dua puluh sembilan: Pencuri yang Manipulatif

158 35 12
                                    

HAI! KETEMU LAGI DI RING THE BELL!

KALI INI AKU BISA UPDATE LEBIH PANJANG DARI BIASANYA DAN ANGGAP AJA INI BONUS OKAY

AKHIR AKHIR INI AKU EMANG LAGI SIBUK JUGA SAMA PROKER BEM DAN SEBAGAI TIM KOMINFO AKU HARUS GERCEP. HUFT PADAHAL UDAH GATEL PGN NULIS DAN APDET AKUTUH

AH CURHAT LAGI

YAUDAH DEH. AKU MAU KASIH SPOILER AJA KALO DI NEXT PART AKAN ADA LINTANG?

MANA YANG DEMEN SM LINTANG???

YOK AYOK VOTENYA MANA YG BANYAK YAA BIAR AKU SEMANGAT UPDATE

SELAMAT MEMBACA ❤️🤗

[]


"Di, kamu nggak apa-apa?" Tanya Mela sembari lahap mengunyah kue cubitnya.

Odi tidak menjawab. Matanya masih menatap lurus ke arah jalanan malam yang ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang.

"Hei." Mela melambaikan tangannya pada wajah Odi, seketika cewek itu terperanjat. Mela berdecak. "Ya ampun ngelamun deuih."

Odi nyengir namun setengah hati. Merasakan berbagai perasaan tidak enak setelah rapat tadi ditutup dengan keputusan ia harus pindah ke divisi dokumentasi. Acara sebesar FOURNITE memang butuh tim dokumentasi yang handal dan banyak agar momen acaranya bisa terkenang dengan baik. Walaupun sebenarnya untuk menerima semua itu terasa berat sekali.

Ia masih selalu teringat dengan trauma saat di ekskul futsal saat ia memegang kamera.

"Abisin, sayang banget kalo dibuang. Itu dibeli pake uang, bukan pake ucapan makasih sama si mangnya." Tegas Mela seraya melempar cup plastik kue cubitnya ke tong sampah di depannya.

"Aku kenyang..." Odi memberikan cup kue cubit miliknya pada Mela lalu ia berdiri dan berjalan meninggalkan Mela. "Buat kamu aja."

"Eh eh mau kemana?"

"Pulang."

"Kan rapatnya belum beres banget."

"Males. Aku nggak mau. Ketuplak bilang aku nggak ada kemajuan di divisi aku. Bisa jadi itu emang bener."

"Tapi kan nggak gitu, Di."

"Terus?"

"Nanggung lah, bentar lagi juga kelar."

Dengan wajah kesal, Odi menunjukkan jarum di jam tangannya yang hampir menunjukkan pukul sepuluh.

"Nih liat, kalo ketuplaknya nggak main-main dulu ini rapat bisa selesai sebelum jam segini."

Mela menghela napas, "Tau, Di. Makanya sekarang jangan ngaret lagi. Udah malem."

"Iya deh." Odi akhirnya menurut walaupun terpaksa. Tumbenan sekali ia menurut pada Mela.

Mereka kembali ke ruangan rapat yang letaknya di salah satu ruang kelas 12. Kondisi sekolah yang cukup gelap membuat mereka agak kesulitan melihat walaupun dibantu oleh cahaya senter.

[#1]: Ring The BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang