#Page 34 - My Hero is my 'Candy'

1.2K 137 9
                                    

My Hero is my 'Candy'. Tunangan Gue.
Gue punya tunangan.
Ahahah ... Ini gila, dan kegilaan ini terjadi atas ulah gue sendiri ... Dulu.

Zidan Almahendra.

Dalam ruangan Zidan, kini hanya tinggal mereka berdua. Zidan yang tengah kwalahan dengan gejolak mual yang mendera, ditemani gadis tadi. Gadis yang tadi memberinya minum, gadis yang sama dengan yang pernah menyelamatkan nyawanya di belakang sekolah.

Gadis yang terlupakan, dan tengah berusaha untuk dapat kembali di posisi semula.

Yah, dirinya tengah mengusahakannya sekarang.

"Hoek!"

Sudah hampir sepuluh menit, Zidan seperti itu. Padahal yang masuk ke dalam perutnya barulah satu suap bubur. Yang keluar justru berkali lipat dari itu. Pemuda yang masih lemas itu, kini tampak makin kuyu dari sebelumnya. Ini semua akibat obat Alzheimer yang beberapa hari lalu ia absen minum dan sekarang harus minum lagi. Dipaksa lebih tepatnya. Aldan dan Alis yang memaksanya, atas dasar perintah Dokter.

Padahal pas awal-awal minum obat itu, dirinya tak merasakan efek samping apapun. Pula saat dosis obat ditinggikan dua minggu lalu. Seminggu setelahnya, barulah Zidan merasakan adanya kejanggalan.

Tubuh yang seolah tak bertulang, bersandar lemah pada tumpukan bantal di kepala ranjang. Tak cukup dengan itu semua, denyutan di kepala yang datang kian menambah sengsara dirinya. Ia memejam pasrah.

"Zidan, udah?" 

Disela kegiatannya menutup mata, Zidan mengangguk singkat. "Iya. Uda---mphh!" 

Baru saja hendak menyingkirkan wadah muntahan, Zidan segera menarik wadah itu tuk diisi kembali. 

"G-gue, panggilin Dokter aja ya?" usul gadis tadi. Ia semakin tak tega dengan pemuda yang nafasnya mulai berat itu. 

Namun Zidan menghentikan lengan gadis tadi yang hendak beranjak dari sisinya. Entah kena angin apa, dirinya seketika terpaku menatap tiap inci wajah ayu di hadapannya. Wajah yang asing, namun hanya karena menatapnya sedekat ini, rasa rindu bergejolak kuat dalam hatinya.

"H-hey, ada apa?" sambil mengusap ujung bibir Zidan yang masih tampak basah.

Tak mengindahkan pertanyaan gadis itu, Zidan menggerakkan tangan yang ditemani jarum infus tuk meraba wajah itu. Merasakan lembut, serta rindu yang kian menggelora saat ia melakukannya. Siapa gadis ini?

Mengapa dirinya berasa sangat rindu?

Sedangkan gadis tadi langsung menitikkan air mata. Ia rindu dengan sosok yang bertahun-tahun meninggalkannya tanpa pamit ini. Sangat, sangat rindu.

"Zidan ... Z-Zizi, ingat gue?" Digenggamnya tangan Zidan yang merambati pipinya. Bolehkan ia semakin berharap?

Zidan mengusap kristal berharga yang luntur dari mata gadis tadi dengan gerakan lembut, seraya mengangguk. "Cindy. Ah, bukan. Candy, Loe Candy kan?"

Bisa dibilang, Zidan sedikit bersyukur karena benturan di bathtub yang ia alami, bisa membuka ruang memory masa lalu yang begitu ingin ia lihat sedari dulu. Gadis ini ... Adalah gadis yang sama, dengan gadis kecil yang pernah melintasi kepalanya---sedang dirinya pakaikan cincin dari bunga rumput. Di saat itu, ia dengan sangat polos melamar gadis di hadapannya ini.

Journal LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang