sebelas: To The Bone

230 48 48
                                    

Setiap hari aku coba nulis part panjang, dulu sih mentok di 1500 kata perbab. Sekarang bisa sampai 2000, gatau kenapa. Apa semenjak kuliah kemampuan nulisku bertambah? Gatau deh.

Aku mau nanya, kalian suka part cerita yang panjang? Apa pendek?
Jawab ya 😆

TERUNTUK SEMUA READERSKU
TERIMAKASIH KARENA UDAH MENUNGGUKU UPDATE SETIAP PARTNYA. SAYANGGG SEKALI SAMA KALIAN 😆❤️

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA! KARENA AKU INGIN NGGAK CUMA KALIAN YANG BACA RING THE BELL, TAPI SEMUA ORANG YANG DI ADIK-KAKAK ZONE KAYAK ODI HARUSSSS BACA HEHE

Happy reading 💗


[]

Teruntuk Ralisa Allivia

Hari ini kutatap awan yang bergantung di langit biru. Kulihat cerah setelah sebelumnya mendung bergelut tak berujung. Aku pikir, kali ini awan berpihak padaku. Setidaknya mereka tidak ingin membuatku terus bersedih

Detik ini aku mulai menulis kembali tentangmu. Namun, bukan untuk menyangjungmu dengan berbagai pujian yang selalu melelehkan nalar dan jiwaku.

Ralisa, di sini, ada seberkas cahaya mentari menelusup membuat celah di gelapku. Saat bersamamu, kupikir cahaya seperti itu akan membuatku terluka seperti yang kau bilang. Cahaya matahari yang selalu kau benci karena panas dan menyilaukan.

Ralisa, di sini, cahaya matahari itu membuat warna baru muncul dari balik  gelapku. Lalu kulihat sisi yang tak pernah aku termukan sebelumnya. Dia... terlihat indah.

Ralisa, kali ini, izinkan aku meninggalkan sisi gelapku yang selalu membuatmu nyaman. Aku, menyayangimu, namun aku sudah lelah terluka terlalu lama.


[]

Pagi itu berjalan seperti biasa. Odi berangkat, berjalan, bahkan masuk kelas bersama Calvin. Kali ini mereka antusias membahas musisi Indonesia favorit mereka lengkap dengan lagunya sambil mendengarkan playlist yang isinya kebanyakan lagu dari album milik Pamungkas.

"Aku denger dia mau konser sebentar lagi."

"Oh ya?" Tanya Odi antusias sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mereka berdua masih mengobrol ketika sudah berada di pintu kelas, namun berhenti saat Odi menyadari sesuatu. Ada seseorang yang duduk di bangkunya. Mela.

Odi tidak berkata apapun dan lanjut duduk. Ia membuka buku pelajarannya, membacanya dengan suasana hati dan pikiran yang tidak karuan. Antara masih ada rasa sakit dan luka saat melihat sahabat satu-satunya  yang ia percaya tega menyakitinya waktu itu.

"Di?"

Odi masih asyik membaca bukunya dan menghiraukan Mela.

"Aku pengen duduk lagi sama kamu."

Namun Odi terlihat makin sibuk dengan beralih mendengarkan lagu dari playlist Spotifynya.

Mela lalu menuliskan sesuatu di bukunya dan menunjukkannya pada Odi. Walaupun Odi tidak mendengar, setidaknya ia bisa membaca apa yang ingin disampaikan Mela.

Maafin aku, Di.
Aku tau aku bodoh banget.
Aku putus sama A Tian.
Ternyata dia pernah suka sama kamu.

[#1]: Ring The BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang