/52/

24.7K 2.8K 397
                                    

"Bagaimana keadaan Hyera? Dia baik-baik saja?" tanya Guanlin pada Somi yang duduk di sisi ranjang saat ia masuk ke dalam kamar Apartemen Hyera. Ia beranjak duduk di sebelah Hyera yang masih terbaring tak sadarkan diri itu.

Somi mengangkat kepalanya untuk menatap Guanlin, raut wajahnya jelas mengatakan jika gadis itu benar-benar khawatir dan panik. "Semoga saja," jawabnya lirih lalu mengelus tangan Hyera yang sedari tadi ia genggam. "kurasa ia kambuh lagi."

Guanlin menghela napas panjang, ia menatap nanar wajah Hyera. "Bagaimana bisa kau terjatuh pingsan lagi? Bukankah kau berjanji padaku dan Somi jika tidak akan lagi jatuh pingsan?" ujarnya pelan dengan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Hyera.

Meskipun Guanlin sangat menyebalkan jika di hadapan Hyera, tapi ia akan sangat sedih jika sahabatnya ini kembali kambuh dan terjatuh pingsan. Padahal terakhir penyakitnya ini kambuh adalah tiga tahun lalu, saat gadis itu sudah melupakan seluruh masa lalunya yang sangat menyesakkan dan menyakitkan.

Laki-laki itu menunduk sebentar lalu kembali menatap Somi. "Dimana kau menemukannya?" tanyanya pelan, berusaha menyembunyikan suaranya yang hampir bergetar.

"Di depan pintu, saat aku menggedor pintu apartemen, tidak ada balasan apapun. Kukira jika Hyera belum pulang, jadi aku membuka sandi pintu dan langsung menemukannya tergeletak di lantai." Jawabnya yang mulai terisak pelan.

Mendengar itu langsung saja membuat hati Guanlin mencelos bukan main, ia akan sangat khawatir sekarang. Hyera pasti akan kembali sering kambuh dan pingsan. Guanlin tidak akan tega dengan hal itu, lagi pula apa yang membuat Hyera kambuh seperti ini?

Hal itu pasti bersangkutan dengan pikirannya, Hyera berpikir terlalu keras yang akan membuat penyakitnya kambuh. Apa yang ia pikirkan sampai seperti ini?

"Kau sudah memberi tahu Taehyung Hyung?" tanya Guanlin lagi, ia tahu jika Taehyung pasti akan sangat khawatir mengenai hal ini. Apalagi Hyera benar-benar langsung tidak sadarkan diri.

Somi mengangguk lemah, "Aku sudah menelepon tadi, Tae Oppa akan melakukan penerbangan malam ini juga." Ujarnya yang membuat Guanlin tersenyum tipis. Taehyung benar-benar seorang kakak sejati.

Mereka diam sebentar dalam beberapa menit, lalu Somi memutuskan untuk kembali berbicara meskipun ia ragu. "Eum Guanlin, sebetulnya tadi Hyera sedang menggenggam HP-nya saat ia tergeletak tidak sadarkan diri." Lanjutnya dengan sedikit ragu, Guanlin mengerutkan keningnya, menunggu Somi untuk melanjutkan ucapannya. "Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Jaehyun."

••

Disisi lain, Jaehyun dan Eunwoo sedang duduk berhadapan di ruangan besar yang merupakan tempat kerja Jaehyun itu. Mereka sama-sama terlihat lelah sehabis jadwal padat mereka yang merupakan pimpinan tertinggi perusahaan masing-masing.

Jika sebelumnya hawa di antara mereka sangat dingin dan menantang, tapi sekarang tidak ada lagi kecanggungan dan kesinisan di antara mereka. Bahkan Jaehyun dan Eunwoo terlihat sangat akrab sekarang, seolah-olah mereka baru saja memulai persahabatan di antara mereka.

"Jadi, kau memberitahu Jungkook saat pertemuanmu kemarin?" tanya Jaehyun dengan melonggarkan dasinya yang masih terpasang rapi. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, tapi meskipun begitu, dirinya masih sama semangatnya dengan Eunwoo saat membicarakan hal ini.

Eunwoo mengangguk, ia meluruskan kakinya pada meja yang berada di depannya. Senyum tipis terpampang jelas di wajahnya yang tampan. "Jungkook terlihat sangat terkejut saat aku memberitahunya," ujarnya dengan kekehan pelan. "kurasa ia takut jika aku memberitahu Hyera tentang hal itu, dia terus saja menggenggam tangan gadis itu dan menatapku dengan tatapan kemarahan saat pertemuan kemarin." Lanjutnya yang sekarang sudah tertawa kencang.

Jaehyun yang mendengar itu, ikut tertawa. Mereka sama-sama menertawakan hal yang mereka favoritkan meskipun tidak ada bagian apapun yang lucu. "Apa menurutmu Jungkook akan memberitahu kecelakaan itu pada Hyera?" tanya Jaehyun mengira-ngira.

Eunwoo mendangakkan kepalanya, ia menghela napas pelan. "Tidak bisa di tebak, tapi menurutku Jungkook tidak akan memberitahunya. Sangat berisiko baginya untuk Hyera yang akan langsung meninggalkannya jika tahu hal itu."

Jari-jari tangan Jaehyun mengetuk pelan pada sofa ruangannya, ia juga tidak bisa menebak hal itu. Jungkook bisa saja tidak memberitahu Hyera mengenai kecelakaan itu karena ia tidak ingin Hyera meninggalkannya, tapi Jungkook juga bisa saja memberitahunya lebih dulu agar gadis itu lebih dulu tahu darinya dari pada orang lain yang memberitahunya.

Keduanya benar-benar masuk akal dan Jaehyun ataupun Eunwoo tidak tahu apa yang di lakukan Jungkook di antara kedua itu.

Mereka diam sebentar, larut pada pikiran masing-masing sampai Eunwoo kembali berbicara. "Apa rencanamu selanjutnya? Kita tidak tahu apa yang di lakukan Jungkook setelah ini, apa kau sangat ingin menghancurkan laki-laki itu?" tanyanya bertubi-tubi.

Jaehyun melirik Eunwoo sekilas lalu menatap bingkai besar yang tertempel di atas meja kerjanya. "Rencanaku selanjutnya...," laki-laki itu mengelus dagunya lalu kembali menatap Eunwoo. "kau tidak perlu tahu, bukankah yang terpenting bagimu adalah Hyera kembali padamu lagi?" balasnya dengan mengangkat salah satu alisnya.

Eunwoo menghela napasnya, "Tentu saja aku ingin Hyera kembali padaku, tapi meskipun begitu tetap saja—"

"Jungkook adalah urusanku, kau benar, aku ingin menghancurkannya hingga hancur berkeping-keping."

••

Jungkook termenung di sofa rumahnya, tatapannya kosong, napasnya berderu kencang. Penampilannya saat ini benar-benar berantakan, bahkan ia belum sama sekali mengganti kemeja kerjanya sejak semalam.

Pikirannya terus melayang pada Hyera, pada pengakuannya yang ia katakan malam itu. Jantungnya berdetak dengan kencang dan sesekali matanya mengeluarkan tangisan yang sendu.

Beberapa pelayan yang berada di rumahnya sudah berusaha menanyakan apa yang Jungkook butuhkan, tapi laki-laki itu terus diam dan tidak berbicara apapun. Ia bahkan menyuruh seluruh pelayan rumahnya untuk tidak mengganggung hanya dengan tatapan tajamnya yang menusuk.

Perlahan tangannya mengacak rambutnya yang sudah berantakan, entah sudah keberapa kali Jungkook melakukan hal itu. Ia menunduk untuk menatap lantai rumahnya, satu tetes air mata kembali turun.

Ia memejamkan matanya, tangannya yang mengacak rambutnya perlahan mulai memeras rambutnya sendiri. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan sekarang, tenaganya seolah-olah tersedot semua pada pikirannya yang mengarah pad Hyera.

Meskipun akan sangat mustahil, tapi Jungkook tetap menunggu panggilan telepon dari gadis itu. Bahkan ia terus menatap HP-nya yang berada di atas meja depannya itu setiap saat. Untuk tidur saja, rasanya tidak mungkin bagi Jungkook, ia tidak mau jika melewatkan sedetikpun jika Hyera yang tiba-tiba saja akan meneleponnya.

Isakannya mulai terdengar, sungguh, dirinya tidak akan mempunyai harapan lagi, gadis yang sangat ia sayangi akan sangat menghindarinya atau bahkan membencinya.

Tidak akan ada wanita yang mau bersama laki-laki yang membunuh kedua orangtuanya sendiri. Kata-kata itu terus tengiang di kepala Jungkook. Penyesalan-penyesalan di masa lalu yang sudah hampir tenggelam sekarang kembali muncul.

Seharusnya ia tidak mengendarai mobilnya malam itu, seharusnya ia tidak melanggar lalu lintas, seharusnya ia membanting setirnya pada pohon besar agar dirinya yang terkena imbas. Pikiran-pikiran dan penyesalan seperti itu terus terucap di kepalanya.

Sungguh, jika Hyera tidak meneleponnya sekarang, tidak akan ada lagi kesempatan untuknya. Atau bahkan untuk dirinya sendiri, Jungkook tidak akan mempunyai semangat untuk melakukan aktifitas apapun, yang berarti dirinya harus mengakhiri hidupnya saat ini juga.

Namun, saat laki-laki itu sudah merancang rencana untuk mengakhiri hidupnya. Bunyi dering panggilan dari HP-nya langsung membuatnya mengangkat kepalanya. Ia sudah sangat berharap jika itu gadisnya, tapi yang meneleponnya saat itu adalah Taehyung, kakak kandung Hyera.

tbc,

haloo hihi, lama tidak update. btw aku lg give away novel cherish di ig aku @debitaputri mungkin kalian ada yg berminat ikutann💜✨😗

-deb

Daepyonim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang