"Bukan aku menyalahkan takdir yang membawa perpisahan, hanya saja aku belum siap jika aku harus berdiri sendiri tanpamu"
*****
Tak terasa 1 bulan sudah aku hidup tanpa seorang ayah.
Hari-hari hanya ditemani oleh seorang ibu.
Mama harus memainkan perannya untuk menjadi ibu dan ayah sekaligus.Sawah bapak yang cukup luas mengharuskan mama untuk menyewakannya.
Kesibukan dalam mengurus beberapa berkas untuk kuliahku membuat aku sedikit demi sedikit mulai terbiasa tanpa bapak.
" Ma. Laras mau jalan-jalan ke pantai sebentar, yah." pamitku pada mama setelah aku selesai shalat asar.
"Iya,Ras. Jangan kesorean pulangnya." pesan mama.
"Iya. Assalamu'alaikum." aku mencium punggung tangan mama dengan takdzim.
" Hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab mama sambil mengelus lenganku.
Kulajukan sepeda motorku dengan kecepatan sedang.
Tidak sampai 1 jam, akhirnya aku sampai di pantai.Seperti biasa. Pantai ini terlihat lebih sepi ketika disore hari.
Para pengunjung pantai lebih menyukai berekreasi dipagi hari. Mungkin karena waktunya lebih lama.Aku berjalan menyusuri bibir pantai.
Mataku tertuju pada seorang pria yang duduk sendiri di gubuk-gubuk, yang sengaja dibuat untuk tempat tongkrongan para pengunjung.
Aku berjalan mendekati pria itu. Pria yang kerap kali hadir dalam mimpi.
Ia terlihat menatap jauh kearah laut."Assalamu'alaikum," sapaku.
Dia nampak terkejut ketika melihatku sudah berdiri dengan jarak yang tak jauh darinya.
"Wa'alaikumsalam," jawabnya.
"Kamu sendiri?" tanyaku.
"Iya," jawabnya sambil tersenyum.
" Aku boleh duduk?" pamitku padanya. Takut saja jika dia menolak, dan malah membuatku malu nantinya.
"Silahkan," jawabnya sambil tersenyum.
Fahmi, pria itu adalah Fahmi. Dia menggeser posisi duduknya. Dan membiarkan jarak sekitar 1 meter untuk memisahkan.
" Kamu sudah baikan,Ras?" kata Fahmi memulai pembicaraan.
"Alhamdulillah." jawabku dengan wajah yang meredup.
" Syukurlah." Fahmi mengembangkan bibirnya, menunjukkan senyum manisnya
" Gimana berkas- berkas kamu? Sudah selesai semua?" tanyaku sambil melirik sepintas kearahnya.
" Berkas apa?" tanyanya sambil menoleh ke arahku. Sejenak mata kami saling bertemu, tapi dengan cepat kami memalingkan.
" Pendaftaran dan biasiswa," jawabku dengan tersenyum
" Sepertinya aku gak masuk disitu, Ras." kata yang keluar dari mulut Fahmi, membuat senyum diwajahku hilang begitu saja.
" Mengapa?" tanyaku.
" Bukankah kamu ikut pertemuan? Jadi sudah pasti kamu kuliah disana!" aku menggigit bibir bawahku untuk menahan tangis yang siap meluncur, menerobos pertahananku saat ini juga."Dulu aku pernah mondok selama 3 tahun sebelum aku masuk SMA. Dan aku sudah terikat janji dengan salah satu ustdz pembimbingku disana bahwa aku akan kembali ke pondok itu lagi. Dia memintaku untuk kembali kesana setelah aku lulus." jelas Fahmi tanpa memandang kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]
RomanceKehidupan Laras yang mengikuti perkembangan zaman. Selalu ingin dikelilingi kemewahan tanpa memikirkan kehidupan ekonomi keluarga yang selalu merosot. Selalu mengumbarkan auratnya tanpa memikirkan dosa yang ia limpahkan kepada ayahnya setiap hari. Y...