Tidak Boleh Menangis

1.1K 124 14
                                    

" bagaimana Kai? Apa ada informasi mengenai adikku? " tanya Hoseok. Kai menggeleng pasrah, ia bahkan tidak bisa mencari tahu informasi mengenai adik sahabatnya ini. Padahal biasanya ia tidak seperti ini, biasanya ia hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mendapatkan informasi seseorang. Namun entah mengapa kali ini sangat berbeda. Ia sangat sulit mendapatkan informasinya, bahkan sekedar nama saja ia tidak dapat. Padahal ia sudah mencari nya 3 hari berturut turut.
" maaf Seok, aku tidak bisa mendapatkannya, aku sendiri pun bingung mengapa bisa seperti ini, " jelas Kai. Dalam hati Hoseok, sebenarnya ia kecewa karena Kai tidak bisa menemukan adiknya, namun mau bagaimana mana lagi? Ia juga tidak bisa berbuat apa apa, lagipula Kai sudah banyak membantunya.
" tidak apa Kai, aku berterima kasih padamu karena sudah mau membantuku mencari informasi tentang adikku, " ucap Hoseok. Kai tersenyum mendengar ucapan Hoseok.
" tidak perlu sungkan begitu, lagipula kau sahabat ku, aku pasti akan bantu jika aku bisa. "
.
.
.
Seokjin sedang berada di dalam kamarnya sekarang, ia sedang membaca komik yang dipinjamkan oleh Ken tadi, ternyata ia ketagihan dengan komik tersebut, bahkan Seokjin tak melepaskan pandangannya barang sedetik lun dari komik itu. Shin ahjumma yang tidak melihat Seokjin keluar dari tadi, langsung menghampiri Seokjin ke kamar.
" Seokjin? " panggil Shin ahjumma. Seokjin mendongak menatap Shin ahjumma.
" iya ahjumma? Ada apa? Apa ahjumma ingin Seokjin bantu? " tanya Seokjin. Shin ahjumma tersenyum mendengar ucapan Seokjin, ia tahu anak ini memiliki jati bak malaikat.
Shin ahjumma berjalan mendekat ke arah Seokjin dan duduk di sampingnya.
" Seokjin sedang apa? Mengapa ahjumma perhatikan serius sekali sampai dari tadi tidak keluar dari kamar? " tanya Shin ahjumma penasaran.

Seokjin yang tadinya posisinya tengkurap, langsung memposisikan tubuhnya untuk duduk. Seokjin menatap Shin ahjumma sambil memegang komik yang dipinjamkan Ken tadi.
" ini ahjumma, Seokjin sedang membaca buku komik, seru sekali ceritanya, " jelas Seokjin semangat.
Dahi Shin ahjumma mengerut, dari mana Seokjin mendapatkan buku itu?
" Seokjin dari mana mendapatkan buku itu? Apa Seokjin membelinya? " tanya Shin ahjumma, ia yakin Seokjin tidak mungkin mengambil barang yang bukan hak miliknya.
" tidak ahjumma, Seokjin tidak membelinya. "
Jawaban Seokjin membuat Shin ahjumma semakin bingung.
" jadi? "
" ini dari teman Seokjin, namanya Ken, dia baik sekali pada Jin, dia punya banyak sekali komik ahjumma, jadi ia meminjamkannya satu pada Seokjin, " jelas Seokjin. Shin ahjumma tersenyum mendengar penjelasan Jin, ia sudah tahu Seokjin tidak mungkin mencuri.

" ahjumma ada apa kesini? Apa ada yang perlu Seokjin bantu? " tanya Seokjin. Shin ahjumma tersneyum lalu menggeleng.
" tidak ada kok, ahjumma hanya memastikan saja kau sedang apa, ya sudah ahjumma akan melanjutkan pekerjaan ahjumma, Seokjin lanjut saja membaca komiknya, " ucap Shin ahjumma dan di angguki semangat oleh Seokjin. Shin ahjumma mengelus surai Seokjin sejenak lalu berdiri dan meninggalkan Seokjin sendirian di kamar. Sedangkan Seokjin, ia melanjutkan membaca bukunya. Bahkan seperti nya Seokjin sudah terlarut dalam cerita itu. Baru saja Seokjin ingin melanjutkan membacanya, sebuah klakson mobil yang terdengar familiar mengganggunya. Ia tahu itu mobil Jae Joong, Seokjin buru buru menyimpan komik itu dalam tasnya dan keluar menemui Shin ahjumma. Ahjumma hang melihat Seokjin berlari keluar, langsung bertanya heran.

" ada apa Seokjin? "
" samchon pulang ahjumma, Seokjin takut jika samchon tahu Seokjin tidak melakukan pekerjaan rumah dan malah membaca buku, samchon akan merusak bukunya, " jelas Seokjin. Shin ahjumma sudah paham dengan apa hang ditakutkan oleh Jin. Benar apa yang dikatakan Jin, bisa bisa Jae Joong merusaknya atau bahkan menyobeknya. Jae Joong tidak akan menerima alasan apapun dari Jin sekali pun Jin bilang bahwa itu milik temannya.
" ya sudah, ayo Seokjin bantu ahjumma, jangan sampai Seokjin di marahi samchon, " ucap Shin ahjumma. Seokjin pun mengangguk. Seokjin membantu Shin ahjumma menyiapkan makanan di atas meja. Seokjin sebenarnya ingin makan, namun ia mengurungkan niatnya data melihat Jae Joong yang baru saja masuk.
" kenapa sih aku harus bertemu dengan mu pembunuh?! Bahkan aku kembali ke rumah untuk beristirahat, namun yang ku dapat malah wajah pembunuh ini!! " umpat Jae Joong kasar.

Seokjin hanya diam saat mendapat umpatan kasar itu, ia dengan ikhlas menerima semua hinaan itu. Bahkan ia tidak memberi Jae Joong maupun Hye Rin sekalipun. Jae Joong yang sudah muak melihat wajah Seokjin langsung pergi dari sana dan berjalan menuju kamarnya. Shin ahjumma yang melihat itu, langsung mendekati Seokjin dan memeluknya.
" Seokjin jangan dipikirkan ya apa yang dikatakan samchon, itu semua tidak benar. Lebih baik Seokjin makan saja bersama ahjumma, " Seokjin hanya mengangguk mendengar ucapan ahjumma. Ia tidak menangis kali ini, karena kata gurunya, seorang laki laki sejati tidak boleh menangis, seorang laki laki itu kuat. Shin ahjumma sendiri prihatin melihat Seokjin yang selalu di bentak seperti ini, ia selalu tidak tega jika mendengar Seokjin di bentak. Namun apa daya, ia hanya seorang pembantu di sini, ia tidak bisa berbuat banyak hal. Yang ia bisa lakukan adalah hanya berdoa yang terbaik untuk Jin.

To be Continue
Sorry for typo😊
Hope u enjoy😋

Memories (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang