Part 9

318 35 0
                                    

"Aku hanya ingin mencintaimu tanpa harus merubah diriku. Karena aku bukan dia ataupun mereka. "

*****

Kringgg!

4 jam didalam kelas dengan 2 mata pelajaran yang sangat menguras energi. Apa lagi kalau bukan Matematika dan Bahasa Inggris. Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Bel istirahat telah berbunyi.

"Ras. Kantin yok!" ajak Sinta.

"Kalian berdua aja. Aku gak lapar." tolakku.

"Ayolah,Ras. Jangan gini. Sakit loh kamu nanti." Tasya mulai berbicara.

"Aku gak lapar." tolakku lagi.

"Yaudah kamu mau apa. Biar nanti kita yang belikan." tawar Sinta, prihatin dengan keadaan sahabatnya yang hilang gairah hidup hanya karena seorang lelaki.

"Teh pucuk aja," jawabku singkat.

"Pucuk cinta dal...."

" hihhhh... tasya.. Udah gak usah banyak ngomong. Keburu habis baksonya," kata Sinta sambil menarik Tasya keluar kelas sebelum dia menyelesaikan perkataannya.

" Hihhh... Sinta kan aku belum selesai ngomong!" omel Tasya yang merasa terdzolimi.

"Kelamaan kalau nungguin kamu." sindir Sinta tanpa memperdulikan omelan Tasya.

"Oke. Kita kekantin dulu yah,Ras!" Pamit Tasya dengan suaranya yang cempreng diluar kelas.

Kuletakkan kepalaku yang terasa begitu berat diatas meja. Kupejamkan sejenak mataku berharap kecewaku segera pulih.

"Laras...."

Suara yang sangat tak asing memanggilku.
Segera kuangkat kepalaku. Benar saja, Fahmi sudah berdiri didepanku dengan membawa tempat bekalku yang masih full dengan nasi goreng buatanku.

"Kamu sudah makan?" tanya Fahmi.

Serasa melayang ketika pujaan hati menanyakan itu. Pipiku panas dan sudah jelas kini telah merah merona.

"Belum," jawabku sumringah.

"Ini bekal yang kamu kasih tadi kamu makan aja ini, " jawabnya membuat senyumku seketika meredup.

Deg!

Lagi-lagi kecewa. Bahkan berkali-kali lipat dari sebelumnya.

" Fahmi gak suka dengan masakanku?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

" Belum aku coba. Tapi dari wanginya sudah pasti enak" jawabnya dengan senyuman. Sangat manis.

"Tapi kenapa gak dimakan?" tanyaku kecewa.

" Tadi pagi aku gak sempat sarapan. Jadinya aku dibawakan bekal sama bunda. Kalau aku makan ini, bagaimana dengan bekalnya bunda," jelas Fahmi.

"Kalau gitu aku aja yang makan bekal dari bundanya Fahmi," kataku semangat.

" Yasudah lah. Boleh. Tunggu aku ambil dulu bekalnya" kata Fahmi menuju kemejanya dan mengambil tempat bekal berwarna biru.

Kecewa yang terukir kini berganti dengan kebahagiaan. Kusunggingkan senyum yang begitu manis ketika Fahmi memberikan bekalnya kepadaku.

Kami makan dalam hening. Hanya dentingan sendok yang terdengar.

Aku habiskan bekal itu hingga tidak tersisa. Nikmat sekali.
Fahmi pun melahap habis semua nasi gorengku tanpa sisa.

"Ini tempat bekalnya. Makasih, Ras." kata Fahmi saat menyerahkan tempat bekalku yang sudah kosong.

"Besok aku bawain lagi yah," kataku semangat.

"Gak usah,Ras. Sudah cukup ini aja." tolaknya.

"Kenapa?" tanyaku lagi-lagi kecewa.

"Gak apa-apa. Tapi gak usah yah,Ras." Fahmi terus saja menolak.

"Yaudah iya," jawabku kecewa.
Kugigit bibir bawah untuk menahan air mata yang hampir lolos saat ini juga.

Walaupun ini pertama dan terakhir, tapi aku sudah cukup bahagia ketika melihat Fahmi melahap habis nasi gorengku. Itu sudah sangat membuatku bahagia.

"Laras." panggil Fahmi.

"Iya," jawabku kikuk.

"Sejak lahir kamu memang sudah islam kan?" tanya Fahmi tiba-tiba.

"Iya. Memangnya kenapa?" tanyaku heran sambil menaikkan sebelah alisku.

"Kamu tau hukum memakai jilbab?" tanyanya lagi.

" Setauku sih wajib. Karena mama sering singgung-singgung itu dirumah. Memangnya kenapa?" kataku tenang.

"Kalau kamu tau kenapa kamu gak coba pakai?" aku sontak membulatkan mata mendengar penuturan Fahmi.

" Panas banget pakai jilbab. Risih," jawabku sambil menunduk.

"Wanita diwajibkan memakai jilbab,Ras. Bahkan sudah dijelaskan dalam alqur'an dan hadis. Kasihan ayahmu jika kamu biarkan auratmu dilihat yang bukan mahrom. Itu sama saja kamu membuat ayahmu semakin dekat dengan neraka." jelas Fahmi.

"Cobalah untuk memakainya,Ras. Demi ayahmu." lanjutnya.

"Fahmi gak suka sama cewek yang gak pakai jilbab?" tanyaku spontan.

"Setiap laki-laki memandang kecantikan wanita dengan cara yang berbeda. Dan untuk aku pribadi aku lebih suka dengan wanita yang cantik bukan hanya wajah namun juga hati. Dan wanita yang cantik hatinya sudah pasti akan menjaga auratnya dari pandangan yang bukan mahrom," jawabnya sambil menundukkan pandangan.

Deg!

Seperti pedang yang menusuk, hatiku sangat hancur mendengar perkataan Fahmi.

Fahmi tidak menyukaiku. Pantas saja sifatnya selalu dingin padaku ternyata ini alasannya. Berbeda ketika dia berbincang dengan Dewi, Fahmi terlihat lebih bahagia.

Sakit sekali rasanya.

"Kalau aku pakai jilbab, apa Fahmi bisa menyukaiku?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

"Hijrahlah dengan sebenar-benarnya,Ras. Bukan karena ingin mengikuti zaman, bukan karena ingin dipuji, dan bukan pula karena ingin mendapatkan hati seorang pria," jawabnya dengan tersenyum.

" Pakailah jilbab dengan tujuan untuk menghindarkan fitnah dan menghindarkan orangtuamu terkhusus ayahmu dari api neraka," lanjutnya.

" Tapi, Fahmi... aku masih belum bisa...." jawabku sambil menunduk menahan tangis.

"Coba dulu,Ras." lirih Fahmi sambil menatapku sekilas.

" Aku tinggal yah,Ras. Aku mau kemasjid sholat dhuha. Lagian gak baik kalau kita berlama-lama dikelas dan cuman berdua. Assalamu'alaikum" pamitnya.

"Wa'alaikumsalam." jawabku sambil tertunduk malu. Akhirnya lolos juga cairan bening dari mataku yang sedari tadi kutahan.

Aku hanya menundukkan kepala tanpa berani menoleh. Kutahan tangisku yang hampir pecah ketika Fahmi meninggalkanku sendiri dengan perasaan yang begitu hancur.

Begitu beratnya mencintai pria seperti Fahmi. Sifatnya yang terlalu cuek membuatku harus bisa menguatkan hati.
Namun, mendengar ucapannya membuatku begitu hancur. Dia tidak suka padaku karena aku tidak menutup aurat.

Betul kata mama. Menaklukan hati seorang pria yang sholeh bukanlah dengan masakan. Tapi dengan perbaikan diri.

***

Kira-kira Laras bakal berubah demi Fahmi gak yah????

Atau laras akan menyerah gitu aja??

Biar gak penasaran.. Yukkk ikuti terus ceritanya.

Jangan lupa vote dan komen yah guys:-)

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang