Part 26 || Meresahkan

72 11 2
                                    

"Deven berangkat sekolah, Ma!" teriak Deven yang turun dari tangga dan mengambil kunci motor.

Papa menghentikan Deven. "Ingat, tugas kamu antar jemput saudara kamu. Biar nggak musuhan. Jagain terus."

"Kok Deven, Pah. Masa Deven harus jagain 24 jam gitu? Nggak ah. Punya kaki juga, pasti bisa sendiri." ketus Deven yang bosan.

Papa terus memaksa hingga Mamanya turun tangan. Senjata ampuhnya adalah semua fasilitas akan dicabut jika ia tidak mau menuruti perkataan orang tuanya.

"CK ... Iya, Deven nurut." kesal Deven lalu berpamitan.

Joa menelpon Deven tetapi tidak terangkat karena ia fokus untuk mengendarai. Sesampainya di sana, Charrisa sudah menunggu di depan rumahnya.

"Lama banget Lo!"

Deven menghela nafas. "Masih untung gue jemput. Udah cepetan naik!"

Drt...Drt...Drt

Deven mengangkat telponnya dan dirampas oleh Charrisa.

"Mengganggu saja!" ucap Charrisa sambil menutup telponnya. "Sudah cepat, kita terlambat ke sekolah."

"Reseh amat si, baru juga tau Lo Sodara gue."

Mereka berangkat ke sekolah. Ketika sampai, banyak orang yang memperhatikan mereka. Khususnya Joa dan Marsha dan geng nya.

Deven sama Charrisa ?

Bukannya Deven sama Joa?

Nggak setuju Deven sama dia.

Begitulah ocehan dari mereka yang tidak suka. Telinga Charrisa sangat panas tetapi Deven menyuruhnya untuk tidak membalas.

"Udah masuk, gih, nanti telat. Pulang gue anter juga." kata Deven dengan senyuman khasnya.

Charrisa memeluk Deven. "Makasih Deven, makin sayang deh. Duluan ya, dadah!"

Deven hanya melambaikan tangan. Senang? Iya. Dipertengahan kelas ia bertemu dengan Joa. Raut wajahnya sangat panas dan tatapan tajam.

"Lo bisa nggak jauhin Deven! Dia itu milik gue, dasar pelakor." jawab Joa dengan menampar pipi kanan Charrisa.

Tiba-tiba Marsha datang. "Kalau Lo ngelawan, gue bisa aja hancurin hidup Lo seperti Anneth!"

"J-jadi itu ulah Lo juga, Marsha. Kenapa Lo tega banget, Anneth itu baik dan Lo Joa, sama sahabat aja Lo rusak. Tega Lo!" bantah Charrisa sambil mencoba mereka percakapan mereka.

Mereka menjelaskan dan Charrisa mendapat jawabannya. Berhenti dan menjauh karena Deven sudah tiba. Charrisa terdorong. Deven yang melihatnya pun langsung menolong dan mengantarkan ke kelas.

"Pulang sekolah, gue mau ngomong sesuatu ke Lo."

Deven mengangguk.

Pelajaran pun dimulai. Jam kosong di pagi hari sampai pulang karena ada rapat dadakan. Charrisa yang bosan pun mendapat pesan.

To : Charrisa

Pergi ke gudang belakang sekolah. Gue mau bicara sama Lo, ada hal penting. Kalau Lo nggak datang, tanggung sendiri akibatnya.

Tanpa aba-aba, ia pergi menuju tempat itu. Tidak ada orang, hanya pintu gudang yang terbuka. Semuanya gelap.

BYURR!!!

Seember air membasahi Charrisa. Ya, siapa lagi kalau bukan perbuatan cewek pembully itu.

Namun Charrisa pintar. Meskipun dalam situasi seperti itu, ia masih bisa merekam semua kejadian. Mereka memberikan obat kepada Charrisa secara paksa dan ia terbaring lemah karena reaksi obat tersebut.

Joa yang kesal melukai tangan Charrisa dengan pecahan kaca. Tersenyum puas. Charrisa memejamkan mata dan menahan rasa sakit itu.

"Ayo kita cabut! Biarkan dia disini, syukur kalau mati."

Senyuman sinis, raut wajah bahagia disertai kemenangan menjatuhkan. Deven yang mencari Charrisa pun bertanya dengan temannya.

"Ga, Lo liat Charrisa nggak?" tanya Deven yang penuh kecemasan.

Arga hanya menggelengkan. Akan tetapi, ia sempat izin untuk ke belakang sekolah.

"Dev, ikut gue ke kantin, yuk!" Joa yang menghampiri Deven, di tolak mentah-mentah.

Deven berubah! Kesel gue, pasti nyari Charrisa.

Charrisa yang berada di dalam gudang mencoba meminta tolong.

"Ah ... sakit banget. Yang diluar atau siapapun, buka pintunya!" rintihnya.

Kok pintu gudang gerak-gerak, ya? Apa ada orang? - kata Deven yang curiga.

Deven menghampiri gudang tersebut. Benar saja, di dalam ada orang. Ia mendobrak dan ternyata benar.

Deven terkejut. "Charrisa!"

Ia tidak bicara, sudah lelah. Semuanya gelap. Ia meminta izin untuk pulang dan membawanya ke Rumah Sakit.

Kau ini, meresahkan. Kadang waras kadang nggak, tetapi aku kasian padamu. - kata Deven dalam hatinya.

SPECIAL - [LOVE ANNETH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang