JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN OKAYY
VOTE DAN KOMEN KALIAN ADALAH BENTUK APRESIASI DAN DUKUNGAN BUATKU
YANG MASIH JADI SILENT READER, SEMOGA GAK DISILENT BALIK SAMA GEBETAN KALIAN YAA 😆😆😆
HAPPY READING 💗💓
[]
Seperti yang dijanjikan Calvin, mereka benar-benar pergi ke konser Pamungkas. Kali ini tidak hanya Odi dan Calvin saja, tapi Mela ikut. Biasanya dia tidak terlalu suka acara musik seperti ini. Tapi sekarang dia punya alasan khusus.
"Siapa tahu aku ketemu seseorang di sana, hehehe."
"Aku bosen ngejomblo."
"Aku harus move on dari A Tian."
Begitu katanya. Dan sebagai gantinya, Mela membayar ongkos taksi online untuk mereka pergi ke lokasi.
Odi memakai cullot jeans dan kaos oversize lengkap dengan bucket hat hitam kesayangannya. Tak lupa dengan sepatu Compass edisi low berwarna kuning yang baru saja dibelikan Gensa untuknya. Sedangkan Calvin lebih suka memakai kemeja lengan pendek dan celana berwarna krem.
"Untung kamu cepet booking e-ticketnya, Cal. Makasih ya." Ujar Mela yang duduk di bangku depan dengan pengemudi taksi yang mereka tumpangi.
"Itu sih gampang." Jawab Calvin.
Belasan menit kemudian mereka sampai di Paskal 23 sebagai tempat langganan konser musisi di Bandung. Di sana sudah ramai sekali dengan riuh orang yang berpencar di berbagai penjuru. Terutama di bagian registrasi untuk scanning e-ticket tempat mereka mengantri sekarang.
"Aku kayaknya pengen ke toilet dulu deh." Celetuk Odi tiba-tiba. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dan tidak nyaman sekali.
"Kenapa, Di?" Tanya Mela.
Odi pun berbisik ke arah Mela yang membuat Calvin ikut penasaran, "Kaitan bra aku lepas, Mel."
"Oh kirain apa." Mela tersenyum nakal dan tertawa kecil.
"Apaan sih?" Calvin ikut menimbrung.
"Cowok nggak boleh tau! Ini cuma cewek doang yang tau!" Sungut Mela pada Calvin.
"Kalo gitu aku pergi dulu ya." Pamit Odi yang langsung dibalas anggukan oleh Calvin dan Mela.
Odi langsung mencari-cari toilet terdekat dan setelah berkeliling di area luar venue akhirnya ia melihatnya. Untung saja gelapnya malam tidak cukup membuat Odi lelah.
"Huft... akhirnya...."
Selang beberapa menit, Odi telah selesai melakukan misinya. Namun ternyata suasana semakin riuh membuat tubuh kecilnya kesulitan melihat ticket corner tempat Mela dan Calvin berada. Ia terus saja berjinjit sampai sebuah kepulan asap membuat ia batuk-batuk. Oh, asap rokok yang selalu Odi benci.
"Uhuk... uhuk...."
Seorang cowok menoleh ke arah Odi dan menyadari bahwa ada seseorang yang baru saja batuk karena rokoknya. Seorang anak SMA berambut sebahu dengan perbedaan tinggi yang jauh dengannya.
"Oh, sorry,"
Odi menoleh dan melihat cowok itu buru-buru membuang rokoknya dan menginjaknya.
"Kamu nggak suka asap rokok?"
"Mana ada yang suka asap rokok." Ketus Odi.
"Maksud saya, kamu suka batuk-batuk kalo cium asap rokok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1]: Ring The Bell
Fiksi UmumSemuanya berawal dari kesalahpahaman Odi tentang menyangka bahwa tetangga barunya adalah seorang gelandangan. Lalu berlanjut berkumpul menjadi kebahagiaan dan luka. ••• Aku nggak tahu, semakin hari, semakin aku sadar bahwa semua orang itu tak sebaik...