PART KALI INI AKU MENULIS DENGAN EMOSI, AKAN BANYAK DIALOG YANG PASTINYA KALIAN SUKA KAN WKWK
AKU SENENG BANGET KARENA UDAH BISA NULIS SEJAUH INI
AKU SELALU BERDOA AGAR RING THE BELL BISA BANYAK YG BACA DAN NAIK CETAK
ITU IMPIAN TERBESAR AKU SEJAK SMA SIH
KALIAN MASIH SUKA BACA RING THE BELL KAN?
AH MAKASIH AKU SAYANG BANGET SAMA KALIAN
BTW JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN YA ❤️🥺
*KALIAN SUKA GA SAMA GAMBAR DI MULMED? HEHE
[]
Hujan tak selamanya hadir mendominasi bumi dan membuat tanah basah terus menerus. Jika itu terjadi maka tak akan ditemukan lagi bau petrichor yang indah dan menenangkan.
Ia ingat ketika muncul pelangi begitu hujannya sedang berusaha turun sederas mungkin. Awannya kian bergemul, langit dan petir juga berkecamuk. Ya, seseorang datang membawa pelangi setengah lingkaran yang membuat cahaya matahari perlahan terlihat kembali.
"Odi, kamu nggak apa-apa?"
Sejujurnya di awal ia ragu untuk mengangkat kepalanya, namun yang akan terjadi hanyalah penyesalan bila dia tidak melawan rasa ragu itu.
"Ya?"
"Kamu... kenapa?"
Ia ingat ketika cowok itu terduduk lalu mendekapnya erat bagai takkan dilepas kembali. Tangis Odi rasanya semakin pecah dan buyar saat merasakannya.
"It's okay, kita pulang ya. Saya anter kamu. Kopernya ditaruh di kost saya aja dulu, nanti saya suruh orang cafe bawain."
Ia tak ingin bicara banyak. Cukup mengangguk dan menggeleng. Odi takut tangisannya akan semakin parah jika ia mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Rasanya seperti membuka luka lama.
"Kamu udah makan? Laper nggak? Kalo laper ayo kita makan nasgor depan Stasiun Kircon."
Anggukannya saat itu membawa mereka pergi ke tempat yang lebih aman, tentunya membuat Odi menjadi sedikit lebih tenang. Ah, malam ini tidak sepenuhnya buruk. Meskipun rasa ditinggalkan dan kesendirian adalah hal terburuk yang tak pernah ia bayangkan.
"Saya ditelpon Mela, dia khawatir sama kamu. Dia udah cerita semuanya."
Cewek itu berhenti menyuap nasi gorengnya dan menatap Lintang haru.
"Dah, kita lanjut makan lagi aja dulu. Nanti keburu nggak enak."
Garis rahangnya begitu terlihat tegas saat ia mengunyah, berkebalikan dengan sifatnya yang lembut. Ternyata Lintang bisa sejauh ini dekat dengannya.
"Makasih Kak Lintang." Ucapnya pelan setelah Odi berdiam diri selama hampir 1 jam.
"Sama-sama."
Hanya kata itu yang mampu terucap olehnya. Sejauh itu Lintang mengantarkannya pulang setelah kondisi Odi membaik.
"Kamu jaga kesehatan ya."
Odi mengangguk sebelum akhirnya melihat Lintang terakhir kali pada hari itu. Ia tahu Lintang begitu sibuk tapi ia tetap memperhatikannya sebisa mungkin. Termasuk kali ini.
Baginya, Calvin dan Lintang memang berbeda. Keduanya sama-sama baik. Namun sekarang semuanya menjadi berbeda terutama Calvin. Semua sifatnya semakin kentara, dan makin kesini, Odi juga semakin mudah memaafkan semua kesalahan Calvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1]: Ring The Bell
Ficción GeneralSemuanya berawal dari kesalahpahaman Odi tentang menyangka bahwa tetangga barunya adalah seorang gelandangan. Lalu berlanjut berkumpul menjadi kebahagiaan dan luka. ••• Aku nggak tahu, semakin hari, semakin aku sadar bahwa semua orang itu tak sebaik...