Part 11

343 33 0
                                    

"Inikah perjuangan?
Jika memang iya, kumohon TUHAN. Kuatkan hatiku. "

****

Aku mampir ke cafe coklat setelah pulang dari pantai. Untuk sejenak melepas penat. Karena bagiku, coklat adalah minuman yang membuatku lebih fresh.

"Halo.... " sapa seorang pria yang tak ku kenal.

"Siapa?" tanyaku heran.

"Laras kan?" tanyanya.

"Iya. Kamu siapa?" tanyaku semakin heran dengan pria ini. Bagaimana tidak?  Ini adalah kali pertama aku melihatnya, tapi dia sudah tau namaku. Ajaib.

"Aku Andri. Teman SD kamu. Masa kamu lupa" katanya sambil tersenyum.

"Andri?" aku menaikkan sebelah alisku.

"Iya" jawabnya sumringah.

Woww... Andri yang dulu selalu jadi bahan bullyan karena paling dekil diantara teman-temanku kini jadi setampan ini. Ini lebih-lebih ajaib. Dan sungguh ini sangat alay.

"Ras...." panggil Andri sambil menyenggol lenganku.

"Owhh.. Iya maaf. Aku tadi coba mengingat aja," jawabku kikuk karena terciduk memandang wajahnya tanpa kedip.

"Aku boleh duduk disini?" tanyanya sambil menunjuk kursi didepanku yang masih kosong.

"Silahkan," jawabku singkat.

"Makin cantik kamu, Ras." godanya sambil terus menatapku.
'Banyak kali yang ngomong gitu' batinku.

"Biasa aja," jawabku cuek.

TatapanAndri, membuatku sedikit risih. Matanya yang jelalatan membuatku begitu cepat menilai kalau Andri adalah playboy.

" Kamu sekolah dimana?" tanyanya.

" SMAN 2 Merah Putih" jawabku dingin.

"Serius?" tanyanya seketika dengan wajah yang berubah antusias.

"Iya. Kenapa?" tanyaku sambil memutar bola mata malas.

"Aku pindah sekolah disana. Besok aku sudah masuk. Gak nyangka banget bisa ketemu sama kamu,Ras." jawabnya semangat. 
" Apa mungkin ini tanda-tanda kalau kita jodoh yah," lanjutnya, membuatku muak. Ingin sekali menyiram wajah Andri dengan coklat panas dihadapanku.

Lagi dan lagi,  aku hanya memutar bola mata malas.

"Andri. Aku duluan yah. Minumku juga sudah habis." pamitku karena risih dengan tatapannya.

"Aku antar yah," pintanya.

"Gak usah. Aku bawa motor." tolakku lalu beranjak dari kursiku tanpa menunggu jawaban dari Andri.

Kulajukan sepeda motorku. Entah mengapa moodku seketika berubah setelah bertemu dengan Andri. Mungkin karena tatapan matanya yang jelalatan membuatku begitu risih.

Sangat berbeda dengan Fahmi yang selalu menundukkan pandangan ketika berbicara dengan wanita. Sifat itulah yang membuatku jatuh cinta setiap saat.

"Ras. Dari mana kamu?" tanya mama saat ku baru saja turun dari motor.

"Jalan-jalan sebentar," jawabku singkat dan langsung masuk kekamar.

"Ada bingkisan itu dimeja,Ras." kata mama sambil menunjuk bingkisan yang ada diatas meja.

"Dari siapa?" tanyaku yang hanya melirik pada bingkisan yang ada diatas meja.

"Kayaknya namanya tadi... eemmmm... Owhhh iya. Vara" jawab mama sambil berfikir sejenak.

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang