Suara peluit tanda berakhirnya latihan hari ini, lelaki berbadan tinggi itu terduduk lemas di samping temannya yang sama lelahnya.
"Tinggal dua hari lagi, lo udah siap kan?" Tanya pemuda berhidung mancung itu seraya membuka botol minumnya.
"Siap gak siap gue harus siap dong Bang, baru kali ini gue di tunjuk jadi perwakilan sekolah buat tanding basket." Jawabnya tersenyum bahagia.
"Makanya lo harus sering ikut kumpulan bareng kita bukan kabur setiap ada kumpulan, Than."
Athan hanya tersenyum kecil sambil mengangguk pelan, mana mau di kumpulan setiap sore hingga malam di sekolah lebih baik dia balapan dan mendapatkan uang, benar bukan?
"Lebih semangat lagi!! Gue yakin lo bisa lebih banyak dapetin poin." Ujar Rama menepuk pundak Athan di sampingnya.
"Makasih Bang, semoga gue bisa bikin tim kita menang." Sahut Athan tersenyum manis sambil memainkan bola basket di tangan kirinya.
Rama hanya ikut tersenyum senang, keduanya memang sudah dekat sejak lama saat Athan masih kelas tiga SMP.
Athan sudah menganggap Rama sebagai kakaknya sama seperti Revan, mereka berdua begitu baik dan selalu menyemangatinya meski terkadang Rama agak cuek dan dingin tapi dia tetap baik di mata Athan.
"Malam ini lo gak ikut balapan kan?" Tanya Rama sambil meneguk minumannya hingga habis.
Athan menoleh lalu tersenyum samar. "Hmm, gue bingung Bang kalo gue ikut balapan nanti Bunda bisa kecewa lagi sama gue, tapi kalo gue berhenti balapan nanti gue cari duit dari mana coba?"
"Bukannya bokap lo sering ngasih duit ya?"
Memang benar, Nugraha sering sekali mengirimkan uang pada Athan ataupun ibunya tapi tetap saja namanya juga Athan yang ingin terus membuktikan bahwa dia bisa mencari uang sendiri.
"Iya sih, tapi duit itu gue pakek buat tabungan." Jawab Athan mengelap keringatnya.
Rama tersenyum dia begitu bangga pada Athan, anak ini tidak mau menyusahkan orang tuanya ya meskipun biaya sekolah masih di tanggung Ayahnya tapi untuk uang kos-an dan makannya Athan mencari sendiri.
"Btw, lo lagi deket sama adiknya Revan ya?" Tanya Rama sengaja mengalihkan pembicaraan agar tidak membuat Athan sedih.
Athan terkekeh pelan. "Heem udah lama sih, lo aja yang kudet Bang."
"Gue gak bakal tau kalo lo gak kasih tau, gue baru tau sekarang dari si Billy." Kata Rama menunjuk Billy yang sedang minum di pojok lapangan.
Billy memang tidak ikut untuk pertandingan nanti tapi dia ingin latihan bersama yang lain itung-itung olahraga katanya.
"Si Billy mah kang ghibah jadinya gitu, gue denger-denger lo juga lagi deket ya sama anak Ipa?" Tanya Athan terkekeh kecil saat melihat wajah Rama yang berubah jadi dingin.
"Bukan deket tapi dia yang deketin gue." Jawab Rama memainkan botol plastik di tangannya.
Athan terkekeh kecil. "Masa sih? Bukannya kalian udah deket ya?"
"Dahlah males, gue mau balik aja." Rama berdiri dengan wajah kesalnya lalu menepuk pundak Athan pelan, "jangan pulang malem-malem lo nanti di culik kuntilanak baru tau."
"Hush! Kalo ngomong gak di filter dulu!"
Rama tertawa kecil lalu mengambil ransel juga jaketnya setelah itu pergi meninggalkan Athan yang masih duduk lesehan di pinggir lapangan.
Angin malam berhembus kencang membelai singkat pipi Athan yang lembab akibat keringatnya, rasanya malam ini begitu hampa entah Athan pun tak tau mengapa hatinya terasa kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HLS 1] TEMAN CURHAT [Tahap Revisi]
Teen FictionCover by: Cindyliaa_ Pria berwajah dingin itu menatap kaget sahabatnya saat tau dirinya kini tertikung lagi, sudah kedua kalinya dia tertikung dan bahkan sekarang musuhnya adalah kakaknya sendiri itulah yang membuat Fathan membenci sang kakak. Belum...