Part 1 | Rasa

864 54 3
                                    

Anneth terlahir sebagai cewek yang orang bilang galak, sinis, cerewet, tidak peka, apalagi yang namanya cinta. Rasanya itu malas. Anneth seperti itu untuk menghadapi cowok. Aneh bukan?

***

Karena apa?
Karena cowok selalu salah.

Kok bisa sih?
Gue bilang seperti itu, ya ... Karena dari sahabat gue.

Mengapa begitu?
Karena meskipun gue mendengarkan saran dari sahabat gue, perkataan mereka harus gue cerna kembali.

Apakah benar cowok selalu salah?
.....

***

Di suatu perjalanan, Mami bilang kalau Anneth pindah sekolah. Tentu saja, di situ Ia harus beradaptasi. Setelah kejadian masa lalu yang membuat drop.

Pertama kali memasuki sekolah, Anneth bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertama kali memasuki sekolah, Anneth bingung. Apalagi, Mami pamit karena ada urusan mendadak.

Ia sendiri.

BRUK!!!!

"Kalau jalan itu pakai mata! Jangan kaki yang jalan, mata tidak lihat jalan. Asal Lo tau, gue di sini itu ketua OSIS. Jadi, Lo harus punya etika yang bagus! Lo har--"

"Sudah selesai, bicaranya? Daripada Lo ceramah di depan gue, mendingan Lo kasih tau gue, di mana ruang kepala sekolah!" protes Anneth dengan malasnya.

"Cari saja sendiri. Intinya, sebelum Lo minta maaf sama gue, tidak akan gue kasih tau!"

Ini cowok, banyak maunya banget. Kesal gue dari tadi. Menunjukkan ruangan saja, susahnya setengah mati. Dasar ketua OSIS tidak berguna! - batin gue dengan kesalnya.

"Ya sudah, Gue minta maaf sama Lo. Sekarang, tunjukkan di mana ruangannya!"

Jadi cewek, kayak gitu banget. Beda sama cewek-cewek yang lainnya. Minta maaf saja tidak ikhlas, berani lagi sama cowok. Tunggu saja pembalasanku. Memangnya gue takut sama cewek? Tentu saja tidak. - dalam hati cowok itu berkata.

Menjawab dengan sebuah deheman. Cowok itu mengantar Anneth ke ruangan tersebut. Banyak orang bilang tentang kedatangannya. Yang katanya, Anneth dekat dengan ketua OSIS.

Sorry.

Tentunya Anneth tidak suka dengan ketua OSIS. Rasanya panas dengan ucapan mereka. Anneth bertemu dengan para guru dan menunjukkan di mana kelasnya. Bukan hanya satu sekolah, Anneth juga sekelas dengan cowok tersebut dan memintanya untuk mengantar Anneth ke kelas.

Terpaksa, karena gue murid baru. Kalau ada Mami pasti seneng. Lah kalau dia? Ogah. - batin Anneth.

 - batin Anneth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permisi, Bu. maaf saya telat masuk ke kelas karena mengantar perempuan, Bu. Sekarang ada di luar kelas."

"Baiklah. silakan kamu kembali ke tempat dudukmu," sahut Bu Indah.

Bu Indah menyuruh Anneth untuk masuk dan memperkenalkan diri. Baru pertama kali Anneth masuk, sudah ada yang bicara. Bukan hanya cowok tetapi ceweknya juga yang tidak mau kalah sama Anneth.

"Hi, guys. Perkenalkan nama gue Anneth Axioo Adele. Panggil gue Anneth atau Xio. Semoga kita bisa berteman dengan baik." sapa Anneth sambil tersenyum.

"Sekarang kamu duduk di sebelah Deven. Di sana kursinya kosong, jadi kamu duduk di sana."

"Emm, Deven itu yang mana?" tanya Anneth.

"Gue Deven," jawabnya sambil mengangkat satu tangan.

Ternyata cowok itu bernama Deven? Yang gue bertemu tadi dan sekarang sebangku sama dia? Oh ... Tuhan, mengapa engkau mengirimkan dia untuk hadir di sini? mengapa tidak mati saja, biar lepas dari beban hidup ini. - bicara gue sambil menuju bangkunya.

Sebelum itu, Bu Indah mengumumkan bahwa hari ini free karena besok adalah Hari Kasih Sayang. Jadi, ibu menyuruh untuk menampilkan yang terbaik dan kelompoknya adalah teman sebangku.

"Anak-anak sekarang kalian pikirkan apa yang akan ditampilkan oleh kalian. Ibu mau pergi dan kalian boleh bebas sampai pulang sekolah."

"Wah, siap Bu!" semua murid menjawab.

Mereka semua merencanakan satu sama lain. Sedangkan Anneth dan Deven hanya sibuk dengan dunia masing-masing. Entahlah rasanya Anneth males banget.

"Hi, Anneth. Nama gue Joa Jewish, ini Charisa Ciolyn dan Nashwa Nite. Sekarang ke kantin, yuk!"

"Hello, Anneth. Perkenalkan nama gue Friden Frengky, di samping gue Gogo Gernadez. Kita itu sahabatnya Deven Xioze dengan sebutan 3 Popular boy."

"Salam kenal juga. Ayo kita ke kan-"

"Nggak, Lo nggak usah ke kantin! Lo belum bilang mau tampil apa. Jadi, Lo harus konsisten!" " tegas Deven yang menarik tangan Anneth hingga duduk.

"Lo kenapa sih? Tadi diam sekarang bicara, mau Lo apa?"

"Sudah, Neth. Mendingan Lo bicara dahulu mau tampil apa. Kalau sudah Lo ke kantin." usul Joa.

Mereka pergi ke kantin sedangkan Anneth bersama Deven seorang di kelas.

Sebenarnya yang di pikirkan Deven, apa? Gue bingung sama jalan pikirannya. - suara hati gue.

"Sekarang Lo mau bilang apa? Rencananya apa, gimana ke depannya dan mau kayak apa?" tanya Anneth panjang lebar.

"Pulang sekolah, Lo langsung ke rumah gue. Rencananya nanti di rumah gue. Sekarang, Lo diam di sini sama gue."

"Jih, gabut banget! Mending gue ke kantin."

Tak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Anneth segera pulang ke rumah, tetapi Ia di tarik Deven.

Bisa tidak, sehari saja tidak membuat orang kesal. Di sisi lain Joa, Charrisa dan Nashwa mereka tertawa melihat tingkah laku Anneth dengan Deven yang sibuk dengan pertengkaran.

"Uhuk, kayaknya kita datang di waktu yang salah. Anneth, Deven, kita semua pamit. Bye!" ucap Friden seraya memberi kode kepada Gogo, Joa, Charrisa dan Nashwa.

Mereka semua pergi, terkecuali Anneth dengan Deven. Menunggu Deven sedang piket, Anneth di guyur sama seseorang yang tidak dikenal. Di situ Anneth terbully, tetapi apa boleh buat?

Anneth diam.

Karena diam bukan berarti kalah, hanya saja diam untuk mengalah. Biarkan orang yang membully Anneth bahagia, asalkan Anneth tidak membully dan menyakiti orang lain.

"Gue peringatkan sama Lo! Lo tidak usah dekat-dekat apalagi jalan sama Deven. Ingat itu Lo!"

"Terus kalau gue dekat sama Deven, memangnya mengapa, masalah buat Lo? Kalau iri bilang coba," bisik gue padanya seraya menyindir.

"Apa Lo bilang!" dengan marah orang itu ingin menampar Annetg, tetapi terhadang oleh Deven.

"Marsha! Sekali lagi gue bilang, tidak usah dekat-dekat sama gue. Apalagi Lo harus ngebully Anneth. Dia tidak salah apa-apa." teriak Deven membuat Anneth kaget mendengarnya.

"Bu-bukan gitu, Dev--"

"Cukup! Gue tidak mau mendengarkan ucapan Lo. Karena ucapan Lo itu sudah busuk, kayak SAMPAH!" bentak Deven sambil menekan kata sampah.

Deven menarik Anneth dan pergi meninggalkan Marsha.

Awas saja kau Anneth. Gue akan membuat Lo tidak nyaman di sekolah ini. - Ucapnya sambil mengepalkan tangan.

SPECIAL - [LOVE ANNETH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang