017. Strange

51 7 0
                                    

Eunhee masih ingat, di sungai Han dia mendapatkan sebuah kertas bertuliskan 'Valery 17-01-20'. Dia mencocokkan tanggal itu dengan hari kemarin. Lalu mengingat tulisan ledakan bom yg akan terjadi, dompet Daejun yg hilang, dan kini dia harus mencari pembunuh dari Hyungsik.


Rumit sekali, tapi Eunhee tak bisa mengeluh.

Sekarang, matanya harus berkutat dengan buku catatan, berkas kasus, dan beberapa bukti berupa foto yg diletakkan di meja melingkar ini. Jungkook tengah melihat rekaman kamera pengawas dari Hyemin.

Yongsuk menatap kearah papan berisi foto TKP, dan barang bukti yg ditemukan. Ia membalikkan badann nya. " Apa ada informasi terbaru dari rekaman kamera pengawas? "

Jungkook berdeham. " Sedikit, Hyemin sempat menjeda rekamannya, dan aku melihat pelat nomornya. Tapi agak buram, jadi tidak kuambil. "

" Lalu, berdasarkan analisis ku. Taehyung pergi dengan dua orang pria memiliki tinggi yg hampir sama. Sekitar 179 dan 180. Hampir tak bisa membedakannya "

Yongsuk menghela napas. " Ku tebak, mereka semua berpakaian hitam " Ucap Yongsuk menebak dengan nada memelas.

Jungkook mengangguk. " Majayo. " Jawabnya.

Eunhee bersuara." Sebenarnya, aku pernah melihat sebuah--"

Ucapannya terputus ketika seorang polisi patroli masuk ke ruangan mereka dan mengatakan bahwa mereka mendapat laporan ada seseorang yg tewas dengan keadaan mengenaskan di dalam sebuah apartemen.

Hyemin menarik jaketnya, ia memakainya menutupi kaos rajut berwarna putih yg dipakainya. Eunhee mengeratkan ikat rambut nya dan merapatkan jaket hitam nya, entahlah seaslinya Eunhee bosan memakai jaket, lain kali dia akan memakai coat.

Mereka semua masuk ke dalam mobil, Eunhee duduk di tengah bersama Hyemin. Ia menyalakan ponselnya, menghubungi Daejun.

" Pak Wookji, Daejun bertemu denganku tadi "

[Jeongmal? Akhirnya bocah itu ketemu juga. Dia ada dimana?]

Eunhee melirik ke kaca mobil. " Dia baru saja ke Busan. Dia bilang ia kehilangan dompetnya, jadi ku pinjam kan uang "

[Kecerobohan nya benar-benar melekat pada dirinya. Arraseo kalau begitu lanjutkan pekerjaan mu, lain kali ambil cuti. Eomma mu pasti merindukanmu]

" Nde "

Eunhee mematikan ponsel dan kembali memasukkannya ke dalam saku jaket. Hyemin tampak menatap Eunseo dengan pandangan mata penasaran. Eunhee mengeluarkan buku catatannya melihat kembali tulisan kalimat berjejer rapi, tertera alamat dan nama kedsi yg dikunjungi Daejun untuk minum. Dan kini Eunhee harus memikirkan cara dia untuk membantu mencari dompet Daejun.

Bisa saja dia menolak untuk membantu temannya itu, tetapi dia tak enak. Daejun sudah begitu akrab dengannya, senang sedih mereka lewati bersama. Bahkan tes menjadi polisi pun mereka lalui bersama. Hyungsik juga ikut dalam ikatan persahabatan mereka.

Bertiga, Eunhee tersenyum kecil mengingat secuil memori yg dimilikinya tentang tes menjadi polisi. Dia masih ingat bahwa ia pernah menabrak Hyungsik hingga mereka jatuh bersama, tetapi awal muka itulah mereka menjadi dekat. Lalu, dia bertemu dengan Daejun dengan cara alami. Berkenalan hingga menjadi sangat akrab, mungkin ada sebuah satu momen memalukan yg pernah Eunhee alami.

Ia pernah pergi ke kedai untuk makan daging, dia mengajak Hyungsik dan Daejun. Saat dia akan membayar tagihannya, sayangnya dia lupa membawa dompetnya. Sehingga menjadi Hyungsik lah yg membayar tagihan makan mereka bertiga.

MEMORIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang