand makanan aja yuk. Laper nih" ajak Rian "Udah deh biarin orang lain beli, Lo kayak gak mampu beli yang baru aja" sinis Rian menarik paksa topi dari tangan Zidan lalu meletakkan kembali pada tempatnya

"Kalau ada yang murah kenapa mesti beli yang mahal?" Katanya membuat Rian memutar bola matanya malas

"Yuk lah, cacing Gue udah kelaparan nih"

"Ck nyusahin aja Lo" keduanya keluar dari stand aksesoris lalu menuju stand makanan dan minuman

"Loh? Kok mang Maman di mari?" tanya Rian sedikit terkejut melihat pedagang yang biasa berjualan di kantin

"Nak Al yang nyuruh. Kalian mau makan apa?"

Zidan dan Rian ber-oo ria "Sosis sama bakso bakar sepuluh tusuk mang" ujar Rian "Lo mau apa? gue traktir"

Wajah kecut Zidan langsung sumringan "Gue sosis dua puluh tusuk" dan geplekan zidna terima setelah nya "Sakit anj--!"

"Masih pagi oon, sepuluh tusuk bagi dua aja"

Mang Maman menghela nafas, Sudah biasa dia melihat tingkah dua pelanggan setia sekaligus rusuhnya itu berdebat "Nih lima tusuk bakso dan lima tusuk sosis. Hari ini gratis, soalnya stand ini udah dibayar Nak Al. Dah sana pergi kalian" setelah memberikan dua bungkus, mang Maman mengusir mereka yang untungnya tidak ada bantahan.

"Si bos kok baik bener ya? Apa karena kelebihan uang? Kenapa gak disumbangin buat gue aja coba, kan lebih banyak pahalanya. Gue kan anak yatim" cerocos Zidan panjang lebar

"Ya karena lo anak yatim kaya raya. Mak Lo noh janda bohai nan kaya pemilik sorum mobil mewah, kilang minyak sama pemilik hotel bintang lima hmmpp" ucapan Rian terputus karena Zidan membekap mulutnya

"Diam Lo! Berabe kalau didengar cewek cewek, entar makin banyak yang naksir. Kan gue yang susah"

Rian menepuk nepuk tangan Zidan yang berada di mulutnya "Sialan Lo, tangan Lo habis megang apaan? Bau banget sumpah!"

Zidan mencium tangannya "Hehe, sorry mas bro, gue habis eek lupa pake sabun"

"Zidan anak anj*ng!"

Disaat Zidan dan Rian asik berdebat, disisi lain ada Al yang baru saja tiba dengan penampilannya yang sukses mencuri perhatian semua orang.

"Padahal seragam, tapi kenapa hanya bang Al yang kelihatan ganteng?" Ucap Angga tidak terima, Al baru saja datang tetapi langsung menjadi pusat perhatian. Seolah kemeja abu-abu dan celana hitam, memang dirancang untuk Al seorang.

Abang Or Suami? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang