UHUK!
Wajah Joa semakin pucat dan lemas. Hampir terjatuh, namun Deven selalu membantunya. Kali ini ia tidak kuat, semuanya pun menjadi gelap.
"Joa, bangun, Jo!" ucap Deven sambil menepuk pipi Joa yang memucat.
Deven membawa Joa dan pulang ke rumahnya. Terlihat wajah Deven begitu cemas. Ia terburu-buru membawa Joa sambil berteriak memanggil Mamanya.
Mama Deven terkejut. "Ini kenapa, Dev?"
"Tolongin Deven, Ma," ucapnya sambil membaringkan Joa di kamar Deven.
Mama segera memanggilkan dokter dan Deven berada di samping Joa. Dokterpun langsung menanganinya. Tidak ada apa-apa, hanya butuh istirahat. Joa terbangun dan pulang diantar oleh Deven. Sempat mencegah tetapi ditolak.
Di sisi lain, Charrisa sudah lelah dengan sikap Joa. Tidak tau lagi harus cerita kepada siapa. Akhirnya, Charrisa menelpon Deven untuk memperbaiki semuanya. Meskipun ia tidak salah, tetapi panggilannya selalu di tolak. Seburuk itu kah Charrisa di mata Deven?
Tanpa memedulikannya, Charrisa kembali ke rumahnya. Kedua orang tuanya menyuruh ia untuk bersiap-siap.
***
Malam pun tiba. Charrisa sudah siap dan menghampiri kedua orang tuanya. Dengan memakai gaun berwarna merah, rambut terurai dan aroma parfum yang menjadikan ciri khasnya.
"Anak Mama sudah dewasa, ya. Tampak berbeda dari sebelumnya." kata Mama yang berusaha menggodanya.
Charrisa mengecutkan bibirnya. "Emang kita mau kemana, sih? Harus banget, ya, Princess Charrisa ikut?"
"Kamu ikuti aja kita mau kemana, oke?" jawab Papa sambil berjalan menuju mobilnya.
Disepanjang perjalanan, Charrisa masih terbayang masalahnya tadi. Ia takut jika hubungan pertemanan Deven dan Charrisa renggang hanya karena masalah sepele. Melihat bintang diterangi sinar rembulan yang mengingatkannya pada seseorang.
I miss you and I miss our friendship ropes.
"It's here. Let's have some fun." ucap Papa yang sudah memarkirkan mobilnya.
Mereka turun dan segera menuju meja makan yang telah direncanakan. Sesampainya di sana, Charrisa terkejut karena yang ditemuinya tidak asing.
"Deven?"
"Charrisa?"
Kata mereka secara serentak.
"Wah, bagus dong kalau sudah saling kenal. Jadi, hubungan kalian bisa dekat lagi." ucap Papa yang membuatku terkejut.
Hubungan apa?
Charrisa meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar. Setelah keluar dari toilet, ia berpas-pasan dengan Mack. Charrisa menanyakan kenapa ada di sini. Ternyata, Mack pamit untuk pindah sekolah keluar negeri karena ia sudah dijodohkan dan memiliki kontrak dengan perusahaan lain.
"Ya sudah, Cha, aku pergi. Soalnya kedua orang tuaku sudah menunggu. Jaga dirimu baik-baik dan ini aku ada kalung untukmu. Aku harap, kamu simpan ini dan jangan sampai hilang. See you!"
Charrisa hanya melambaikan tangan. Kini sahabat keduanya telah pergi, tinggal Charrisa seorang diri. Ia kembali ke tempat orang tuanya.
"Sayang, kami memutuskan untuk mendekatkan hubungan yang lebih kepada kalian. Kalian tidak boleh berantem dan jika ada masalah laporkan kepada kami. Jadi, kalian tidak boleh ada penolakan," kata Papa Deven yang menjelaskan semuanya.
Deven langsung menyaut. "Maksud Papa, hubungan yang lebih seperti apa? Ini bukan perjodohan atau apa, 'kan, Pa?"
Semuanya tertawa kecuali Charrisa dan Deven.
"Maksud kami, kalian itu bersaudara. Hubungan yang lebih itu agar semakin akrab dan harmonis." jelas Mama Deven. "Memangnya kalian pacaran?"
Charrisa langsung menjawab. "Nggak Tante, hanya sebatas teman saja. Charrisa sama Deven izin ya, mau bermain dulu di depan. Boleh?"
Semuanya mengangguk. Mereka mengobrol satu sama lain sedangkan Charrisa mengajak Deven ke taman untuk menjelaskan kejadian tadi. Memang Deven marah tetapi jika dia tidak memaafkan makan Charrisa akan melaporkan pada orangtuanya.
"Gue maafin!" kata Deven yang menarik tangan Charrisa.
"Nah, gitu. Saudara harus baik. Gue harap lo jangan ngejauhin gue, ya? Pokoknya kalau ke manapun gue mau, lo yang anter. Gada PENOLAKAN!" jelas Charrisa sambil menekan kata 'penolakan'.
Deven tidak terima tetapi ia takut jika masalahnya dilaporkan kepada orangtuanya. Bisa-bisa ia kena marah.
Untung saudara. Kalau nggak, habis lo sama gue. - kata Deven dalam hatinya.
Tiba-tiba, Joa menelpon Deven. Charrisa yang melihatnya pun langsung menyuruh menolak panggilan tersebut. Meskipun berkali-kali.
"Tolak atau gue lapor ke orangtua!"
Deven hanya berdecak dengan kesalnya. "Iya!"
Charrisa senang dan langsung memeluk. Deven kaku terdiam, dirinya seketika menjadi patung dan tidak bergerak. Charrisa pergi.
Gue punya saudara gini amat, ya. - kata Deven dalam hatinya.
Malam itu pun menjadi hari yang bahagia karena berkat orang tuanya, hubungan mereka tidak renggang lagi. Ya, meskipun sahabatnya sudah pergi tetapi masih ada harapan untuk merubah sikap saudaranya.
"Semoga dengan ini, gue bisa meluruskan jalan Deven yang salah karena Joa." harap Charrisa sebelum ia tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/228622565-288-k734326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SPECIAL - [LOVE ANNETH]
Short StorySPECIAL - [LOVE ANNETH] "Aku bukan manusia yang terlahir sempurna karena tidak ada orang yang sempurna kecuali Yang Maha Kuasa. Dengan kehadiran dirimu, aku semakin yakin. Bahwa kamu adalah orang yang baik dan menjadikannya terbaik untukku." - Anne...