Semua pembacaku adalah temanku.
Tunjukkan kehadiran kalian dengan cara vote dan komen cerita ini ya!
Happy reading❤️[]
"Di, aku asa jarang liat kamu sama A Kevin lagi." Celetuk Mela di sela-sela Bu Rosi mengajar.
"Emang kamu belum tau?"
"Tau apa?" Mela malah bertanya balik.
"Biasanya kamu suka dapet info, kan? Kok sekarang nggak tau?"
"Ada apa sih?" Mela terlihat geregetan, sepertinya fokus Mela pada matematika sudah menghilang dan malah penasaran dengan Odi.
Odi tetap saja menulis, sibuk mencatat angka dan rumus di papan tulis. Menghiraukan Mela yang terlihat mendesaknya.
"Nanti kita bikin cimol di rumah aku yuk. Sekalian curhat, mau nggak?" Tawar Mela penuh harap.
"Pulang sekolah?"
Mela mengangguk, "Atau nggak, kita metis*. Terserah kamu deh, petis boleh, cimol boleh."
"Tapi nanti aku pasti naik angkot sendirian ke rumah kamunya, da kamu mah sama A Tian."
"Nggak deh, kita naik angkot aja. Aku nggak pulang sama dia. Gimana?"
"Deal." Odi tersenyum kegirangan, mengingat biasanya Mela suka sibuk ngebucin sama pacarnya dan sekarang malah mengajak Odi.
Odi sudah bilang ke Calvin lewat chat kalau hari ini dia mau ke rumah Mela dulu. Ia cuma mengiyakan, tanpa protes apa-apa. Tapi dia minta ditemani ke toko buku sepulang dari Mela nanti. Katanya dia mau beli bukunya Fiersa Besari yang baru.
Kedua cewek itu naik angkot jurusan Ledeng, rumah Mela dekat Terminal Ledeng tapi harus berjalan lagi karena rumahnya sedikit masuk gang. Sesampainya, Odi langsung meregangkan badannya di sofa sementara Mela langsung berganti baju ke kamarnya.
"Ibu kamu kemana Mel?" Tanya Odi sembari celingak-celinguk karena biasanya ia suka disapa ibunya Mela kalau mampir ke rumahnya.
"Ibu sekarang kerja, soalnya laundry udah ada yang urus."
Odi mengangguk dan langsung mengekor Mela yang berjalan ke dapurnya. Kali ini mereka setuju untuk membuat petis karena pohon jambu air depan rumah Mela sedang berbuah.
"Kamu katanya mau cerita," Tukas Mela sambil menyiapkan bumbu petis.
"Iyaa... kata kamu soal perasaan A Kevin ke aku teh salah tau, Mel."
"Salah kumaha? Emang dia kemarin nggak nembak kamu? Nggak jadi?"
Odi menggeleng, "Aku kemarin beli bunga sama dia. Aku kira mau dikasihin ke aku, ternyata..."
"Dibuang?" Mela berhenti memotong buah jambu airnya.
"Dikasih ke cewek yang ia tembak. Mahasiswi. Kakak kelas dari sekolah sebelah. Dan sekarang mereka jadian."
Perkataan Odi yang jujur itu membuat Mela refleks menghampiri Odi. Memeluknya erat. "Astagfirullah, Di. Aku kira dia emang beneran suka kamu soalnya kamu sama dia udah deket banget dari dulu."
"Pas latihan ekskul dia bawa ceweknya. Dikenalin sama anak-anak ekskul kayaknya."
"Di..."
"Mana kemarin mereka ciuman di bioskop." Tangis Odi pecah dan Mela terlihat kalang kabut.
"Ya ampun, Di," Mela ikut-ikutan menangis dan akhirnya menangis sambil berpelukan. "Tau gini mah aku nggak bakal jadi Odi-Kevin shipper."
![](https://img.wattpad.com/cover/70766071-288-k981922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1]: Ring The Bell
Narrativa generaleSemuanya berawal dari kesalahpahaman Odi tentang menyangka bahwa tetangga barunya adalah seorang gelandangan. Lalu berlanjut berkumpul menjadi kebahagiaan dan luka. ••• Aku nggak tahu, semakin hari, semakin aku sadar bahwa semua orang itu tak sebaik...