7. Kehadiran Lidia

19.6K 1.7K 128
                                    

Cinta Eja sama Elsa itu kaya hutang, awalnya kecil, di diemin tau-tau gede sendiri”

-Abang Tejo


Setelah kejadian beberapa hari terakhir ini, Elsa menjadi lebih sering tersenyum-senyum sendiri. Saat hendak melakukan sesuatu pasti wajah Teejay selalu muncul di bayangannya, saat Elsa berada di dekat Teejay, ia pun merasakan jantungnya berdebar tiga kali lipat dari biasanya.

Oh tidak, apakah Elsa jatuh cinta kepada Teejay? Elsa menolak pikiran itu, tetapi secara logika, perempuan mana yang tidak membawa perasaan jika diperlakukan manis seperti yang Teejay lakukan kepada Elsa?

Hari ini Elsa ingin membuktikan semua itu, apakah ia benar-benar jatuh cinta pada laki-laki itu? Tidak mau berfikir lama-lama, Elsa segera mandi, sarapan dan bergegas untuk berangkat sekolah.

Elsa membenarkan tasnya dan keluar sambil mengunyah sandwich. Langkah Elsa terhenti, matanya membulat kala ia melihat Teejay yang sedang mengobrol dengan supir keluarganya, yaitu Pak Yusuf.

Astaga, dia ngapain disini? Mau jemput gue? Aduh kenapa gue deg-degan gini,” batin Elsa seraya nengintip-intip dari balik pintu.

Persembunyiannya terbongkar saat Naura mendorongnya keluar. “Ngalangin jalan tau gak?!” Naura berkata ketus.

“Nah den, itu Non Elsa nya,” ucap Pak Yusuf membuat Elsa tertangkap basah. Padahal Elsa ingin jauh-jauh dari Teejay.

Teejay melambaikan tangannya. “Pagi sayang!” ucap Teejay tanpa malu membuat Elsa mau tak mau menghampiri Teejay.

Elsa berjalan sambil menunduk, jantungnya berdetak lebih kencang. Oh tidak, pikirannya akhir-akhir ini tidak boleh benar. Elsa harus kembali bersikap biasa saja. “Ngapain lo disini?” tanya Elsa dengan ketus.

“Selamat pagi Elsa, pagi-pagi gini nggak boleh marah-marah, nanti cantiknya ilang loh,” goda Teejay seraya mengeluarkan susu kotak rasa coklat. “Nih, diminum.”

Elsa menerima susu itu, kalau pun ia menolak sudah pasti Teejay akan memaksanya. “Ngapain kesiniii?” tanya Elsa tak sabar.

“Mau jemput Elsa dong, apa lagi?”

“Gak! Gue mau bareng Pak Yusuf aja.”

“Nurut atau gue cium?!” ancam Teejay membuat Elsa melotot tajam karena di sampingnya mereka masih ada Pak Yusuf yang menyengir kikuk.
“A-anu bapak anterin non Naura dulu, ya non. Non Elsa sama pacarnya saja. Hehehe, bapak duluan.”

Selepas kepergian Pak Yusuf Elsa menunjuk Teejay. “Tejo, lo ya bener-bener!”

Teejay mengabaikan rancauan Elsa, ia mengambil helm berwarna biru dengan gambar kartun Frozen dan memakaikannya di kepala Elsa.

Elsa mendengus sebal. “Gue nggak mau pake helmnya, kayak bocil tau gak?”

“Helm ini gue buat spesial buat lo, jadi lo nggak boleh nolak.” Teejay hendak mengaitkan tali helmnya lalu ditepis oleh Elsa. “gue bisa sendiri Tejo!”

Cup

Teejay mengecup hidung mancung Elsa sekilas. “Sekali lagi lo manggil gue dengan sebutan itu, gue bakal kiss disini,” ucap Teejay terang-terangan seraya menunjuk bibir Elsa yang membuat Elsa mematung.

Teejay naik ke motornya dan menghidupkan mesin kendaraannya. “Ayo naik, hari ini gue bakal buktiin kalo gue bisa jadiin lo satu-satunya.”

***

MY BOYFRIEND IS FAKBOITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang