Part 30 | Apa kabar?

76 12 6
                                    

BRAK!!

Pintu terbuka dengan sekali tendangan. Yap! Begitulah kehidupan Anneth sekarang. Malas merajalela, jurus ampuh dengan tendangan. Tidak peduli siapa yang berada di sekitarnya.

GUBRAK!

"ASTAGFIRULLAH! TOBAT DAN BEROBAT LU," teriak Sam yang kesakitan memegang pinggangnya. "Lama-lama masa depan gue hancur gara-gara Lo!"

Dengan wajah yang tanpa dosa, Anneth berjalan dengan pandangan lurus layaknya seperti model. Tidak lupa memakai kacamata hitam yang membuka aura energiknya.

"Adik durhaka!"

Anneth memalingkan badannya. "Makanya, punya mata dipakai bos! Jangan lirik ke sana kemari kayak mata keranjang, toh ujungnya kena batunya."

Kata savage yang dikeluarkan Anneth membuat Sam terdiam. Marah? Jelas. Anneth berjalan menuju kamar tetapi Sam mengejeknya kembali.

"Gimana mau punya laki-laki kalau kelakuan Lo buruk, pasti--"

Anneth cepat memotong. "Lebih baik kelakuan buruk, daripada tampang menarik tapi kelakuan seperti orang munafik!"

Jleb!!

Lama-lama mental gue down. Adik gue berubahnya sungguh cepat. Bahaya kalau gue punya istri. Sekali salah, hancurlah dunia. Sam yang sendri tadi terdiam dan mengelus-elus dadanya.

Senyuman smirk terlintas dalam wajahnya dan berjalan, menanti untuk esok hari.

Malampun tiba. Dengan harapan yang penuh keyakinan, dan berharap kepastian itu menjadi kenyataan. Sementara itu, Deven membaringkan badannya di kasur dan masih memikirkan perihal 'dia'.

Akankah itu dirimu? Jika itu dirimu, kenapa kamu kembali membawa luka itu? batin Deven yang perlahan menutup mata.

***

Cahaya sinar datang, memasuki ruangan yang membuatnya sedikit sadar.

"Enghhh .... " sambil mengucek-ngucek kedua matanya dengan sedikit pemanasan.

Ia membersihkan diri dengan penuh semangat. Dengan style yang berbeda. Memakai jaket berwarna hitam, rambut diikat 1 ditambah kacamata hitam. Tas yang ia kenakan hanya dipakai 1 saja.

Tak lupa ia menggebrak pintu kakaknya agar terbangun dan sarapan bersama. Biarkan kakaknya senam jantung agar terbiasa dan tidak memiliki riwayat jantung.

"Morning, Mom ... I'm ready for action and school." Anneth duduk dan sarapan.

Berpamitan dan langsung pergi meninggalkan kakaknya yang baru sampai meja makan.

"Dasar adik gila, otaknya udah sinting. Masa ngebangunin abangnya pakai tendangan, kan kasian pintunya. Nggak punya salah, malah disalahin." cerocos Sam yang sendari tadi sambil memakan roti lapis.

Mamanya hanya menggelengkan kepala dan menyuruhnya untuk berangkat sekolah. Sendiri. Ditinggal oleh adik tercintanya.

Adik laknat, awas aja Lo kalau di sekolah.

Anneth yang menyusuri koridor, membuat semua murid tercengang dengan perubahannya. Seperti orang asing.

"Eh, itu si Anneth?" tunjuk Marsha dari jauh yang membuat Joa tidak percaya.

"Masa Anneth kayak gitu sih? Orangnya kan cengeng dan kecewean bukan tomboy kek gitu?" jelas Joa yang penuh kekhawatiran.

Kring ... Kring ... Kring

Semua murid masuk dan memulai pelajarannya. Di setiap kelas, banyak yang menanyakan siapa gadis itu. Bu Indah masuk dan membawa gadis itu. Benar saja, Anneth sekelas dengan Deven dan yang lainnya.

Anneth tersenyum dengan tatapan tajam yang mengarah pada Deven. "Hello everyone ... Nama gue Annetha Bilgis Nasution. Panggil gw Anneth!

Semua terpana. Bu indah menyuruhnya untuk duduk di belakang Joa.

Dengan santainya ia duduk dan berbisik pada Joa. "Kita bertemu lagi, sa-ha-bat."

Senyum kegelapannya tiba dan membuat jantung Joa berdetak cepat.

Pelajaran berlangsung dengan lancar, sehingga waktunya untuk beristirahat. Anneth memilih pergi ke kantin karena sudah rindu dengan semuanya.

Ia mengambil meja pojokan dan memesan banyak makanan karena lapar. Menguras energi.

BYUR!!!

Air baso milik Marsha dan gengnya tumpah mengenai baju milik Anneth.

"UPS! Sorry, gue sengaja." kata Marsha dan yang lainnya yang tertawa terbahak-bahak.

Anneth tersenyum smirk sambil merapihkan jasnya dan membuat kejutan tanpa aba-aba.

CRANG!

CRANG!

CRANG!

CRANG!

Mangkuk baso yang ada di tangan Marsha, Joa dan 2 temannya terlempar pecah ke tembok dengan tendangan Anneth.

"Arrhhhh!" ringis mereka semua.

Jo-joa? batin Deven yang terkejut.

Sambil berjalan menuju Joa ia berbisik sebelum pergi meninggalkan. "Permainanmu kurang cantik, sayang!"

Semua murid yang berada di sekitarnya terpukau. Deven yang bersama Friden dan Gogo tersedak dan tidak menyangka.

"Damagenya bukan main bro!" sambil bertepuk tangan Gogo menggeleng tidak percaya.

"Secepat itu Lo berubah, Neth?"

"AN-NETH?!" teriak mereka bersama.

Deven pergi untuk melihat keadaan Joa. Benar saja, ada luka ditangannya akibat tendangan Anneth.

"Joa!" Deven menghampirinya.

"Sa-sakit Deven, hiks ... hiks ... hiks. Aku kan nggak sengaja nginjek kakinya dan minta maaf. Ta-tapi kayak gini, balasannya. Sakit, Dev." tangis Joa yang memeluk Deven.

Ia marah dan mengobati. Tak segan-segan, ia mencari Anneth. Ternyata, Anneth berada di dalam kelas.

Rasakan akibatnya, Anneth. batin Joa yang berpura-pura kesakitan.

BRAK!!

"ANNETH!"

SPECIAL - [LOVE ANNETH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang