" Eunhee. Kau percaya aku kan? "
Eunhee sama sekali tak bergetar, dia menatap lurus kearah Daejun dengan tatapan intens. Daejun sedang berusaha menyakinkan dirinya bahwa Daejun tidak melakukan pembunuhan.Eunhee menghela napas pelan." Lalu, mengapa dompetmu bisa ada di TKP pembunuhan? Apa orang yg menemukan ini di sebuah TKP pembunuhan tidak akan curiga? "
" Bicara dengan jujur Kang Daejun. Aku akan mendengarkan mu." Ucap Eunhee menekankan setiap kalimatnya dengan nada tegas.
Tak kunjung menjawab. Eunhee kembali berucap." Aku serius Kang Daejun." Ucapnya seakan memperingati Daejun.
" Aku juga serius, Ahn Eunhee. " Balas Daejun tajam. Matanya tak lepas menatap Eunhee, wanita yg menjadi sahabatnya itu. Kini, wanita itu seperti tengah menginterogasi dirinya. Sebagai tersangka, bukan sebagai teman.
Eunhee menarik napasnya, berusaha keras menahan amarahnya agar tak keluar dan berakhir dia menonjok wajah Daejun. " Katakan kejadian dimana kau pergi dari rumah sakit setelah melihat Hyungsik. "
Daejun menghela napas secara kasar, frustasi." Sudah ku bilang, bahwa aku pergi ke kedai untuk makan. Aku juga minum di sana, dan aku sedikit mabuk. Lalu aku baru sadar ketika dompetku hilang atau tertinggal " Jelas Daejun jujur. Eunhee melihat sorot mata Daejun, fokus kepadanya. Seperti seseorang yg berusaha menyakinkan nya, Eunhee memejamkan mata sejenak dan membukanya. Entah mengapa, dia menjadi sangat sulit untuk percaya kepada orang lain.
" Apapun alasannya, aku harus menahan mu sebagai tersangka. Besok--"
" Kau tidak percaya denganku? " Potong Daejun dengan tampang wajah bertanya. Eunhee menghela napas pelan, nyaris tak dirasakannya.
Eunhee membalas. " Bagaimana aku harus percaya? Aku datang kesini sebagai polisi, bukan teman mu " Tekannya pada setiap kalimat yg terlontar kan. Daejun terdiam seribu bahasa, dia tak mengerti mengapa Eunhee bisa begitu berubah drastis di depannya ketika Eunhee menemukan dompetnya di TKP pembunuhan.
" Datang besok ke gedung kepolisian Seoul, kau termasuk tersangka dalam kasus pembunuhan ini. " Ucapnya seraya memasukkan kembali zipperpack tersebut.
Eunhee berdiri dari duduk nya, dia menundukkan kepala sopan. Dia berbalik dan berisyarat kepada Hyemin.
" Tunggu. "
Daejun memegang lengannya, membuat langkah Eunhee terhenti. Dia menarik napas pelan sebelum akhirnya menolehkan kepalanya kearah Daejun.
Eunhee tak mengeluarkan kata-kata, dia hanya menatap lurus ke arah Daejun seakan menyuruh pria itu untuk membuka mulut, berbicara.
" Jika memang aku pembunuhnya, apa kau tetap menganggap ku sebagai teman? "
Waktu seakan berhenti sementara, Eunhee tak bisa berucap mendengar kata-kata yg dilontarkan oleh Daejun. Tak pikir panjang, dia menarik lengannya dari pegangan tangan Daejun.
" Tidak, " Jawab Eunhee cepat, dia mengembalikan kepalanya kembali ke posisi semula. Eunhee berjalan cepat keluar dari kantor polisi.
Saat berada di luar kantor polisi, air mata Eunhee terkumpul di kelopak matanya. Eunhee mendongakkan kepala keatas, menahan agar air matanya tak membasahi pipi.
Hyemin yg berada di belakang dengan kedua tangan yg dimasukkan di saku coat hanya dapat berdiam diri. Entah melihat Eunhee yg tegar diluar membuat hatinya tersentuh, Eunhee bukan seperti wanita-wanita pada umumnya. Eunhee berbeda. Bahkan, dia tetap bisa tegas di depan temannya yg termasuk tersangka pembunuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES ✓
Mystery / Thriller❝A memory that you will remember until you die.❞ Ahn Eunhee, ia berusaha mencari seorang pelaku yg membunuh nyawa ayahnya ketika sedang bertugas sebagai polisi. Eunhee merasa terpukul ketika ia kehilangan ayah tercintanya itu. Hingga suatu ketika...