"Bukan aku ingin melukai hatimu, tapi aku punya cara tersendiri untuk mencintaimu"
****
***
Fahmi...
Di sinilah aku, di taman yang cukup ramai. Taburan bintang memberikan kesan indah pada langit yang gelap tanpa bulan.
Semilir angin malam, memberikan kesan dingin bagi siapa saja yang bernyawa.
Pandanganku mengarah pada keluarga kecil yang sedang berlari-lari didekat air terjun mini.Seulas senyum tipis nampak dikedua bibirku. Siapa yang tidak ingin hidup bahagia bersama sang pujaan hati hingga ajal menjemput?
Setiap manusi pasti menginginkan pasangan untuk melengkapi hidupnya dan menyempurnakan seperuh agama.Ingatanku kembali pada beberapa waktu silam. Disaat aku bertemu dengan seorang gadis cantik.
Namun, pakaian yang dikenakannya membuatku harus terus berucap istigfar.Pertemuan tanpa sengaja dengannya menjadi kenangan tersendiri untukku.
Pertemuan yang diawali dengan kecelakaan tanpa sengaja."Maaf aku tidak sengaja," kata wanita itu yang terdengar jelas ditelingaku.
Aku yang saat itu tidak mengetahui secara pasti penyebab dari jatuhnya Vara, membuatku setengah berlari menghampiri Vara. Takut jika wanita itu memarahi adikku.
"Kamu tidak apa-apa kan dek? Tadi abang lihat kamu jatuh," tanyaku waktu itu pada Vara dengan nafas yang memburu
"Aku tidak apa-apa, Bang," jawabnya sambil tersenyum.
Mataku melirik wanita yang menabrak adikku.
Tanpa sadar, netraku menatap lekat gadis cantik dihadapanku. Netra kamu bertemu untuk beberapa detik.
Wanita itupun tak mengalihkan pandangannya dari wajahku. Aku tidak tahu apa yang ia fikirkan. Namun, dari tatapannya menggambarkan kekaguman."Astaghfirullah," lirih ketika sadar apa yang aku fikirkan tidaklah baik.
Namun, ingatanku tetap saja kembali pada kejadian itu.
Flashback On
"Ini minumnya,Dek. " kataku saat itu sambil menyerahkan teh pucuk pada Vara saat aku sudah membelakangi Laras.
"Sudah dibuka, kan ini?" tanya Vara polos.
"Ya sudah lah." jawabku terkekeh.
"Sepertinya kak Laras cantik , Bang. Aku bisa menebaknya dari suaranya," kata Vara sambil tersenyum dan menyerahkan teh pucuk padaku.
["sangat cantik" batinku]
"Lebih cantik kamu lah,Dek. Kan adik abang ini wanita paling cantik." pujiku pada Vara, sedangkan Vara menampakkan wajah imutnya padaku.
"Hihhh ... abang ini! Kan Vara jadi ge'er," jawabnya tersipu.
"Aku ingin ketemu kak Laras lagi, Bang." pinta Vara dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya yang mungil.
"In Syaa Allah. Kalau ada kesempatan dan Allah mempertemukan kita lagi." Aku mengacak halus puncak kepala Vara yang tertutup hijab.
"Aamiin" jawabnya.
Flashback Off
***
Kubaringkan tubuhku di king size berwarna abu-abu.
Kutatap lekat pelapon berwarna biru laut. Entahlah, aku akan selalu tenang ketika menatapnya.Bibirku menyunggingkan senyum, ketika wajah ayu Laras lagi-lagi mengelilingi fikiranku.
Teringat betapa terkejutnya dia saat aku memasuki kelasnya untuk pertama kali.Setelah 3 tahun aku memperdalam ilmuku di pondok, dan kini saatnya aku memperdalam ilmu umumku.
Dan beruntung, Allah mempertemukan aku denganny lagi. Di sekolah yang sama dengannya.Mungkin sebagia orang berfikir, bahwa orang yang keluar dari pesantren adalah orang yang benar-benar faham akan ilmu agama, dan tidak akan menyukai wanita yang bukan mahromnya.
Namun, setiap manusia memiliki hati. Cinta itu fitrah, dan cinta akan menjadi fitnah jika kita menyalurkan rasa cinta kita dengan hal-hal yang diharamkan dalam islam.
Begitupun yang aku rasakan, aku telah menaruh hati pada seorang wanita yang belum aku kenal.
Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.Tapi aku selalu mencoba untuk mengendalikannya, dan menyerahkan segalanya kepada Sang Pemberi Cinta.
"Astaghfirullah.... " lirihku lagi setelah sadar aku memikirkan yang bukan mahromku.
Kututup mataku untuk mengistirahatkan berbagai organ dalam tubuhku.
Tak membutuhkan waktu lama, aku sudah terlelap dalam heningnya malam.***
Part selanjutnya masih tentang Fahmi yah guys..:-)
Jangan lupa vote dan komen..:-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]
RomanceKehidupan Laras yang mengikuti perkembangan zaman. Selalu ingin dikelilingi kemewahan tanpa memikirkan kehidupan ekonomi keluarga yang selalu merosot. Selalu mengumbarkan auratnya tanpa memikirkan dosa yang ia limpahkan kepada ayahnya setiap hari. Y...