BAB 11 - FOTO LAGI
🌻
Cut melirik sekeliling dengan kening berkerut. Mereka menatap nya seperti Cut virus menjijikkan. Cut binggung tentu saja, ia tidak tau apa dia membuat kesalahan atau semacam dosa besar sehingga pantas mendapatkan tatapan itu?
Kenapa?
Apa yang terjadi?
Tadi pagi mereka bahkan bertukar senyum. Lantas apa yang terjadi sekarang? Mengapa mereka menatap nya begitu?
"Cut!"
Cut segera menoleh saat mendengar teriakan itu. Keningnya lagi-lagi berkerut melihat Acha yang menatapnya khawatir?
"Kenapa Acha?"
Bukan jawaban yang Cut dapat kan, melainkan Acha yang menarik tangannya dan berlari tergesa-gesa.
"Kita mau kemana?" tanya Cut lagi
"Jangan nanya dulu, ikut aja" Cut akhirnya pasrah saja dalam tarikan Acha
Acha menghentikan larinya dan berbalik menatap Cut lekat --memegang bahunya "Jangan nangis dan jangan takut. Gue percaya Lo"
Cut semakin bingung untuk memahami ucap Acha. Tapi lagi-lagi Acha tidak menjelaskan lebih, dia malah kembali menarik Cut mendekati kerumunan orang di depan sana --di depan mading.
Begitu sampai, tubuh Cut terasa kaku. Tidak bisa di gerakan. Foto-foto yang tertempel di sanalah penyebabnya. Foto cium kening. Foto Cut dan Al berpelukan, dan terakhir, foto mereka memasuki apartemen yang sama.
"Sepupu apaan yang cium kening mesra gitu"
"Parah benget sih ini, Sampe tinggal seatap pula"
"Munafik banget jadi orang, kirain beneran alim, eh tau-tau nya"
"Malu tuh sama kerudung"
"Dasar murahan"
"Iuhh. Sok polos ternyata"
"Alim modal kerudung doang"
Cukup! Bukankah kata-kata itu terlalu kasar bagi mereka sebagai anak sekolah?
Mata Cut bahkan sampai berkaca-kaca mendengar cemoohan dari siswi-siswi disampingnya. Tidak tahan Cut merobek foto foto itu kasar, kemudian berlari menjauh dari kerumunan itu. Tanpa peduli pada Acha yang berteriak memanggil nya.
Cut butuh Al.
🌻
"Sekian rapat hari ini, terimakasih waktunya. Kalian boleh keluar" ucap Al menutup rapat pagi ini
Begitu para anggota OSIS keluar, Al langsung menyandarkan tubuhnya di kursi --memijat kepalanya yang terasa pening. Bebannya sebagai ketua OSIS membuat waktu dan tenaganya terkuras. Pensi yang akan berlangsung kurang dari sebulan lagi cukup membuat Al kewalahan. Belum lagi persiapan UN.
Suara pintu terbuka, membuat Al membuka matanya. Al bangkit dari kursinya menuju Amara yang baru masuk. Adiknya terlihat kelelahan.
"Duduk dulu" ucapnya membawa Amara duduk di sofa sana
Al meraih sebotol air mineral dan memberikan nya pada Amara "Kenapa?" Tanya setelah Amara minum dan mengatur napasnya
"Bang Al, udah liat mading?"
Kening Al berkerut "Hm?"
"Abang belum tau berita itu?"
"Berita apa?" Tanya Al lagi dengan alis terangkat
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Or Suami? (END)
Teen FictionMenikah di usia dini bukan keinginan Cut Malihah Malik, namun itu merupakan wasiat dari sang ayah. Cinta dan baktinya kepada sang ayah, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menerima.Dan yang lebih mengejutkan dia dijodohkan dengan Abang sepup...