ENAMBELAS

55.8K 4.9K 74
                                    

BAB 16 - ?

🌻

Al menutup buku di tangannya dengan kasar. Pemuda itu merasa bosan setegah mati. Jika saja hari ini ia sekolah mungkin Al tidak akan merasa seperti ini. Tapi apalah daya ketika Bunda tercinta sudah mengeluarkan keputusan.

Bukan tanpa alasan sebenarnya Bunda melarang Al sekolah. Al masih dalam tahap penyembuhan. Tapi bagi Al, dia merasa dirinya baik-baik saja, hanya kepalanya saja yang terasa sedikit pusing.

Al meraih ponselnya yang berbunyi. Ada panggilan masuk dari sekertaris ayah Farhan -Om Stev.

"Halo"

"Sidang selesai. Leon dan gengnya di jatuhi hukum sepuluh tahun penjara dan denda 5 milyar"

"Hm, terimakasih om"

"Sudah tugas saya. Selamat siang"

"Selamat siang"

Al menghela nafas kasar begitu panggilan berakhir. Al merasa sedikit kasihan dengan Leon dan gengnya. Bagaimana pun mereka masih sekolah. Tapi Al juga tidak bisa berbuat apa-apa, penyerang Leon terhadap nya bukan lah satu-satunya kasus yang membuat mereka di penjara selama itu, tapi kasus narkoba dan juga pembunuhan berencana.

Ya Al akui semua itu terbongkar karena nya, jika saja Leon tidak menyerangnya mungkin ayah Farhan tidak akan repot-repot mengulik seluruh kejahatan nya. Sudah tau bukan jika Ayah Farhan tidak akan diam dan membiarkan siapapun yang mengusik keluarga nya bebas dan hidup tenang.

Mengingat kejadian itu, Al rasanya harus berterima kasih secara langsung pada sahabat nya, Iko dan Reyhan, yang sudah membawanya kerumah sakit. Al tidak bisa membayangkan kejadian buruk apa yang akan terjadi jika saja malam itu Iko dan Reyhan tidak lewat disana.

"Assalamualaikum"

Senyum Al merekah mendengar Amara membawa salam. Artinya Cut juga sudah pulang. Tanpa menunggu lama Al segera beranjak. Sesampainya di ruang tamu, senyum Al lenyap berganti dengan rahangnya yang mengeras.

"Dia pingsan. Gue cuma nolongin gak ada maksud lain" jelas Fano cepat seraya menyerahkan tubuh Cut dalam gendongan Al

Ekspresi Al sedikit melunak mendengar penjelasan itu. Tapi kembali mengeras saat melihat kondisi istrinya.

"Amara ikut ke kamar Abang. Lo bisa mandi di kamar bawah" ucapnya pada Fano saat melihat kondisi Fano juga sama berantakannya seperti Cut "Selesai, temui gue di ruang tamu" lanjutnya sebelum naik kelantai atas

Setelah mengurus Cut, Al turun menuju ruang tamu. Dimana Fano dan yang lainnya menunggu.

"Gue butuh penjelasan" Al menatap tajam ke arah Acha, Amara dan Fano

"Cut di bully Disya"

Al mengepalkan tangannya. Disya. Al tau gadis itu. Hanya saja Al tidak menyangka jika gadis itu punya nyali besar menyentuh Cut, istrinya sekaligus menantu Farhan Akbar.

"sepertinya dia punya power" batin Al

"Terimakasih sudah membantu Cut" Al menepuk bahu Fano sebelum meninggal ruangan itu.

Acha menghela napas lega begitu Al pergi "Gila si Al serem banget natapnya"

Amara tertawa kecil, Acha baru melihat sisi yang biasa dari Abang nya, coba kalau Acha melihat sisi manja Al, auto kejang dia.

"Abang pulang ya" Fano pamit sambil mengusap kepala Amara yang dilapisi kerudung itu.

Acha terdiam mengamati keadaan, sikap Fano berlebihan, mereka pacaran kah?

Abang Or Suami? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang