Part 1

1.4K 60 0
                                    

"ketika aku tak bisa menolak takdir. Dimana dan pada siapa aku dititipkan"

****

"Laras! Bangun sudah siang! Ini hari pertama kamu sekolah!" teriak wanita berusia 37 tahun dari luar pintu kamarku. Ayuntias, atau biasa dipanggil Ayu. Wanita yang dengan taruhan nyawa, melahirkan putri kesayangannya. Laras.

"Sebentar lagi ma. Laras masih ngantuk," jawabku dengan mata masih menutup rapat.

Itu lah aku, Laras. Lebih lengkapnya Larasati. Seorang gadis yang terlalu santai menjalani hidup. Tidur sesukaku dan bangun tidurpun sesukaku. Tapi tidak dengan mama. Ia selalu saja menjadi pemutus bunga tidurku karena selalu berteriak di belakang daun pintu untuk membangunkanku. Sungguh, menyebalkan.

Banyak orang yang bilang bahwa aku adalah bunga desa. Bagaimana tidak, hanya aku gadis yang masih sekolah dan pastinya belum menikah. Karena hampir seluruh gadis di Desaku sudah menjadi milik orang lain. Ditambah dengan parasku yang tak kalah dengan Syifa Hadju. Pipi cubby dan gigi ginsul yang menambah kesan manis ketika aku tertawa.

Tinggiku yang minimalis yaitu hanya sekitar 155 cm, membuatku terlihat lebih menggemaskan.
Maka tak heran jika aku menjadi rebutan cowok-cowok di desaku bahkan diluar desaku. Mereka silih berganti memintaku untuk menjadi pacarnya. Namun, aku menolak dengan alasan aku ingin fokus sekolah. Alasan yang sangat masuk akal.

" Bangun sekarang, Ras. Kamu terlambat nanti. Sudah jam 06:30," kata mama dengan sedikit penekanan.

" Apa!! Jam 06:30!!! Ya ampun ma. Kenapa aku baru dibangunin. Haduhhhh ... Pasti terlambat aku ini, " jawabku sambil menarik handuk dan berlari ke kamar mandi.

" Mama sudah teriak-teriak dari tadi, Ras. Kamu yang susah sekali dikasih bangun." mama terus saja mengomeliku.

Ini adalah kali pertama aku mandi secepat kilat. Kalau diperhitungkan mungkin hanya 10 menit atau bahkan bisa kurang.
Secepat kilat aku memakai seragam baruku. Putih abu-abu. Hanya rok yang kubiarkan tetap panjang, tetapi lengan baju tetap pendek dan tanpa hijab. Karena sekolahku bukan sekolah khusus agama, maka tak ada larangan jika siswi muslim tak memakai jilbab.

Gayaku yang mengikuti perkembangan zaman membuatku begitu sulit untuk memakai jilbab. Walaupun mama selalu menyuruhku memakai jilbab, tapi aku tak kehabisan akal untuk selalu menolaknya.

Menjadi siswi baru di Sekolah paling terfavorit. SMAN 2 MERAH PUTIH. Sekolah ternama di Kota. Membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Sekolah jika aku naik bus, dan bisa sekitar 1 jam jika berjalan kaki.
Aku memaksa orangtua agar aku bisa masuk di Sekolah itu. Tanpa memikirkan ekonomi keluarga, aku tetap bersikeras agar di sekolahkan di SMAN 2 MERAH PUTIH. Padahal masih banyak sekolah di Desaku yang biayanya tak semahal sekolahku ini. Tapi aku hanya ingin masuk di sekolah impianku tak ingin di sekolah yang lain.
Ini adalah hari pertama aku sekolah dan sudah dipastikan hari ini pun hari pertama aku terlambat di Sekolah baruku.

"Haduhhh. Busnya mana sih! Jangan-jangan aku sudah ketinggalan bus. Bagaimana ini?" aku mulai merengek dengan penuh kekhawatiran.

"Ada apa ,Neng?" sapa lelaki paruh baya yang menunggangi sepeda motornya.

"Saya mau berangkat ke sekolah, Pak. Tapi sudah ketinggalan bus. Dan sekarang sudah pasti saya terlambat." jawabku dengan nada penuh pengharapan. Berharap bapak itu peka dan mau mengantarku pergi ke sekolah.

"Sekolahnya dimana, Neng?" tanya bapak itu kemudian.

"Di SMAN 2 Merah Putih, Pak." Jawabku dengan wajah memelas

" Kalau begitu kamu sama bapak saja, Neng. Bapak mau ke pasar dan berhubung pasarnya kan lewat depan sekolah itu," kata bapak itu kemudian.

"Iya, Pak. Terimakasih"

Begitu lega hatiku. Karena ada bapak baik yang memberikan tumpangan. Aku melirik jam tanganku, sudah pukul 07:15. Tidak bisa dielak lagi, karena sudah pasti aku terlambat. Takut dan khawatir mendapatkan hukuman membuatku begitu panik.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya sampai juga di gerbang sekolah. Tanpa mengucapkan terimakasih, aku langsung berlari masuk ke sekolah. Sudah pasti bapak itu berfikir yang tidak-tidak tentangku. Mungkin terlintas difikirannya bahwa aku tidak tahu diri. Menumpang tanpa berterimakasih.
Aku berjalan mengelilingi sekolah. Sesuai dugaanku, aku terlambat. Semua siswa dan siswi sudah berbaris di lapangan.

Aku berjalan dengan perlahan agar tidak ada yang melihatku masuk kebarisan dengan diam-diam. Aku melihat kedua sahabatku dengan antusias memberikan kode untuk berhati-hati.

"Yang terlambat!! Silahkan memisahkan diri!!"

Begitu jelas suara itu. Membuat seluruh pasang mata melirik kearahku.
Terkejut bukan main.

"Mampus!! Ketahuan aku!" rutukku dalam hati sambil menepuk jidat.

"Iya, Pak." jawabku dengan menunduk.

"Hari pertama sekolah adalah hari terburuk yang pernah ada." kataku dalam hati.

****

Assalamu'alaikum semua

Happy reading

Terimakasih sudah baca ceritaku
Tunggu kelanjutannya yah!!

Jangan lupa vote dan komen yah:-)

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang