ALOHA! BELLA CIAO!
SETELAH KEMARIN GAK UP RTB AKHIRNYA AKU PUNYA WAKTU LUANG BUAT MENULIS. SOALNYA SUSAH BANGET NULIS KARENA DISURUH MASAK MULU BUAT LEBARAN
BTW APA KABAR KALIAN? KANGEN CALVIN DAN ODI?
AKU DAN SEGENAP PIHAK YANG MEWAKILI AKU MENGUCAPKAN MOHON MAAF 🙏🏽🙏🏽🙏🏽
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN BAGI AKU DAN KALIAN YANG MERAYAKANNYA🥰
SEMOGA KITA SELALU DIBERI KESUCIAN DIRI DAN KEBERKAHAN YA!
SELAMAT MEMBACA GUYS 💗💓🥰
[]
"Kamu pinter banget cat rambut akunya, Lisa." Ujar Odi saat melihat bayangan dirinya dalam cermin.
Tangan Ralisa terlihat begitu cekatan mengoleskan cat pada rambut Odi. Cewek itu hanya tersenyum lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Gampang kok, gini doang, Di."
"Aku tadinya mau sendiri cuma takut zonk."
"Nggak kok, paling parah mungkin tangan kamu item-item. Itu juga kalo lupa nggak pake sarung tangan."
Odi tertawa mendengarnya.
Setelah selesai mengaplikasikan cat rambut, Ralisa berdiri dan membersihkan semua peralatan yang tadi ia gunakan. Sementara Odi sibuk melihat dirinya sendiri dalam cermin yang rambutnya dibungkus plastik khusus.
"Oh iya, kamu rencananya mau sekolah di SMA mana?" Tanya Odi sembari sibuk mengamati Ralisa dari balik bayangan cermin.
"Aku?" Ralisa berhenti sejenak. "Belum tau, padahal udah masuk semester genap."
"Ortu kamu emang nggak nanyain?"
"Orang tua aku udah nggak ada, Di."
Odi menunduk, merasa tak enak karena sudah selancang barusan. "Oh, maaf ya."
"Nggak apa-apa." Ralisa kembali menghampiri Odi setelah selesai membersihkan kamarnya. "Ini tuh rumah Tante sama Om aku, kerabat jauh sebenernya. Udah lama nggak ketemu dan kebetulan mereka pengen punya anak perempuan."
"Aku nggak liat mereka tapi."
Ralisa mengangguk, "Mereka sibuk soalnya jadi rumah ini sepi banget."
Odi ber-oh ria dan menyadari bahwa rambutnya sudah siap dibilas lalu dikeringkan. Ia segera izin ke kamar mandi dan membersihkan rambutnya. Selang beberapa menit, Odi kembali ke kursi tadi. Ralisa sudah siap menunggu Odi untuk mengeringkan rambutnya.
"Aku bingung mau masuk SMA mana, Di." Keluh Ralisa di sela-sela tangannya asik memainkan rambut Odi.
"Kenapa gitu, Lis?"
"Aku sama sekali belum tau soal Bandung. Jadi asing banget pas ada di sini. Mentok-mentok ke minimarket."
"Kenapa nggak masuk SMA aku aja?"
"Sekolah kamu? SMA Empat kan?"
"Iya," Odi menjawab semangat. "Nanti aku bantu proses pendaftarannya."
"Aku harus bilang ke Tante Dian juga kayaknya."
"Iya lah, mereka kan wali kamu."
"Bener juga, Di."
Setelah selesai mengeringkan rambut. Odi melihat dirinya begitu berbeda dengan rambut warna cokelat tua. Ia benar-benar merasa pangling karena sekarang poni blondenya sudah berganti warna menjadi cokelat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1]: Ring The Bell
Ficción GeneralSemuanya berawal dari kesalahpahaman Odi tentang menyangka bahwa tetangga barunya adalah seorang gelandangan. Lalu berlanjut berkumpul menjadi kebahagiaan dan luka. ••• Aku nggak tahu, semakin hari, semakin aku sadar bahwa semua orang itu tak sebaik...