Seoul, 20 January.
Mata Eunhee tak lepas dari jendela rumah sakit yg memiliki ukuran cukup besar, hingga dapat mencakup pemandangan jalanan Seoul, gedung-gedung besar, dan langit yg berwarna biru cerah.
Kemarin, ia tidur dengan sangat nyenyak. Seakan melupakan semua pembicaraan terakhir dirinya dengan Jungkook. Eunhee tak ingin lagi membicarakan semuanya tentang Valery Jung. Dan tak berniat turun tangan atau ikut campur dalam urusan mereka berdua.
Jika kalian bertanya bagaimana keadaan Daejun, lelaki sahabat Eunhee itu baru saja bangun, dengan wajah pucat dan rambut yg berantakan. Belum lagi plester luka yg menutupi bagian dahinya dan pipinya, memiliki luka sayatan yg cukup panjang.
" Kau sudah bangun? "
Daejun dan Eunhee se-ruangan, dalam arti mereka satu ruangan kamar inap. Eunhee melangkah pelan setelah beranjak dari duduknya, Eunhee membenarkan posisi tiang infusnya lalu menarik kursi yg berada di dekat laci nakas. Ia duduk di sana, menempatkan kedua telapak tangannya di atas paha.
Matanya berpindah menatap kearah Daejun yg tampaknya masih sedang berusaha mengumpulkan nyawanya setelah bangun tidur, Eunhee mengambil tangan Daejun, dan meletakkannya di atas tangannya yg berada di pinggir ranjang.
" H-hei! Apa yg kau lakukan! " Sentak Daejun sukses terkejut. Ia lantas menarik kembali tangannya dari Eunhee. Eunhee hanya tersenyum dan terkekeh pelan. Merasa terhibur karena candaan ringan.
Daejun mengusap pelan rambutnya, ia menatap sekeliling hingga akhirnya dia kembali menatap Eunhee. " Aku melakukan sebuah kesalahan bukan? " Tanya Daejun terhadap Eunhee.
" Banyak, kesalahan mu banyak. " Jawab Eunhee melebih-lebihkan, sukses membuat Daejun bungkam seribu bahasa. Pria itu kini sedang memikirkan apa saja kesalahan yg ia perbuat hingga dia sampai di rumah sakit, kali terakhir yg Daejun ingat. Ia hampir saja membunuh Eunhee menggunakan pistol.
Eunhee menghela napas malas ketika melihat Daejun melamun, dia menyempatkan waktunya untuk berbicara bersama Daejun. Sebelum akhirnya Daejun akan masuk penjara karena menculik, dan menghalangi polisi.
" Kau tahu? "
Daejun membuyarkan lamunannya ketika Eunhee berucap, wanita itu tersenyum tipis. Menundukkan kepalanya. " Semua orang tak pernah merasa baik-baik saja "
" Semua orang tak pernah merasa bahagia "
Daejun bungkam, tertegun. Kata-kata yg diucapkan Eunhee bagaikan sihir untuknya, Eunhee mengerti bagaimana keadaannya kini. Keadaan fisiknya, dan mentalnya.
Eunhee menghembuskan napasnya pelan, entah mengapa dia mengucapkan kata-kata tersebut kepada Daejun. Mengingat Daejun yg tiba-tiba saja berbicara dan berniat akan membuatnya, membuat Eunhee merasa bingung, dan berani secara bersamaan.
" Orangtua ku tak pernah menerima ku. "
Eunhee menatap intens kearah Daejun, seakan tatapannya berkata 'mengapa kau mengucapkan hal itu?'.
" Jangan berkata seperti itu " Ucap Eunhee melarang Daejun. Daejun hanya menundukkan kepala, entah secara tiba-tiba air matanya lolos begitu saja, dia cukup gengsi sebagai laki-laki menangis di depan seorang perempuan.
Eunhee bergerak, beranjak dari duduknya. Berdiri lalu membuka lebar kedua lengannya, dia sedikit memajukan badannya. Duduk di pinggir ranjang, dan memeluk Daejun menyenderkan dagu nya di atas bahu Daejun. Eunhee menepuk-nepuk pelan punggung Daejun, matanya memejam. Membiarkan Daejun menumpahkan semua masalahnya melalui air mata, dan Daejun membutuhkan sebuah pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES ✓
Mystery / Thriller❝A memory that you will remember until you die.❞ Ahn Eunhee, ia berusaha mencari seorang pelaku yg membunuh nyawa ayahnya ketika sedang bertugas sebagai polisi. Eunhee merasa terpukul ketika ia kehilangan ayah tercintanya itu. Hingga suatu ketika...