Iren...
Iren Graccia..
Akan gue dapetin loe kak, sesukar apapun itu.Zidan Almahendra
***
BRAKK!!!!
"Baiklah, junior. Kenapa loe gak ngambil ekskul? Seluruh murid SMK TITANIUM diharuskan mengikutinya!"
Zidan mendelik kearah senior perempuan berambut ikal pendek yang barusaja datang, sembari menghempas kasar kamus besar bahasa Yunani kuno yang dibawanya dari perpustakaan ke atas meja ruang BK.
"Karna gak ada yang pas sama bakat gue kak."
Gadis pemegang sabuk hitam karate itu mengangguk mengerti. Mengintruksikan tiga senior putri lainnya untuk keluar dari ruangan.
"Biar gue yang tangani!" Tuturnya pelan, namun terdengar tegas dan berwibawa.
Mereka yang telah gagal menangani satu-satunya pemuda dalam ruangan itu dapat bernafas lega.
Usai pintu tertutup, gadis berkulit sawo matang itu menatap tajam kearah Zidan yang hanya bersedekap dengan ekspresi datar.
"Memang apa bakatmu?" Ia memulai pertanyaan setelah mendudukan diri dikursi yang bersebrangan dengan juniornya.
"Sketboard." Zidan menjawab yakin.
"Di sekolah kita, tidak disediakan Sketboarding. Bagaimana kalau Basket?" Tawarnya.
"Tubuh gue pendek kak."
"Voli?"
"Gak."
"Futsal?"
"Basi. Gue gak minat bidang olahraga gituan."
Gadis dihadapan Zidan tampak berfikir.
"Silat?"
"Udah ahli."
Senior dihadapannya sontak tergelak.
"Sok banget loe. Gimana kalo bidang musik? Loe suka main gitar kan?"
Kini, giliran Zidan yang tampak berfikir. Menimang, keputusan mana yang akan diambilnya.
"Iya. Tapi gak!" Putusnya.
"Cheers?"
"Ya kali."
"PMR?"
"Malas."
Gadis itu mulai jengah, memutar bolamata sejenak.
"Apalagi bakat loe?"
"Ngerayu cewek?"
"..."
"..."
PRAKK!!
"Wadaww!!.."
Zidan mengelus kepalanya yang seketika berdenyut nyeri, usai mendapat bogeman dari kamus milik senior dihadapannya yang bukan main tebalnya.
"Grafity deh! Itu udah mentok." Tawarnya sambil menurunkan tangan kanan dari kepalanya yang mulai benjol.
'Kakak kribo ini sadis juga.' batinnya ngeri.
"Gak ada. Kreatif mading gimana?"
"Gak."
"Ini yang terakhir dan gak ada toleran lagi. Seni lukis!"
"Ck, yaudah-yaudah terserah." Zidan menyerah. Menatap kesal kearah senior yang tengah menulis sesuatu dalam map.
"Ok. Loe resmi masuk ke Ekstrakurikuler.. Seni lukis!" Putusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal Life
Teen FictionBuku ini, adalah otak cadangan gue. Tanpa ini gue gak akan ingat apapun. Termasuk siapa diri gue sendiri. [End]