"Gue heran deh sama Deven, kenapa dia lebih mementingkan murid baru daripada Anneth. Kenapa si Deven plin plan, sih?"
"Si Anneth juga pergi sama murid baru kelas sebelah kita, tetapi kelihatannya mereka saling dekat satu sama lain. Iya nggak?"
"Kalau kayak gini, pasti ada yang sakit hati. Si Kathlien juga udah seenaknya sama Deven. Dia nggak tahu perasaan keduanya."
Friden dan Gogo hanya menggelengkan kepala, menyuruh ketiganya untuk diam dan pulang bersama. Sedangkan Mackie, masih terus mencari Anneth karena langkahnya yang terlalu cepat dan hilang jejak.
Sesampainya di taman, ia menemukan sebuah kalung yang ada di ayunan taman, ia yakin bahwa itu adalah kalung milik Anneth. Mackie terus mencari Anneth. Hal yang sama dirasakan oleh Deven. Yang terlintas dipikirannya hanyalah wajah Anneth yang sedang kesakitan.
PERGI.
Deven meminta Khatlien untuk pulang naik taksi. Deven tidak peduli mau dia marah atau kecewa, yang terpenting hanyalah Anneth.
"Deven!" teriak Kathlien yang terus diabaikan olehnya.
Namun, mereka bertiga sudah mengikat Anneth pada tiang yang tertancap. Seperti boneka yang tidak bisa melakukan apa-apa, terkecuali meminta pertolongan pada Tuhan. Anneth sungguh tak berdaya. Meskipun berusaha untuk lepas, tetap saja ia tidak bisa.
Permainan segera di mulai! Kali ini akan lebih menyenangkan dibandingkan dengan sebelumnya. - Kata pemimpin geng mereka dalam hati.
PLAK!
Satu tamparan berhasil lolos pada pipi halus Anneth dan ponsel miliknya ia tenggelamkan kedalam air agar tidak ada yang bisa menghubunginya. Terlihat jelas siapa yang melakukan ini. Ya, tentu saja MARSHA dan kawannya.
Mulai dari mengambil gunting dan merobek baju seragam yang ia kenakan. Mengecat seragam dan menyiramnya dengan sebotol air secara bergilir.
"Marsha, hentikan! Lo udah buat gue seperti boneka, yang seenaknya dimainkan dengan sesuka hati Lo! Paras wajah cantik, tetapi sikap seperti iblis!" bentaknya pada Marsha.
Marsha hanya tersenyum tajam dan melakukan aksi selanjutnya. Ikatannya di lepas dan mendorong Anneth hingga tercebur ke dalam kolam. Mereka tidak peduli jika Anneth meminta tolong. Ketika sudah selesai, mereka pergi meninggalkannya.
Hanya teriakan yang bisa Anneth lakukan. Deven mencari ke sana kemari, tetapi tidak ditemukan Anneth dimana. Melihat grup Marsha dari belakang sekolah membuatnya curiga. Deven bergegas ke arah belakang.
"Anneth!"
"Tolong aku, Dev!" pinta Anneth yang tak kuat untuk meminta lagi.
Bergegas ia menolong Anneth dan membawanya ke tepi kolam. Beruntung Anneth bisa diselamatkan. Deven memberikan jaket untuk menutupi bajunya yang robek dan membawanya pulang.
Ketika menuju kelas, Khatlien mendorong Anneth hingga terjatuh. Ucapan kata-kata yang tidak enak di dengar, membuat air matanya lolos.
Anneth! - Hati Mack berkata saat melihat Anneth terjatuh.
Mackie menghampiri Anneth dan meminta untuk pulang bersamanya. Rasa marah terlintas pada wajah Mackie. Setelah mereka pergi, Deven menarik Khatlien untuk pulang.
"Dev, Lo harus sadar diri dong! Lo kan pacar gue, ngapain ngedeketin cewek lain. Setidaknya Lo hargain perasaan gue gimana!"
Jadian juga nggak, dibilang pacar. - dalam hatinya dan pergi meninggalkannya.
"Deven!"
Sementara Mackie membawa Anneth ke kamarnya untuk berganti pakaian. Keadaanya melemah dan demam. Mama Anneth khawatir dengan keadaannya. Mackie tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, karena ia sudah berjanji agar tidak membuat maminya sedih.
Rasa suka itu tidak pernah hilang. Meskipun papa menyuruhku untuk membuka hati pada Kathlien, tetapi tetap saja tidak bisa. Papa memang keras kepala dan tidak mau mendengarkan perkataan anaknya sendiri. - batin Deven.

KAMU SEDANG MEMBACA
SPECIAL - [LOVE ANNETH]
Short StorySPECIAL - [LOVE ANNETH] "Aku bukan manusia yang terlahir sempurna karena tidak ada orang yang sempurna kecuali Yang Maha Kuasa. Dengan kehadiran dirimu, aku semakin yakin. Bahwa kamu adalah orang yang baik dan menjadikannya terbaik untukku." - Anne...