Part 23 | Pergi itu lebih baik

93 14 4
                                    

Charrisa berlari menuju lantai 2 dan menceritakan semuanya kepada mereka, tetapi Deven melihat dengan terheran-heran dan mencari seorang lainnya. Joa berakting kembali. Jelas, sebenarnya Deven risih dan menyesal, tetapi kasian karena ia menangis.

BRAK!

Sam dan Mack terkejut dengan aksi Charrisa yang tidak mengucapkan salam.

"Gawat!"

UHUKK!

"Eh, Lo nggak usah ngedobrak pintu. Untung itu engsel nggak copot. Emang, gawat apaan?" protes Mack yang tersedak oleh minumannya.

Charrisa masih mengatur napasnya karena lelah. "Ya, pokoknya gawat!"

"Iya ... Gawat kenapa, C-H-A-R-R-I-S-A? Dari tadi jawabnya gawat mulu, pake kawat sekalian biar nggak jerawatan," ketus Sam yang sudah kesal dengan keduanya.

Charrisa melotot dan berusaha untuk sabar. "Gue mau kasih tau, si Anneth bawa mobil Lo dan itu ngebut banget. Sampe-sampe, gue nggak diajak!"

"Kenapa Lo nggak cegah Charrisa. Bisa lebih gawat kalau nggak dihentikan, gue nggak mau kejadian dulu terulang lagi. Sekarang dia kemana?"

"Ya ... Mana gue tau, kan gue kasih tau Lo pada. Gimana, sih? Udah, sekarang mending cari Anneth. Perasaan gue nggak enak, apalagi tadi si Deven sama Joa lagi berduaan. Kesel," cerocos Charrisa.

Sebenarnya, Mack ingin menghampiri Deven dan bertindak kasar. Namun, ia berpikir dan Anneth lebih penting. Mereka semua mencari Anneth.

***

Anneth yang pusing dan tidak tahu lagi harus bagaimana. Pikirannya mulai kosong, tetapi lipan emosi membakar dirinya.

"Argh! Harusnya, gue nggak terjerumus soal cinta!" teriak Anneth dengan emosi sambil mempertajam kecepatan.

"Mending, gue nggak usah kenal yang namanya cinta. Dulu, gue nggak pernah mikirin soal percintaan, apalagi yang namanya laki-laki. Mau populer satu sekolahan, ganteng, idaman kaum hawa, good looking, gue nggak peduli. Giliran gue berusaha membuka hati dan setia, tetapi yang gue dapatkan hanya disia-siakan. Percuma! Gue hanya dapat kekecewaan dan buang-buang waktu! Nyiksa diri sendiri."

Dengan perasaan yang sudah tak tertahankan, Anneth pergi ke rumahnya dan meminta Mamanya untuk sekolah ke luar negeri. Ia tidak apa-apa, jika harus pergi sendiri dan menetap di sana. Mamanya menghela napas dan mengangguk. Ia tahu kondisi Anneth yang disembunyikan dari kecil.

Tidak ada pilihan lain, Mama menelpon Sam untuk datang ke rumah dan mempersiapkan barang-barangnya. Mereka akan berangkat malam ini juga. Sam yang berada diperjalanan pulang ke rumah. Charrisa dan terkejut karena sahabatnya ingin pergi dan tidak tau sampai kapan ia akan kembali. Ingin melarang, tetapi bukan haknya. Anneth juga harus bahagia.

Akhirnya, mereka mengantarnya sampai ke bandara. Tangisan pecah. Rasa sesakpun semakin dalam. Rela tidak rela, ia harus melepaskan.

Kalau Lo pergi, nanti gue sama siapa, Neth? Gue sedih kalau harus pisah sama Lo. Gue nggak mau, orang yang gue sayang pergi. Gue nggak bisa cegah karena gue tau, kalau Lo juga ke sana buat ngobatin rasa sakit Lo. - Kata Charrisa dalam hati.

Mereka semua berpelukan. Anneth memberikan gelang persahabatan kepada Charrisa. Jika ia rindu, cukup dengan melihat gelang tersebut. Mereka pamit dan meninggalkan Mack dan Charrisa.

"Anneth!" teriak Charrisa yang dibajiri dengan air mata.

Anneth membalikan badan, tersenyum dan melambaikan tangan. Mack hanya merangkul Charrisa dan mengajaknya untuk pulang. Meskipun sudah pulang, Charrisa pergi ke kamar dan mengurung diri. Mack kasian kepada Charrisa begitupun orang tuanya Charrisa.

Mack pulang dan memutuskan melihat Charrisa besok di sekolah.

Deven! Sampai sekolah, gue nggak akan tinggal diam. Lihat saja. - Kata Mack dalam hati yang sudah kesal dengan semuanya.

SPECIAL - [LOVE ANNETH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang