Satu tetes air hujan terjatuh tepat di hidung mancung gadis dengan Hoodie birunya. Gadis itu mendongak, menatap awan yang menggelap.
Seakan berlomba-lomba, rintik hujan mulai turun dengan derasnya mengguyur jalanan. Semilir angin yang berembus bersamaan dengan derasnya hujan, membuat orang-orang berlarian menepi untuk menyelamatkan diri.
Sama halnya dengan gadis itu, dengan cepat ia membereskan beberapa novel miliknya yang tergeletak di bangku taman lalu menutup kepalanya dengan Hoodie yang ia kenakan. Pijakan demi pijakan terlewati, gadis itu melangkahkan kakinya dengan cepat menuju seberang.
“Huh.” Gadis itu menghela nafas lega, ia membuka penutup kepalanya dan membenarkan rambutnya yang berantakan. “Untung aja, novelnya nggak basah,” ucapnya pelan seraya mengeluarkan tiga buah novel yang ia simpan di balik Hoodienya.
Tring!
Lonceng berwarna kuning itu berbunyi kala gadis tersebut membuka pintu Cafe. Matanya langsung tertuju ke satu tempat yang belum ada siapa-siapa, alias kosong.
Gadis itu melebarkan senyumnya dan segera menuju ke sana, pasalnya semua meja terisi penuh dan hanya tersisa satu. Ah, sepertinya ini adalah hari keberuntungannya.
Gadis itu langsung memberikan hak milik di mejanya dengan menaruh novel-novelnya di sana sebelum ia pergi memesan.
Gadis itu menatap buku menu, tak lama ia mengacungkan jari telunjuknya. “Kak, mau Choco Hot Latte nya satu ya.”
“Atas nama siapa, Kak?”
“Elsa.”
“Emang, ratu es bisa minum yang panas-panas, Kak?” Laki-laki yang menjadi barista itu terkekeh seraya mencatat pesanan.
Gadis bernama Elsa itu mengerucutkan bibirnya sebal, sudah banyak orang yang ia temui selalu meledek namanya dan menyangkut pautkan dengan tokoh kartun berambut putih itu.
Elsa bersedekap dada dan menatap orang di depannya dengan malas. “Mas nya mau saya kutuk jadi Es?” Balasan Elsa membuat orang itu tertawa geli. Dirasa tidak ada yang diperlukan lagi, Elsa beranjak pergi dari sana.
“Mbak, bercanda atuh!” seru laki-laki itu, takut-takut kalau pelanggannya marah dan merajuk.
Elsa mengacuhkannya, Elsa tau itu hanya bercanda, Elsa tak mempermasalahkannya, hanya saja ia sedikit merasa kesal.
Elsa membelokkan langkahnya menuju toilet untuk buang air kecil dan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Beberapa menit berlalu, Elsa cukup lama di toilet sampai akhirnya ia selesai dan pesanannya sudah berada di mejanya.
Tapi tunggu, ada yang berbeda dengan mejanya. Elsa menyipitkan matanya dan memfokuskan pandangannya. Mata Elsa membulat, ia mendengus dan mengepalkan tangannya seakan siap menghajar orang yang berani merebut tempat yang sudah ia beri hak milik itu.
Elsa berjalan ke mejanya seraya mengentak-hentakkan kakinya. Elsa semakin dekat dengan mejanya, ia bisa melihat seorang laki-laki memakai topi hitam dan kemeja kotak-kotaknya, err... Elsa sedikit terkesima dengan gaya keren dari laki-laki di depannya itu, Elsa mengakui bahwa laki-laki itu tipikal cowok ganteng.
Elsa menggelengkan kepalanya kuat, ia menghempaskan jauh-jauh pikirannya, ia menekuk alisnya dan memasang wajah serius. Ia tidak boleh terlena!
Elsa memperlambat langkahnya saat sudah sampai di mejanya, Elsa merapihkan rambutnya. Eh? Apa-apaan ini? Astaga.
“Khem.” Elsa berdehem pelan, bermaksud memanggil laki-laki itu. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak berkutik, tetap fokus dengan ponselnya.
“Khem!” Deheman Elsa kali ini sedikit ngegas, membuat cowok itu refleks menoleh. Jantung Elsa berdegup melihat ketampanan cowok itu. Masyaallah ganteng banget!
Elsa masih terdiam, sedangkan cowok itu sudah beranjak pergi dengan terburu-buru seraya memegangi telepon genggamnya di telinga.
“EH, BRO! BELOM BAYAR!”
Teriakan itu membuat Elsa tersadar dari lamunannya. Di hadapannya, berdiri barista tadi sambil membawa satu minuman dan camilan ringan.
Barista itu menatap Elsa dan tersenyum lega. “Yang tadi pacar mbak, 'kan?” Cowok itu meletakkan pesanan orang tadi di atas meja Elsa. “Nih, pesanan pacar mbak, totalnya lima puluh tiga ribu lima ratus rupiah,” jelas barista itu.
Elsa menampilkan wajah sewot dan membalas dengan intonasi tinggi. “Apa-apaan?! Saya nggak kenal sama dia! Dia bukan pacar saya," elak Elsa.
“Tapi tadi masnya duduk di sini mbak, di meja mbak Elsa. Ayo bayar mbak.”
“Nggak! Enak aja, dia yang pesen kok saya yang bayar!”
“Kan dia pacar mbak, gimana, sih?”
Adu mulut terjadi, beberapa orang itu melihatnya dan menyalahkannya. Ada yang bilang ia pelitlah, moduslah, tidak mampu bayar.
Gadis itu akhirnya menyerah, ia mendengus sebal seraya mengeluarkan uang dari saku celananya dan menaruhnya di meja dengan keras.
“Sangat tidak ramah, bintang satu!” seru Elsa dengan tatapan sengit, ia segera mengambil novelnya dan pergi dari sana. Menyebalkan! Elsa meralat ucapannya tadi, ini bukan hari keberuntungannya, namun hari sialnya.
***
“Sayang, kamu dari mana aja, sih? Lama banget! Sebel deh.”
“Iya sayang. Kita 'kan udah kangen sama kamu.”
“Aku ngambek, ah.”
Laki-laki itu tersenyum miring, lalu duduk di tengah-tengah keempat gadis di sampingnya, seraya merentangkan tangannya dan merangkul mereka berempat.
Kemudian, ia memegang dagu gadis di sampingnya dan menatapnya intens. “Jangan ngambek gitu dong, sayang,” rayunya dengan nada manja.
Gadis itu tersenyum malu ditatap intens seperti itu, merasa iri, gadis itu di sebelah kanan laki-laki itu langsung menjatuhkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu.
“Sayang, emangnya kamu dari mana, sih? Cari pacar lagi, ya?!” tuduh gadis itu seraya mengerucutkan bibirnya agar terlihat imut.
Dielusnya kepala gadis itu. “Enggak manis, tadi hujan, aku neduh dulu di Kaf—e...” laki-laki itu memelankan kata terakhirnya. Matanya membulat, oh tidak, ia melupakan sesuatu.
***
Kak, part ini kayaknya kok, nggak ada waktu itu?
Iya, ini cerita My Boyfriend Is Fakboi versi baru ya, alur tetep sama nggak berubah, cuma ada beberapa adegan yang ditambah dan diganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOYFRIEND IS FAKBOI
Teen Fiction"FROZEN! GUE BAKAL JADI PACAR, BAHKAN SUAMI LO, LIAT AJA NANTI!" GENRE : FIKSI REMAJA Teejay Albert Kalandra, seorang Fakboi kelas kakap yang mempunyai banyak pacar dan mantan pacar di dalam hidupnya karena sebuah alasan. Akan tetapi suatu keajai...