BAB 14 - RUMAH SAKIT
🌻
"Abang kapan bangun?" tanya Cut lirih pada tubuh kaku dihadapan nya kini. Alat-alat bantu terpasang di beberapa anggota tubuh Al.
"Abang tidak lelah tidur terus?" Gadis itu kini terisak pelan. Cut takut, kondisi Al begitu serius. Belum lagi Al juga sempat menjalani operasi di bagian kepalanya. Kata dokter jika Al tidak sadar hingga besok pagi, kemungkinan besar Al akan koma.
"Abang ingin dengar pengakuan Cut?" Gadis itu menghela nafas sebelum melanjutkan "Cut sayang Abang. Gak tau kapan, tapi yang jelas sekarang, Cut sayang Abang" Gadis itu kemudian tersenyum miris, --mengakui perasaan saat orang yang ia sayangi tidak sadarkan diri.
"Maaf karena Cut hanya berani saat keadaan Abang seperti ini"
Gadis itu lalu kembali mengajak Al berbicara, ia menceritakan banyak hal kepada Al. Hingga tanpa sadar dirinya terlelap.
Saat itu pula Al yang merasa lengannya memberat, --membuka matanya. Pemuda itu tersenyum di balik masker oksigen nya "Sa ya juga Saya..ng ka..m..u" ucapnya terbata
Sebenarnya, Al sudah siuman sejak Cut duduk di sampingnya. Tapi karena kepalanya masih terasa sakit, Al urung membuka matanya. Awalnya ia ingin kembali tidur namun siapa sangka, Al malah mendengar hal mengejutkan dari mulut Cut. Seketika saja, rasa sakit yang tadi ia rasakan, hilang begitu saja.
Al meraih tangan Cut untuk ia genggam "Selamat tidur istri" ucap Al, sebelum akhirnya kembali memejamkan matanya. Karena ternyata rasa sakit itu kembali mendera. Efeknya singkat ternyata
🌻
Silau sinar matahari mengusik tidur Cut, gadis itu terperanjat begitu melihat jam dinding menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit. Itu artinya Cut tidak melaksanakan kewajibannya --shalat subuh.
Cut menatap sekeliling dengan kening berkerut. Bukanya semalam ia duduk di samping ranjang Al? Jadi mengapa dirinya sekarang ada di kamar ini?
"Apa Ayah ya yang pindahin?" gumamnya seraya melangkah keluar
Begitu membuka pintu, Cut mendapati mami-papi, mertuanya dan juga nenek Al beserta paman-bibi Al --sedang berbincang. Lalu kakinya terpaku saat melihat Al kini tengah duduk bersandar di ranjangnya.
"Cut, sini sayang" Bunda Arini yang pertama kali menyadari kehadiran Cut, langsung memanggil nya
Bukannya menuju Bunda Arini, Cut malah melangkah kearah Al
"Abang" lirih nya merasa senang dan juga lega. Syukurlah mata itu kembali terbuka.
Al membuka lebar kedua tangannya. Melihat itu, Cut langsung melemparkan tubuhnya dalam dekapan Al. Gadis jtu menangis haru dalam dekapan Al.
"Udah cuci muka?" Bisik Al di telinga Cut --merusak suasana haru itu
Cut melepas pelukannya, menatap malas pada Al. Sedangkan pemuda itu tanpa merasa bersalah malah bertanya "Apa?"
Menahan keinginan nya untuk menimpuk kepala Al. Cut memilih kekamar mandi.
Saat Cut keluar, gadis itu hanya mendapati Al di sana "Loh pada kemana?" Perasaan tidak sampai sepuluh menit ia di dalam kamar mandi.
"Pulang"
Cut mendekat kearah Al "Abang udah sarapan?" Al mengaguk "Bunda bawa sarapan. Sana makan dulu" kata Al menunjuk rantangan di atas meja
"Abang dari kapan bangunnya?" tanyanya disela-sela menyuap nasi kedalam mulutnya "Subuh"
Cut mengangguk. Menyimpan bekas makan nya lalu duduk bersandar, sambil main hp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Or Suami? (END)
Fiksi RemajaMenikah di usia dini bukan keinginan Cut Malihah Malik, namun itu merupakan wasiat dari sang ayah. Cinta dan baktinya kepada sang ayah, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menerima.Dan yang lebih mengejutkan dia dijodohkan dengan Abang sepup...