Part 20

350 29 0
                                    

"Jangan pernah takut melangkah dan mencoba.
Tak apa jika ingin berhenti untuk sekedar beristirahat, tapi jangan pernah berfikir untuk memutar tubuhmu dan berjalan kembali menuju titik awal kamu berdiri"

*****

Hari minggu tanggal 18 april, Aku beserta Fahmi dan Pak Herman sebagai pendamping kami siap berangkat menuju Universitas untuk menghadiri pertemuan.

Perjalanan yang kurang lebih 5 jam membuatku begitu lelah.
Kurehatkan sejenak badanku setelah sampai di asrama. Tempat yang memang sudah disediakan panitia untuk peserta pertemuan.

Jarak asrama putri dengan asrama putra sekitar 1 km. Yang membuat kami hanya bisa saling tukar kabar lewat telfon.

Kling.

Pak Herman

Istirahat, Ras. Karena besok jam 8 kita harus sudah diaula kampus

Laras
Iya, Pak

Yah hanya diread. Hal yang paling menyakitkan bagiku.

Azan magrib berkumandang di masjid yang tidak terlalu jauh dari asrama. Namun, aku lebih memilih untuk shalat di asrama. Selain karena wanita lebih baik shalat dirumah, juga karena aku takut kesasar. Maklum ini kan kali pertama aku ada disini.

Kurapalkan beberapa zikir untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Setelah zikir selesai, aku langsung membuka Aplikasi Alqur'an di hp. Karena aku lupa membawa Alqur'an jadi aku hanya bisa membacanya lewat aplikasi.

Kulantunkan ayat suci Alqur'an dengan penuh khitmad. Ku telateni setiap ayat dari kitab suciku.

Begitu menenangkan. Tepat 1 juz, azan isya berkumandang.
Aku berdiri dan melaksanakan shalat isya. Tak lupa melaksanakan shalat ba'da isya yang sedang aku istiqomahkan.

Kling.
Lagi-lagi ada pesan whatsap yang masuk ke ponselku.

Calon suami❤

Setelah shalat, kita ketemu didepan asrama. Nanti aku dan Pak Herman tunggu kamu dibawah. Kita pergi cari makan

Laras

Aku belum lapar. Bilang aja sama Pak Herman aku gak ikut.
Maaf yah


Calon Suami ❤
Dari tadi kamu belum makan, Ras

"Apakah Fahmi khawatir? " lirihku dengan senyum yang mengembang.

Laras
Disini masih ada kue yang tadi aku beli.
Nanti kalau aku lapar aku bisa ganjal perut
dengan kue

Calon Suami ❤

Aku bungkusin nasi yah. Nanti aku titipkan sama panitia"

Jantungku berdetak tak beraturan. Ingin aku teriak sekencang mungkin dan memberitahukan kepada semua orang kalau Fahmi mengkhawatirkanku.

Laras

Gak usah, Fahmi.
Aku mau langsung tidur.
Nanti malah mubadzir nasinya
kalau gak kemakan


Calon Suami ❤

Terserah

Jawaban singkatnya membuatku memajukan bibirku kesal. Namun, tak elak bahwa aku samgat bahagia saat ini.

"Apa dia kecewa? Tapi biarlah. Aku lelah sekali." lirihku lalu menutup tubuhku dengan selimut dan mulai menelusuri alam bawah sadarku.

Aku terbangun mendengar alarm. Kulirik jam tepat pukul 2 pagi. Rutinitas malam yang sedang aku istiqomahkan setiap malam.
Shalat tahajud. Waktu dimana semua do'a yang dipanjatkan akan terkabulkan. Waktu dimana setiap taubat akan diterima. Waktu dimana Allah turun langsung dan melihat hamba-hambanya yang beribadah kepadanya. Dan waktu dimana malaikat turun untuk mengaminkan setiap do'a yang dirapalkan.

Kulisankan sebuah do'a dalam sujudku yang panjang. Memohon ampun atas segala kekhilafan dan kesalahan yang kerap kali kulakukan.

Butiran bening kembali menetes membasahi sajadahku.

Tidak lupa kuselipkan sebuah nama dalam do'aku. Sebuah nama yang membuatku jatuh hati. Sebuah nama yang selalu hadir dalam ingatan.
Kupinta kepada Sang Pemberi Hati, agar bisa menitipkan satu hati miliknya hanya untukku.
Kupinta kepada Sang Pembolak Balik Hati agar meneguhkan hatiku dan hatinya hanya pada satu nama. Namaku dan namanya.

****

Allahuakbar... Allahuakbar...!!!

Kumandang merdu azan terdengar jelas ditelingaku. Membangunkanku yang sedang asik menjelajahi mimpi.

Segera aku menyadarkan diri dan mengambil air wudhu.
Tak lupa shalat qobliyah subuh kulaksanakan.

Kubereskan beberapa barangku setelah selesai shalat. Kemudian bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tepat pukul tujuh pagi, aku menghampiri Fahmi dan Pak Herman yang sudah menungguku dihalaman asrama putri.

"Assalamu'alaikum." sapaku pada mereka.

"Wa'alaikumsalam," jawab Pak Herman, lalu menoleh kearahku.

Fahmi memandangku beberapa detik kemudian menunduk.
Aku tersenyum kecil melihatnya salah tingkah setelah ketahuan menatapku.

" Kita sarapan dulu , yah. Didepan ada warung nasi goreng. Kita makan disitu saja." ajak Pak Herman.

"Iya, Pak," jawabku dan Fahmi bebarengan.

Aku hanya mengekor dibelakang dua lelaki. Banyak pasang mata yang jail melihatku dengan tatapan penuh nafsu, padahal sudah sangat jelas aku memakai pakaian serba tertutup. Jilbab syar'i yang kubiarkan menjulur hingga paha. Namun, tetap saja mata buaya akan terus jelalatan ketika melihat cewek cantik lewat.
Membuatku sedikit risih dan takut.

Melihatku yang mulai gusar, membuat Fahmi memelankan langkah kakinya dan berjalan seiring denganku.

" Hati-hati, Ras. Disini gak kayak di desa," kata Fahmi sedikit membisik.
Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Kami makan bertiga di warung nasi goreng. Menyantap makanan bersama sang pujaan hati membuatku begitu lahap.

" Kayaknya Laras kelaparan. Habis duluan nasinya." goda Pak Herman.

Aku kikuk. Malu sekali. " Iya, pak. Soalnya lapar, " jawabku beralasan.

" Atau karena ada Fahmi, makanya lahap gitu?" goda Pak Herman lagi sambil menyenggol lengan Fahmi membuat Fahmi tersedak.

" Pelan-pelan Fahmi. Laras juga gak akan kemana-mana kok." goda Pak Herman lagi.

" Apa sih bapak ini." jawabku terkekeh sambil menyembunyikan wajahku yang merah padam menahan malu.

Fahmi hanya bisa tersenyum. Tergambar jelas rona merah wajahnya.
Lucu sekali.

" Sudah selesai kan makannya. Sekarang kita langsung ke aula saja." kata Pak Herman.

" Iya, Pak," jawabku.

Baru saja kami sampai, pembukaan acara pun langsung dimulai. Segera aku mencari kursi yang masih kosong. Kami bertiga duduk terpisah.

Aku dengarkan setiap bait yang terucap dari pembawa acara.
Sambutan acara dari beberapa orang dan acara inti dari Ketua Rektor.
Pembahasan mulai dari jurusan dan biaya, kegiatan-kegiatan, biasiswa, praktik-praktik dan masih banyak lagi.
Hingga pembahasan tentang janji bagi siapa saja yang mengikuti pertemuan ini akan mendapat biasiswa hingga wisuda pun dibahasnya.

Aku sangat tertarik. Dan ini akan menjadi kesempatan terbesarku untuk melanjutkan studi dan meraih cita-cita sebagai dokter.

Ungkapan syukur tak pernah lepas dari bibirku.
Kesempatan terbesar yang tak pernah kuduga selama ini.
Memang benar. Janji Allah itu pasti.
Dan kini aku sedang menikmati buah dari kesabaranku selama ini.

****

Happy reading guys...:-)

Jangan lupa vote dan komen yah...:-)

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang