36: Athan kenapa?

58 7 12
                                    

"Kita mau kemana sih?" Pertanyaan dari Athan membuat Iqbaal berhenti berlari.

Iqbaal menoleh lalu memukul gemas bahu Athan. "Nyari motor lo bego!"

"Dih lo lebih bego dari gue ya." Kata Athan tak mau kalah.

Keduanya sampai di gerbang belakang sekolah yang sepi, disini biasanya para badboy sering meloloskan diri.

"Kan lo lagi ulangan kenapa malah kabur?" Tanya Athan menatap Iqbaal yang sibuk membuka gerbang.

"Ya daripada lo ulangan aja kagak ikutan." Jawab Iqbaal menatap sebal Athan.

Drtt

Bulle kampung: Heh Manusia lo dimana?

Fathan: kepo lo kecebong albino

Bulle kampung: ye kampret gue nanya serius nih

Fathan: jangan serius-serius sama aku nanti aku tinggalin kamu sakit hati

Bulle kampung: najis

Bulle kampung: lo gak sekolah?

Fathan: cogan sekolah kok

Bulle kampung: lagi dihukum?

Fathan: kagak gue lagi main sama Iqbaal

Bulle kampung: Iqbaal mana?

Fathan: Iqbaal cjr

Bulle kampung: maksudnya si Iqbaal kemana?

Fathan: ah kepo kamu

Bulle kampung: dahlah

Athan langsung memasukkan lagi ponselnya lalu menatap lurus Iqbaal yang sedari tadi masih sibuk membuka gembok.

"Lo tuh lagi ngapain sih anjir?" Tanya Athan menatap Iqbaal yang sama sekali tidak menyahuti.

"Dahlah gue mau ke uks aja, enak disana bisa tiduran." Kata Athan lalu pergi meninggalkan Iqbaal yang masih fokus pada gemboknya.

Iqbaal tersenyum senang lalu menoleh ke belakang. "Lah si Athan mana? HEH WOY KOK LU NINGGALIN GUE SIH?!"

~~~

Nadia menutup kupingnya, sejak tadi Selin belum berhenti membahas masalah bias nya ditambah berdebat dengan Billy membuat Nadia semakin pusing.

"Gue lebih ganteng dari bias lo! Coba deh lo liat muka gue!!" Kata Billy keukeh sejak tadi.

Selin mendelik tajam lalu memukul Billy. "Enak aja!! Bias gue tuh ganteng gak kayak lo buluk!"

"DIAM!"

Keduanya terdiam menatap Dita kaget, tak biasanya Dita membentak seperti ini.

"Eh maaf, gue ngomongnya keceng ya? Hehe soalnya kalian berisik sih!" Kata Dita terkekeh pelan.

Dita memang seperti itu, jarang sekali marah terkadang dia tak pernah marah sama sekali.

"Ngagetin aja lo, gue kira lo marah beneran." Billy mengelus-elus dadanya, untung saja dia tidak jantungan.

"Kalian tau gak kenapa Athan gak sekolah?"

Pertanyaan dari Nadia membuat keempat orang dihadapannya menoleh bersamaan menatap bingung Nadia.

"Kok diem? Gue nanya lho."

"Masa lo gak tau sih?" Tanya Billy bingung, biasanya Athan selalu mengabari Nadia apapun itu.

Nadia menggeleng pelan lalu berkata. "Gue ngerasa Athan ngejauhin gue lagi, kira-kira kenapa ya?"

Dhani terdiam sejenak untuk berpikir ada apa dengan Athan? Tadi malam dia tidak ada kabar sama sekali, bahkan untuk nimbrung di grup saja tidak, Dhani jadi khawatir dengan kondisi Athan saat ini tapi masalahnya dia tidak tau Athan dimana.

"Athan sekolah kok, tapi gue gak tau tu bocah dimana." Billy memberikan ponselnya menunjukkan chat nya dengan Athan.

"Lo tau gak kenapa Athan jauhin gue lagi?" Tanya Nadia menatap Billy yang sibuk dengan cimolnya.

Billy melirik sekilas lalu menjawab. "Gue gak tau, sekarang gue jarang ketemu Athan paling di sekolah doang."

"WOY!!"

Uhuk...Uhuk...

Billy tersedak cimolnya membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Billy yang memerah.

"Gila lo Sya! Kalo gue mati keselek cimol gimana?!" Tanya Billy ngegas membuat Marsya sang pelaku tadi tertawa lagi.

"Ya kalo meninggal tinggal dikubur lah, susah amat lo Bil." Sahut Dhani yang sibuk mengaduk-aduk Jus nya.

"Lah bener juga sih, kok lo doain gue mati sih?!"

Dhani menoyor kepala Billy membuat sang empu mengaduh. "Lo yang bilang bukan gue."

"Gue mau tanya dong sama kalian." Marsya mendudukkan bokongnya di samping Billy yang kini sibuk meminta minuman pada Dita.

"Tanya apaan Sya?"

"Tadi malem gue ketemu Athan, kayaknya dia lagi punya masalah deh soalnya mukanya kelihatan lelah." Kata Marsya membuat kelimanya penasaran.

"Dia tanya tentang Jerman." Lanjut Marsya lalu mencomot cimol milik Billy.

"Dia cerita sama lo gak?" Tanya Nadia yang sedari tadi penasaran.

Marsya menggeleng membuat Nadia menghela nafasnya, sebenarnya Athan kenapa?

🍂🍂

Athan menikmati sepoi-sepoi angin di rooftop, matanya terpejam menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Dia baru saja selesai mengerjakan ulangan susulan bersama Iqbaal, namun Iqbaal belum selesai dan dengan sengaja Athan meninggalkannya, Athan butuh waktu untuk sendiri.

Bundanya kini masih terbaring lemah di rumah sakit itu membuat Athan khawatir apalagi saat Ayahnya mengancam kesehatan Bundanya, Athan juga bingung kenapa Bundanya menyetujui surat itu? Padahal kan Bundanya juga tau kalo Athan tak bisa jauh dari Bundanya meskipun sekarang dia tinggal di kost-an.

Athan membuka matanya perlahan menatap pohon-pohon yang rindang di taman belakang sekolah.

Pikirannya kini tertuju pada Nadia, sudah lama Athan tidak bertemu ataupun saling sapa dengan Nadia. Sebenarnya Athan bingung harus berbuat apa, disisi lain Athan tak terima dengan keadaan ini dan di sisi lainnya Athan juga sadar diri.

"Huft.... Gini banget hidup gue, maaf Nad gue emang pengecut."

Drttt

Nathan: Than, Bunda kritis lo cepet kesini

























Hai gimana kabarnya?

Ada pertanyaan?

See you next part🖤


[HLS 1] TEMAN CURHAT [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang