Part 40 | Selesai

205 15 0
                                    

"Cinta itu tidak harus saling memiliki, cukup jadikan orang special yang pernah singgah dalam kehidupan kita."

***

Perlahan membuka mata dan mengumpulkan nyawa lantaran seseorang membangunkan. Menguap, mengerjap-ngerjap dengan membersihkan diri meskipun berada di rumah sakit.

Dokter mengizinkan Mama untuk pulang karena keadaannya sudah membaik. Sam membereskan semuanya. "Ma, Mama yakin mau ke rumah keluarga Deven untuk kasus Papa sekarang?"

Tersenyum. Terlihat dari raut wajahnya, Mama ingin cepat selesai dan pergi jauh dari kehidupan sekarang yang terus-menerus mengganggu.

Mereka berjalan melihat dunia sekitar. "Bang, sejak kapan Abang bisa bawa mobil?" tanya Anneth yang melihat Sam membawa Mama masuk ke dalam mobil.

"Gue emang udah bisa dari dulu, lu aja yang nggak peka! Cepet masuk, kita mau nuntasin semuanya."

Gue masih nggak tega, tetapi lihat kondisi Mama lebih baik gue diam. batin Anneth memilih duduk dibelakang.

Sam menelpon pihak kepolisian untuk segera datang karena dia tau jika Papa Deven ada di rumahnya. Mama hanya berharap jika kedepannya akan baik-baik saja. Berat yang Anneth rasakan. Sudah kehilangan Papa, teman, sahabat hingga orang yang dicintanya.

Anneth harus bersyukur masih ada orang yang sayang sama Anneth, khususnya keluarga Anneth. Meskipun harus merelakan orang yang sudah ada di kehidupan Anneth. Memang Cinta itu tidak harus memiliki, cukup sebagai orang yang spesial dan pernah singgah di kehidupan Anneth. batin Anneth yang beradu argumen. Melihat lingkungan sekitar hingga matanya terbulatkan karena waktunya sudah tiba. Kuatkan perasaan dan pikirkan tentang keluarga.

Tok ... Tok ... Tok

Pintu terbuka dan terlihat seorang wanita dengan mata yang sembab. "Ada apa, ya? Ke-kenapa ada polisi?"

"Bisa saya bertemu dengan suami Ibu? Bi--"

Ibu Deven memotong pembicaraan. "Suami saya tidak ada di rumah, dia sedang ada urusan keluar kota." bicaranya begitu panik dan gelisah. Ia tidak mau jika Deven tahu.

Memberi kode kepada Polisi dan masuk ke rumah Keluarga nya dengan paksa. Benar. Papa Deven berada di dalam sedang asik menonton film sambil memandangi Mama Anneth.

Meskipun ingin kaburpun percuma karena Polisi gesit menangkap Papa Deven. Mendengar keributanpun Deven menghampiri dan terkejut jika di rumahnya terdapat polisi dan juga keluarga Anneth.

"Lepasin Papa saya, Papa saya tidak bersalah!" Deven berlari dan menghentikan semuanya. Melihat Mama agar menjelaskan jika Papa tidak bersalah, sedangkan Mama Deven hanya menangis dan tidak berkata apa-apa. "Ma, jawab Ma! Papa itu nggak bersalah, ini fitnah 'kan? Kenapa Mama diam?"

Mama Deven menggeleng dan memeluk Deven, tetapi ia terus memberontak. Rasanya mustahil dan tidak terima perlakuan keluarga Anneth kepada Papa. "Ma-Mama nggak bi-bisa, sayang."

Deven perlahan mundur langkah demi langkah. "Nggak, ini nggak mungkin, Ma. Papa nggak bersalah, Deven yakin Ma!"

Ini kenyataan Deven, Lo harus terima. Gue tau Lo kecewa sama gue, tapi di sisi lain gue nggak terima kalau pelaku pembunuhan Papa bahagia begitu aja. Nggak adil namanya. Anneth memerhatikan Deven yang terjatuh dan berteriak.

Perlahan, Mama Deven bersujud di depan Mama Anneth yang berdiri. Mencoba memegang kedua tangannya sambil memohon. "Tolong cabut tuntutannya. Saya tahu perbuatan suami saya salah, tetapi kamu juga pasti merasakan gimana perasaan Deven anak kami. Maafkan suami saya secara kekeluargaan. Jika kalian menuntut, tangkap saja saya. Saya mohon, bebaskan suami saya."

Rasa sesak dan perih terasa pada diri Mama. "Tetapi apa kamu memikirkan nasib anak-anak saya yang sejak lama kehilangan seorang ayah? Terlebih Anneth melihat langsung Papanya terbunuh dan dia hampir mati akibat ulah suami Anda."

Mama Deven terdiam dan sudah lemas, tak ada cara lain membebaskan suaminya. Sam memutar rekaman tentang percakapan orang tua Deven dengan keras. Anneth memejamkan mata dan menangis, berusaha untuk tetap tegar.

DEG!!!

Deven melihat ke arah Papa. Kini suaranya menjadi pelan. "Apa bener Papa yang ngebunuh? Jawab, Pah!"

"Maafin Papa, Dev." Polisi membawa pergi Papa Deven dan tinggal tersisa keluarga Anneth dan juga Mama Deven.

Deven mengacak-acak rambutnya. "Arrggghhh!"

Mama memeluk Deven agar dirinya tenang dan bisa menerima. Akan tetapi, Deven menghampiri Anneth dengan wajah panas. "Ini kan yang Lo mau? Udah puas? Udah puas liat keluarga gue hancur! Sekarang Lo pergi dari rumah gue dan bawa keluarga Lo, karena gue nggak suka liat orang yang udah ngehancurin keluarga gue!"

Begitu pedas perkataan Deven. Apa ia tidak merasakan jika berada di posisi Anneth? Anneth menghembuskan nafas secara perlahan. "Tanpa Lo suruh, gue akan pergi selamanya. Sebelumnya makasih karena Lo pernah singgah di kehidupan gue dan semua kejadian gue udah lupain. Kalau suatu hari kita ketemu, anggap aja kita nggak kenal satu sama lain."

Semuanya pergi. Hanya tersisa Deven dan Mamanya.

Gue nggak nyangka kalau akhirnya akan kayak gini. Gue nggak suka, Dev.

Anneth yang sudah berada di mobil bersama keluarganya, hanya bisa menguatkan satu sama lain. Kali ini Mama memutuskan untuk pergi jauh agar tidak ada orang masa lalu datang kembali. Mau tidak mau ia harus menuruti dan mengubahnya menjadi lebih baik lagi.

Ting ... Ting ... Ting

Nashwa

Neth, Lo dimana? Gue
mau ketemu Lo. Gue
minta maaf sama Lo.

/Read

Jawab, Neth.

Gue udah maafin semuanya.
Gue pamit.

Lo mau kemana?

Neth!

Gue, Gogo, Friden,
Charrisa nunggu Lo.

/Read


Anneth melemparkan hp ke kursi samping. Kenapa disaat Anneth pergi, mereka mencarinya. Disaat ada masalah tidak ada yang hadir. Apa arti sahabat selama ini? Namun Anneth tidak memikirkan dan memedulikan semuanya lagi.

"Kita akan pergi dari semua kejadian ini. Semua pakaian dan segalanya sudah dibawakan dan akan pergi sekarang. Semua akan diganti serba baru. Tidak keberatan, 'kan?"

Anneth dan Sam menyetujuinya. Semua ini demi kebaikkan bersama. Akhirnya, mereka pergi dan tidak akan bertemu dengan orang-orang di masa lalu.

"Hiduplah secara mandiri dan jangan ketergantungan orang lain, karena yang mengalami dan menolong disaat membutuhkan, siapa lagi kalau bukan diri sendiri?"

- TAMAT -

Maaf jika di semua part terdapat kesalahan ataupun kurang puas. Cerita ini hanya sekedar hiburan. Aku harap kalian suka meskipun kecil.

Makasih yang udah vote, comment apalagi share❤️

Bye :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPECIAL - [LOVE ANNETH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang