Part 30

396 28 0
                                    

"Rasa kagum itu perlahan muncul. Hanya sebatas kagum, bukan mencintai. Karena sesempurnanya dirimu tetap takkan gantikan dia yang lebih lama bersemayam dalam hati"

******

Kling

082251xxxxxx
besok datang lebih awal karena saya ada urusan setelah urusan denganmu selesai

Laras
Siapa?

082251xxxxxx
Pangeranmu.
Dokter Nizam

" Hihhh.. Sumpah ini orang pede banget. Pangeranku cuman Fahmi seorang yah!" omelku pelan.
 

Laras
Baik

Kurebahkan tubuhku dan menatap jauh kepelapon kamar.
Bingung dan bimbang dengan hati yang terus memaksa untuk menunggu.
Raga ingin menyerah namun hati ingin terus melangkah.

Tanpa kabar, tanpa kepastian, dan tanpa keputusan membuatku dilema.
Beginikah rasanya menanti tanpa kepastian?
Menunggu seseorang yang tidak pasti akan datang atau tidak?

Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam, namun mata masih begitu sulit terpejam.
Kamar sebelahku tempat Rara dan Vina sudah hening. Sepertinya mereka sudah terlelap dalam tidurnya.
Berbeda denganku yang masih terjaga hanya karena memikirkan seseorang yang tak pernah memberi kepastian.

Kuraih benda pipihku dan memutar ayat suci Alqur'an surah Al-mulk. Karena hanya mendengar ayat-ayat Alqur'an hatiku bisa tenang dan sedikit demi sedikit bisa mulai menutup mataku lalu terlelap.

Allahuakbar! Allahuakbar!

Kumandang azan subuh membangunkanku dalam kelelapan.
Segera kukumpulkan nyawaku dan beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

" Ketiduran lagi dan gak shalat tahajud lagi," gerutuku.

Setelah melaksanakan shalat, akupun menuju dapur. Membantu mama yang sedang kerepotan memasak.
Terlihat Rara dan Vina sudah terlebih dulu membantu mama.

" Aku ketikung nih," kataku terkekeh sambil mendekati mereka.

" Kamu sih lambat keluarnya,Ras. Jadi kita duluan deh yang bantu ibu masak," kata Rara.
Mama dan Vina hanya tertawa.

" Gimana,Ras. Dokter Nizam baik kan?" tanya Vina.

"Baik sih, tapi nyebelin. Genit juga," kataku singkat. Mendengar namanya saja sudah membuatku jengkel.

" Kan sudah 2 minggu kamu sama dia, masa dia masih nyebelin. Lagian hari inikan hari terakhir kamu sama dia," kata Rara terkekeh.

" Mungkin karena memang orangnya nyebelin," kata mama mulai membelaku.

" Bener banget,Ma," jawabku sambil tertawa.

" Yasudah ngobrolnya dilanjut nanti. Masakan sudah siap semua. Mending sekarang kalian makan setelah itu siap-siap kerumah sakit." perintah mama.

" Siap!" jawabku, Rara dan Vina serempak.

****

Hampir 2 minggu sudah aku berhadapan dengan dokter aneh itu.
Setiap hari hanya menghabiskan waktu dengannya.
Beruntung hari ini adalah hari terakhirku dengan Dokter Nizam.

Namun aku akui, dia adalah sosok yang baik dan ramah. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.
Tetapi ada satu hal yang belum aku temukan dari dia. Yaitu kedekatannya dengan Sang Pencipta.
Aku tak pernah melihatnya shalat. Atau mungkin dia shalat ketika aku sudah pergi. Aku pun tak tau.

Tok!  Tok!  Tok!

" Assalamu'alaikum,Dok. Saya Laras!" salamku dari luar daun pintu.

Berkali-kali aku mengulanginya, tapi tak ada satupun jawaban.
Kukuatkan mentalku untuk membuka pintu.

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang