Eunhee membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berdenyut dengan keras. Ia menatap sekeliling dengan kedua matanya, Eunhee berusaha melepaskan ikatan erat pada kedua tangannya. Terasa perih, Eunhee menarik napas pelan.
Eunhee menggerakkan tangannya, dia menarik tangannya berusaha lepas dari ikatan tali yg terasa amat kencang yg mengikatnya. Namun hasilnya gagal, dia tak dapat membuka ikatannya. Membuat napasnya tercekat, jantungnya berdegup kencang saat mendengar langkah kaki seseorang yg menuju kearahnya.
" D-Daejun? "
Eunhee tak berbohong, dia melihat Daejun di depannya dengan memakai hoodie hitam dan topi hitam. Eunhee bungkam seribu bahasa, tak dapat berkata-kata bahwa Daejun akan menculik nya di keadaan seperti ini.
" Bedebah " Umpat Eunhee pelan kepada Daejun. Wanita itu benar-benar merasa muak, tak salah bila tujuan awalnya tidak percaya kepada Daejun. Kini, malah dia yg terperangkap sendiri.
Daejun terkekeh pelan. " Maaf, dan sampaikan salamku pada Eunji "
" Kau apakan Eunji?!! " Sahut Eunhee dengan suara kencang mengancam. Dia benar-benar akan membunuh Daejun bila pria itu memegang helai rambut Eunji, adiknya. Napasnya naik turun, Eunhee marah.
Daejun menepuk-nepuk pelan bahu Eunhee. " Jangan salah paham dulu, kau kira aku akan mengancam Eunji sebagai penyanderaan? Bukan gayaku sekali. " Ucapnya menghina dengan tarikan senyuman menakutkan. Eunhee semakin marah, dia menggerakkan kembali tangannya berusaha melepaskan ikatan tali.
" Kau tidak bisa lepas, jadi simpan energi mu " Ucap Daejun santai dengan menyeruput kotak susu yg berada di genggaman tangannya. Ia mendudukkan dirinya pada kursi abu-abu yg dapat diputar, mata coklat Daejun mengarah dan menatap komputer yg kini menyala. Deretan kalimat yg membuat pusing tertera rapi di komputer.
Daejun terkekeh pelan membaca deretan kalimat itu secara cepat. " Jadi kau benar-benar tak percaya denganku. Baguslah " Ucapnya bangga.
" Keparat! " Sentak Eunhee dengan suara keras dan geram. Kakinya meronta-ronta, kedua tangannya bergesekan berusaha melepaskan ikatan tali yg amat kencang. Bulir keringat mulai menuruni dahinya, tetapi Eunhee tak menyerah. Kata menyerah tak ada dalam kamusnya.
Daejun membuang kotak susu secara sembarangan, dia berjongkok di depan Eunhee. Tangannya terulur menyingkap rambut Eunhee yg terurai dan mengusap dahinya yg terdapat bulir keringat. Eunhee was-was, tangannya sangat ingin memukul wajah Daejun saat ini.
" Sudah kubilang, kau tidur dan tunggu kapan kau akan dibunuh. "
Nyatanya, Hyungsik dan Daejun berbeda.
Jika Hyungsik murni orang baik yg menjelma menjadi orang pura-pura jahat karena sebuah ancaman, maka Daejun adalah orang pura-pura baik yg menjelma menjadi orang jahat.
Eunhee tak dapat berpikir jernih, ia memejamkan matanya sejenak. Berpikir segala cara untuk kabur dan melepas ikatan kencang pada kedua tangannya. Giginya menggeretak, saling bersentuhan secara keras. Menggambarkan emosi yg sedang dirasakan Eunhee.
Daejun berdiri lagi, kepalanya menoleh kearah talkie-walkie milik Eunhee yg diletakkan di atas meja miliknya di depan komputer. Suara Jungkook terdengar pada talkie-walkie itu.
" Eunhee! Eunhee! Berbicaralah! "
" Eunhee kau dimana? "
" Eunhee, ini aku Hyemin! Kau berada dimana? "
Daejun mengepalkan kedua tangannya, perasaan kesal membuncah dalam dadanya dengan kencang. Seakan-akan perasaan tersebut yg menyuruh Daejun untuk membunuh Eunhee, Daejun merasa muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES ✓
Mystery / Thriller❝A memory that you will remember until you die.❞ Ahn Eunhee, ia berusaha mencari seorang pelaku yg membunuh nyawa ayahnya ketika sedang bertugas sebagai polisi. Eunhee merasa terpukul ketika ia kehilangan ayah tercintanya itu. Hingga suatu ketika...