Part 5

423 39 0
                                    

"Pertemuan tanpa sengaja, tapi membuatku dengan sengaja menaruh hati.
Apakah dia yang akan merubah bosanku menjadi nyaman? "

*****

Tepat jam 4 sore, aku melajukan sepeda motorku menuju cafe andalan kami. Untuk memenuhi janjiku pada kedua sahabatku.
Tasya dan Sinta lebih dulu menghubungi jika mereka sudah sampai. Wajarlah mereka terlalu bersemangat.

"Sudah dari tadi?" sapaku pada mereka yang tersenyum sumringah saat aku datang.

"Lumayan," jawab Tasya dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya, begitupun Sinta.

"Semangat sekali kalian. Datang jam berapa?" tanyaku sambil meletakkan tas dibangku sebelahku.

"Jam 3" jawab Sinta dan Tasya serempak dengan wajah polos.

"Gila! Kita kan janjian jam 4." aku terkejut dengan penuturan mereka. Terlalu bersemangat sampai lupa waktu.

"Kan kita semangat!" kata Sinta terkekeh.

"Yaudah kalian pesan aja," jawabku.

"Siappp! " jawab Tasya dan Sinta serempak.

Suasana dimeja nomor tigabelas seketika hening, ketika makanan yang begitu menggugah selera telah tertata rapi dimeja keramik.

Sesekali kami bergurai untuk memecah keheningan.

Setelah puas menikmati santapan, kita memutuskan untuk jalan-jalan ditaman sambil menunggu senja. Jam 5 sore, kami sampai ditaman.

Tasya dan Sinta berlari mengelilingi taman seperti anak kecil dan meninggalkanku sendiri di tempat parkir.

Aku setengah berlari mengejar mereka berdua yang semakin menjauh.
Tiba-tiba....

Brukkk!

"Kalau jalan pakai mata dong!" kataku sedikit membentak. Kualihkan pandanganku kearah wanita yang juga tersungkur ketanah.

"Tongkatku, di mana?" kata gadis itu sambil mencari tongkat yang berada dikakiku.
Aku terkejut bukan main. Ternyata gadis yang kutabrak tidak bisa melihat. Menyesal, hanya itu yang terlintas difikiranku saat ini juga.

"Maaf aku gak sengaja," kataku dengan penuh rasa bersalah dan menolong gadis yang ku tabrak sampai tersungkur ketanah untuk berdiri.

"Iya tidak apa," kata gadis berjilbab panjang itu sambil menyunggingkan senyum.

"Ini tongkatnya," kataku sambil menyodorkan tongkat tepat ketangan gadis itu.

'cantik sekali gadis ini. Jilbabnya begitu panjang' kataku dalam hati

"Kamu tidak bisa melihat?" tanyaku pada gadis itu.

"Iya. Sejak lahir," jawabnya dengan senyum yang begitu manis.

Aku tidak habis fikir. Gadis secantik ini bisa hidup tanpa melihat dunia. Sedangkan aku yang bisa melihat, kadang lupa mensyukuri nikmat keindahan alam ini.

Kuperhatikan gadis ini dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sungguh sangat anggun gadis ini, dengan baju berwarna lavender dan jilbab senada yang menjulur hingga paha membuatnya lebih menawan.

Selain cantik, gadis ini sangat ramah. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Membuatku ingin sekali bisa berlama-lama dengannya dan saling  bertukar cerita.

"Kamu tidak apa-apa kan dek? Tadi abang lihat kamu jatuh," tanya seorang lelaki yang setengah berlari mendekati kami. Terlihat jelas raut kekhawatiran dari wajah tampan itu.

Deg!

' Tampan bahkan sangat tampan. Perasaan apa ini? Mengapa jantungku berdenyut lebih kencang melihat pria ini?" Tanyaku dalam hati'

"Aku tidak apa-apa, Bang," jawabnya sambil tersenyum.

Aku tergugu melihat pria ini. Sungguh sangat tampan dengan balutan baju koko pendek dan celana hitam panjang. Terlihat jelas jika ia adalah sosok yang penyayang.

Ia begitu perhatian pada gadis buta itu. Membuatku berfikir bahwa gadis ini adalah kekasihnya.

"Apa dia pacarmu?" tanyaku pada pria itu.

"Bukan. Dia adikku," jawabnya dengan tersenyum.

'Ternyata hanya adiknya. Kesempatan besar ini' kataku dalam hati

"Owhhh... Perkenalkan aku Laras. Larasati," kataku mengenalkan diri.

"Panggil saja aku Fahmi. Dan ini adikku Varadiba, panggil saja Vara," katanya memperkenalkan diri.

"Laras! Ada apa?" tanya kedua sahabatku yang menyusulku.

"Tadi aku nabrak Vara. Tapi untungnya dia gak apa-apa," jawabku kikuk.

" Owhh iya, Fahmi. Ini kedua sahabatku. Tasya dan Sinta. Tasya, Sinta ini adik Fahmi namanya Vara," kataku memperkenalkan mereka.

Fahmi dengan sopannya hanya menyatukan kedua tangannya didepan dadanya.

"Kita pulang dulu yah,Ras. Sudah sore. Assalamu'alaikum, " pamit fahmi.

"Iya. Hati-hati. Semoga lain kali kita bertemu lagi. Wa'alaikumsalam," jawabku sambil menyunggingkan senyum.

Fahmi hanya membalas dengan senyuman.

"Laras! Sumpah ganteng banget itu cowok!" kata Tasya histeris.

"Iya,Ras. Ya ampun. Sopan banget!" Sinta tak kalah histeris.

"Sepertinya aku jatuh cinta," kataku dengan tatapan yang tak beralih dari punggung fahmi yang kian menjauh.

"Aku dukung kamu sama dia,Ras. Tapi sepertinya kamu harus merubah penampilan. Gak mungkin cowok sholeh kayak dia mau sama cewek yang pake celana leviz tanpa jilbab sama sekali," kata Sinta sambil memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah.

"Apapun akan aku lakukan asalkan dia jadi milikku," kataku dengan penuh kenyakinan.

"Kamu yakin mau pakai jilbab,Ras?" tanya Tasya penasaran.

"Kalau itu cara satu-satunya, akan aku lakuin," jawabku sambil tersenyum sumringah.

"Oke kita dukung. Asalkan kamu gak jomblo lagi," kata Sinta yang diiringi tawa pecah. Begitupun dengan Tasya. Sedangkan aku hanya menghentakkan kakiku kesal.

"Sinta! Awas kamu yah kalau dapat! Aku jewer sampai lepas telingamu!" kataku mengejar Sinta yang berlari sambil mengejekku. Tasya hanya tertawa melihat kelakuan kami yang seperti anak kecil saling berebut permen.

****

Apakah Fahmi yang akan mengubah rasa bosan Laras menjadi rasa Nyaman??

Ikuti terus ceritanya biar tau kelanjutannya gimana:-)

Jangan lupa vote dan komen yah...

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang