"Lepasin Friden!" Anneth menepis tangan Friden yang berada di parkiran. "Gue pulang sendiri."
Anneth beranjak pergi. Sam segera menarik tas Anneth hingga terjengkang. Memberontak dengan keras dan tak sadar jika Anneth melukai kakaknya dengan pukulan.
BUGH!!
A-abang? batin Anneth yang menyesal dan tangannya bergetar.
PLAK!!
Tamparan keras mengenai pipi mulus Anneth. "Puas Lo udah ngebantah sampai Lo mukul gue hingga berdarah kayak gini!" Menepuk tangan dengan keras tepat di depan wajahnya.
Anneth melotot, ada rasa tidak suka dari sikap kakaknya. "Abang tuh EGOIS, kenapa Anneth nggak boleh deket Deven sedangkan Deven itu PACAR Anneth. Abang juga udah berani NAMPAR Anneth, ADIK Abang sendiri. Anneth bakal bilang sama Mama kalau Abang udah KASAR sama Anneth!"
Sam hanya tersenyum smirk. "Silahkan Lo ngadu sama Mami, gue nggak takut. Jangan nyesel kalau Mami setuju dengan omongan gue!"
Friden diam tak berkutik, hanya ada perasaan bersalah. Ia bingung dengan tindakannya, benar atau salah? Sedangkan kedua pihak bertengkar hingga bermusuhan.
Seperti biasa, Marsha dkk memerhatikan drama aksinya. Yaps! Kali ini berbeda, Marsha bisa berkesempatan mendekati Sam dan Joa kembali pada Deven.
Nggak sia-sia gue bekerja sama dengan Joa. Menguntungkan. batin Marsha tersenyum smirk dan meninggalkan semuanya.
Sam berpamitan kepada Friden karena perasaannya tidak enak, akan terjadi sesuatu yang akan terjadi. Gelisah dan cepat-cepat pulang.
Gadis itu menangis dan memeluk Maminya. Menceritakan semua kejadian yang ia lalui. Menangis, menangis dan menangis yang bisa Anneth lakukan.
Sebenarnya Mami kasihan dengan tindakan Sam ke kamu, sayang. Tetapi yang dilakukan Sam itu benar, kamu harus jauh dari Deven serta keluarganya. Mami sakit jika mendengar hal itu, sama saja kembali ke masa lalu lagi. batin Mami yang diam mengelus rambut Anneth.
"Udah selesai dramanya?" Anneth terkejut melihat Sam berada di depannya.
Mami mencoba untuk menenangkannya. "Sudah, Sam. Kamu jangan terlalu berlebihan seperti ini, dia ini adik kamu lho."
Sam terus menekan dan memojokkan Anneth. Akan tetapi, Mami hanya diam dan mencoba menasihati Anneth agar menuruti perintah Sam. Tidak terima dengan perkataan Maminya, Anneth melepaskan pelukannya dan kembali marah karena Mami tidak marah pada Sam. Dipikiran Anneth, Mami sudah berubah tidak seperti dulu. Yang biasanya membela Anneth terus menerus daripada kakaknya.
"Anneth kecewa sama Mami, Mami berubah! Mami nggak kayak Papi dulu. Lebih sayang sama Abang dibandingkan Anneth. Anneth benci Mami!"
Maminya mencoba merangkul Anneth tetapi terus menolak. Hingga akhirnya, nafas Mami terasa berat dan sesak. "Puas Lo udah buat Mami kayak gini! Puas Lo udah milih Deven daripada Gua dan Mami!"
Langkahnya terhenti ketika Mami tertunduk lemas. "Ma-mami .... " ucap Anneth terputus-putus dengan air matanya berhasil lolos.
"Sam, u-udah ... Ja-jangan kayak gini, cu-cukup ki-kita ya-yang tau. Ma-mami udah n-nggak ku-kuat lagi." Mami mencoba menghentikan pertikaian keduanya.
Alhasil, Sam membawa Mami ke rumah sakit tanpa Anneth karena ia sudah sakit hati dan muak. Segitu bencinya, kah? Permintaan Anneth yang ingin mengantar Maminya pun ia tolak dan menepis dengan kasar.
Se-segitu bencinya sama gue? Hiks ... Gu-gue harus ketemu Mami, hiks ... Nggak peduli Abang mau lukain Anneth sekalipun. batin Anneth dan mengikuti mobil yang Sam pakai.
Sam tergesa-gesa membawa Mami ke rumah sakit, sehingga ia sampai pun Mami sudah tidak sadarkan diri. Mami dibawa ke ruangan untuk ditangani.
Mengacak-acak rambutnya dan menyalahkan diri sendiri, seharusnya ia tidak seperti ini. Ia sudah tahu dari awal dengan firasatnya seperti ini. Friden yang mendengar kabarpun hendak menemui Sam dan menenangkannya. "Sudah, Sam. Lo berdoa aja semoga Mama Lo baik-baik aja."
Dengan nafas yang memburu dan lelah berlari, Anneth menghampiri Sam dan ingin bertemu dengan Mami. "Ma-maafin ... A-anneth, Bang. I-ini sa-salah–"
Sam melirik Anneth dengan kesal dan naik darah. "Nggak ada gunanya Lo minta maaf! Gue udh kasih peringatan ke Lo supaya jauhin Deven apalagi Lo udah ada hubungan tanpa sepengetahuan gue, Anneth!"
"Ya, tapi apa alasannya?! Abang selalu aja buat Anneth kayak boneka! Anneth udah bahagia sekarang, Bang, karena hubungan Deven dan Anneth seperti dulu lagi–"
Sam memukul tembok berkali-kali dan berteriak membuat Anneth menangis dengan kejer. "Cukup, Anneth, Lo nggak bakalan ngerti!" Sam mengatur kembali nafasnya. "Lo itu dibutakan oleh Cinta sampai-sampai Lo nggak tau kalau Papanya Deven yang ngebunuh Papi kita, PUAS?! Gue nggak kasih tau Lo karena gue dan Mami nggak mau sakit Lo kambuh, kita itu prihatin sama Lo. Tetapi apa? Lo itu selalu nggak mau nurutin apa kata gue, selalu Deven yang ada dipikiran Lo, kesenangan Lo. Gue tuh udah sakit dengan ini Anneth, jangan Lo tambah penderitaan gue dengan Lo berubah sikap demi Deven! GUE UDAH CAPEK!"
Perlahan-lahan Anneth memundurkan kakinya demi sedikit. Rasanya seperti mimpi Sam berkata demikian. Tidak percaya. Anneth tidak kuat mendengarnya, masa lalunya terungkit kembali. Sam sudah marah ditambah Maminya yang masuk rumah sakit membuat Anneth sakit dan pergi menghindari semuanya.
Perkataan Sam barusan membuatnya teringat akan perkataan Maminya. "A-Anneth!" teriak Sam yang mencoba ingin mengejar namun dokter keluar dari ruangan itu. Dengan terpaksa, ia menunda untuk mengejar Anneth.
Dokter mengatakan jika Maminya harus dirawat beberapa hari karena sakit yang dialaminya kambuh. Penyakit Mami membuat Sam terkejut karena Mami hanya mengatakan jika ia hanya batuk, sesak biasa.
Kali ini ia bergegas ke ruangan Maminya, terbaring dengan lemah. Sam tak kuat menahan semuanya. Seharusnya ia tidak melakukan ini, tetapi kenapa ia melakukannya?
Friden menenangkan Sam dan pergi mencari Anneth karena Sam mengatakan jika penyakit Anneth bisa saja kambuh.
"Mami bangun, Sam minta maaf jika Sam yang buat Mami kayak gini," rintih Sam terus memegang tangan Maminya.
"Bangun, Mi. Sam kangen Mami–"
Kenapa semua seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
SPECIAL - [LOVE ANNETH]
NouvellesSPECIAL - [LOVE ANNETH] "Aku bukan manusia yang terlahir sempurna karena tidak ada orang yang sempurna kecuali Yang Maha Kuasa. Dengan kehadiran dirimu, aku semakin yakin. Bahwa kamu adalah orang yang baik dan menjadikannya terbaik untukku." - Anne...