024. Bullet shot

37 7 0
                                    

Hyunbi merasakan seluruh atmosfer disekitarnya berubah menjadi tegang, dia tak mengerti dengan situasi yg tengah dihadapinya. Hyunbi bahkan baru menyadari apa yg diucapkan oleh Jungkook. Dengan sontak, ia meraba kearah lehernya dengan hati-hati. Mengikuti gerak tato itu.


" Kau tidak bisa melihatnya, kau harus bercermin. " Ucap Jungkook memberitahunya. Hyun Bi menurunkan tangannya kembali dengan perasaan berkecamuk, bingung. Dia tak tahu bagaimana dirinya bisa terseret jauh ke dalam kasus ini.

Jungkook menghembuskan napasnya dengan pelan. " Aku tahu, pasti seseorang menyakitimu. Bisa kau ingat semalam? Seseorang, yg bagimu familiar di matamu. "

" Kang Daejun. "

Eunhee membeku, langkahnya terhenti saat dua langkah lagi ia mencapai mereka berdua. Suara Hyun Bi menggema di telinganya ketika wanita itu menyebut nama Daejun. Lantas, Eunhee melangkah lebih cepat mendekati Hyun Bi. Lalu berucap. " Apa kau melihat Daejun? Apa dia yg menyakitimu? "

" Dia m-menyeret ku " Ucap Hyun Bi dengan terputus-putus. Hingga akhirnya sebuah suara sirine ambulan menyapa telinga Eunhee, kepala Eunhee menoleh, ia melihat ambulan berhenti di depan kantor polisi bagian patroli.

Pak Wookji dan Jungkook secara bersamaan membantu Hyun Bi berdiri dan menuntun tubuh lemah itu masuk ke dalam ambulan, sebelum itu kedua mata Eunhee mengarah kearah pak Wookji. Pak Wookji yg menyadari tatapan Eunhee kepadanya hanya mengangguk pelan, seakan Eunhee tengah meminta izin kepadanya.

" Eunhee " Sentak Jungkook menyadarkan Eunhee ke dunia nyata, ia berpamitan kepada pak Wookji, Eunhee tersenyum tipis, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam ambulan dan duduk di samping Jungkook.

Saat pintu ambulan di tutup, Eunhee menghela napas. Mengalihkan pandangannya ke bawah, menatap kedua sepatunya yg agak berdebu. Eunhee berpikir sejenak, hidupnya mulai berantakan. Seakan, urusan pekerjaan nya bercampur dalam kehidupan nya di desa. Orang-orang yg dipercayai olehnya mulai menjauh, seolah-olah dirinya yg disalahkan karena berusaha kembali mencari pembunuh ayahnya.

Eunhee mengusap dahinya, menyingkirkan beberapa helai rambutnya. Eunhee bingung, ingin sekali ia melampiaskan amarahnya, mengumpat dan berteriak dengan kencang bahwa hidupnya tak adil.

Jungkook mengamati Eunhee sedari tadi, menatap ekspresi wajah Eunhee yg begitu memelas, seperti orang yg pasrah, putus asa. Membuat Jungkook bergerak melepas coat sebelah kirinya, lalu ia menarik tubuh Eunhee mendekat hingga wanita itu terkejut bukan main. Jungkook menyampirkan coat nya pada bahu Eunhee.

" Kau perlu kehangatan untuk berpikir dengan jernih dan tenang. " Ucap Jungkook menjelaskan alasannya. Eunhee hanya membuang muka, ia memejamkan matanya mutuskan mengabaikan perkataan Jungkook kepadanya. Hingga atensinya berpindah pada Jungkook.

" Boleh aku pinjam ponselmu? Ponselku ada di dalam coat " Ucap Eunhee bertanya dengan nada santai. Jungkook memilih memberikan ponselnya tanpa meletakkan rasa curiga kepada Eunhee. Eunhee segera mengetikkan nomor ponsel Daejun di sana, lalu ia meletakkan ponsel Jungkook didekat telinganya. Menghubungi Daejun.

Tak Eunhee sangka, panggilan itu dijawab oleh Daejun. " Temui aku di pantai. Pastikan kau datang. " Ucap Eunhee dengan suara pelan. Ia ingin bertemu dengan Daejun secara diam-diam, atau pribadi. Walaupun pada akhirnya ia akan menangkap lelaki itu.

Eunhee mematikan panggilan tersebut lalu menghapus riwayat nomor ponsel yg ia hubungi. Eunhee mematikan ponsel Jungkook dan memberikannya kembali, ia mengucapkan terimakasih dengan suara pelan.

Jungkook menyalakan ponselnya, mengeceknya sebentar. Berniat mencari tahu apa yg dilakukan Eunhee, setelah mengeceknya dan tak menemukan kecurigaan. Jungkook mematikan ponselnya dan memasukkan kembali kedalam saku coat.

MEMORIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang