029. The two woman's identity

29 5 0
                                    

Seoul, 23 January.


Pagi dengan langit biru dan awan berwarna putih, menambahkan kesan cerah bagi hati seseorang. Namun, Hyemin sama sekali tidak berniat bangun dari kasurnya. Tubuhnya terlilit selimut bermotif bunga-bunga berwarna kuning dengan background warna putih. Padahal Yongsuk sudah menunggunya di luar apartemen nya, wanita itu tidak mengizinkan lelaki yg menjadi sahabat dekatnya itu masuk ke dalam ruangan apartemen nya yg seperti kapal pecah.

Tentang kakak perempuan nya--ah sudahlah, jangan dibahas lagi. Hyemin bisa menangis tersedu-sedu saat mengingat kakaknya, satu-satunya keluarga yg dimilikinya, memang Hyemin jarang terbuka mengenai soal keluarganya. Tetapi dia amat menyayangi kakaknya, ibunya, dan ayahnya. Bahkan lebih deri itu.

" Ya! Yoo Hyemin! Kau ingin Gyejang-nim marah?! " Pekik Yongsuk mengetuk pintu apartemen Hyemin seperti orang yg menagih hutang. Hyemin menutup kepalanya dengan bantal berwarna putih, ia memejamkan mata. Suara Yongsuk sangat mengganggunya, padahal Hyemin ingin sekali bermalas-malasan di dalam apartemen nya. Tetapi kehadiran Yongsuk menjemputnya memang tidak dapat diprediksi.

Hyemin akhirnya memilih bangkit dari ranjangnya, Hyemin mengikat rambut dengan malas dan berdiri berjalan menuju pintu apartemen nya. Ia membuka pintu dan menatap Yongsuk dengan datar. " Berisik, pergi. "

Yongsuk menatap Hyemin dari atas hingga bawah, lalu berucap. " Kau belum mandi? Astaga, Hye. " Ucap Yongsuk heran sendiri, namun Hyemin menutup pintu dengan kencang hingga lelaki itu terkejut dan membulat kan kedua matanya.

Sementara, Hyemin menyenderkan punggungnya pada pintu apartemen nya. Ia menyembunyikan wajahnya pada kedua kakinya, Hyemin terisak pelan. Ia menangisi kembali kakak perempuan nya itu, lalu keponakannya yg hilang entah kemana.

Hyemin benar-benar merasa tertekan, tak tahu lagi dia harus bagaimana.

Di sisi lain, Eunhee meminum kopinya pagi ini. Jika kalian bertanya dimana Eunhee, wanita itu datang ke TKP sendirian. Ia mencatat beberapa tersangka yg mengaku dekat dengan keluarga Lee Ha Kyung. Tak lain, Jung Mi Seon, teman dekat Hakyung, lalu Kim Jung Yeon, ibu guru dari sekolah Doyoung, dan terakhir, Oh Chae Sun. Tetangga apartemen keluarga Lee, Oh Chae Sun merupakan mahasiswa yg tengah menempuh ujian.

Eunhee membuang gelas kopinya, ia berjalan mengetuk pintu apartemen milik Chaesun. Target utamanya untuk diinterogasi, Chaesun membuka pintu. Wanita berambut panjang sebahu dengan kacamata yg dipakainya, ia memandang Eunhee dengan bertanya. " Apa--anda detektif yg menangani keluarga Lee? " Tanya Chaesun, Eunhee mengangguk dan menunjukkan kartu identitas nya. Chaesun memandangi kartu identitas nya dan menganggukkan kepala paham.

" Bisa ikut aku sebentar? "

Eunhee membawa Chaesun ke sebuah cafe, ia berniat mengobrol ringan dan menginterogasi Chaesun di tempat yg berbeda. Jika saja Eunhee membawa Chaesun ke ruang interogasi, wanita itu pasti ketakutan. Lagipula, Chaesun tampak seperti gadis kecil yg tengah semangat-semangat nya menempuh ujian di universitas nya.

Eunhee memesan minuman untuk mereka berdua, pelayan cafe meletakkan pesanan mereka di atas meja. Chaesun meraih minumannya dengan malu-malu, Eunhee hanya tersenyum tipis. Membayangkan jika adiknya Eunji akan menjadi dewasa seperti Chaesun.

" Apa kau sangat dekat dengan Doyoung? " Tanya Eunhee dengan nada hati-hati. Chaesun yg sedang menyesap pelan milkshake nya menganggukkan kepala, lalu meletakkan gelas milkshake stoberi tersebut.

Chaesun mulai membuka bibirnya perlahan. " Sebenarnya, aku dan Doyoung cukup dekat. Bila keluarga mereka sedang sibuk dan tidak sempat mengurus Doyoung, Heesun Eonnie akan menitipkan nya padaku. Tetapi jarang, aku sering bertemu Doyoung saat ia berangkat sekolah " Ujar Chaesun menceritakan kesehariannya bertemu Doyoung. Eunhee mengangguk paham.

MEMORIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang