Part 12

304 33 0
                                    

"Inikah awal dari kisah hidupku yang baru?"

******

"Fahmi." sapaku dengan lembut ketika aku melihatnya duduk sendiri di taman belakang. Entah apa yang membuat Fahmi duduk sendiri di taman ini.

"Ada apa,Ras?" tanyanya heran ketika aku tiba-tiba menghampirinya.

"Apa aku boleh mencintaimu?" tanyaku tanpa berfikir panjang.

"Haaaa?" Fahmi menaikkan sebelah alisnya. Menatapku heran walau hanya sepintas

Terlihat jelas betapa terkejutnya Fahmi mendengar kata-kataku.

"Maaf,Ras. Aku harus ke kantor. Aku mau kumpul tugas. Assalamu'alaikum." pamitnya tanpa memperdulikanku.

"Tidak bisakah kamu membuka hatimu sedikit saja untukku?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca saat ia mulai memunggungiku.

"Maaf,Ras," jawabnya lalu meninggalkanku

Aku tergugu dan seketika menangis. Fahmi menolakku tanpa memberikanku kesempatan untuk berubah. Apakah dia begitu membenciku hingga dia menolakku begitu saja.

Kututup wajahku dan kuluapkan seluruh sakitku dalam tangisan. Taman sekolah adalah tempat yang cukup sepi. Tak ada siswa siswi berlalu lalang disini. Karena tempatnya yang terletak dibelakang gudang, memberikan kesan horor bagi siapa saja yang melangkahkan kakinya di sini.

"Laras." panggil lembut suara seseorang sambil memegang lembut pundakku.

Aku menghiraukannya. Karena aku tau jelas suara siapa itu.

"Ras," panggilnya lagi sambil mengelus halus tanganku.

Aku sedikit mengangkat kepala. Dan benar saja, Andri sudah duduk disampingku.
Apakah dia mendengar pembicaraanku tadi?
Aku pasti sangat malu jika dia mendengarnya.

"Jangan karena lelaki pecundang seperti dia, lantas kamu hancur seperti ini, Ras," katanya mencoba menenangkanku.

Aku hanya terdiam, bahkan menoleh kearahnya pun aku enggan.

"Ras. Aku disini. Aku masih dengan cinta yang sama sejak pertama kali melihatmu setelah sekian lama kita tak bertemu," lanjutnya lagi.

Ternyata benar, Andri mencintaiku. Lantas aku harus bagaimana?

Andri mulai membelai rambutku dengan halus. Tingkahnya yang semakin keterlaluan membuatku menjadi risih.

"Maaf, Ndri. Biarkan aku sendiri." usirku dengan sesenggukan dan menatap tajam Andri.

"Tapi, Ras...."
Belum sempat Andri menyelesaikan ucapannya, aku langsung memotongnya.

" Pergi!" kataku setengah berteriak.

"Oke. Kalau ada apa-apa panggil aku, Ras, " kata Andri lalu meninggalkanku.

Tak ada jawaban yang keluar dari bibirku. Hanya isak tangis yang terus saja terdengar.

Apakah aku harus berhenti? Atau aku harus berjuang lagi dengan perubahan?
Aku harus apa?

***

1 minggu setelah aku mengungkapkan perasaanku pada Fahmi, aku menjadi lebih pendiam. Tidak lagi seceria dulu. Mungkin karena ini adalah patah hati pertamaku. Membuatku begitu larut dalam sakit.

Kulirik lagi jilbab pemberian Vara. Apakah aku harus mulai menggunakannya?

Kutenggelamkan kepalaku ditumpukan bantal. Berharap itu bisa membuatku melupakan sakit ini. Hingga aku terlelap dan melupakan sejenak sakit ini.

Mahkota Hijrah Menjemput Halal[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang