33: Miris

59 6 20
                                    

Masa lalu itu untuk di pelajari bukan untuk di ulangi.

⏺️⏺️⏺️

Revan terdiam menatap Nathan yang tersenyum penuh arti, ada satu pertanyaan yang membuat Revan bingung 'Sejak kapan Nathan dekati Nadia?', Athan juga tidak cerita tentang ini.

"Katanya Abang sama Kak Nathan itu temenan ya?" Tanya Nadia membuat Revan melirik sinis kearah Nathan.

Teman? Iya tapi itu dulu sekarang? Mana mau Revan berteman dengan Nathan.

"Iya, tapi itu dulu." Jawab Revan tersenyum tipis pada Nadia disampingnya.

Nathan tertawa kecil lalu menyahut, "sekarang juga kita masih temenan kan? Dari dulu kita kan kemana-mana selalu bareng masa lo lupa."

"Gak usah sok asik deh." Kata Revan ketus membuat Nadia menatapnya kaget.

"Bang, kok gitu sih?"

Nathan tersenyum miring melihat Revan yang menahan kesal.

"Aku mau berangkat sama Kak Nathan, jaga rumah ya." Ucap Nadia yang langsung di anggukki Revan.

Selepas kepergian keduanya Revan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang siapa lagi kalau bukan Athan.

Revan: lo dimana?
Bisa kerumah kan? Gue mau ngomong sesuatu sama lo

Jika tadi tidak ada Nadia disana mungkin saja Revan sudah memukuli Nathan.

Kepingan-kepingan masa lalu itu mulai muncul kembali di ingatan Revan, masa lalu yang membuatnya sulit membuka hatinya.

"Bang, ngapain ngelamun di luar?"

Revan berlonjak kaget saat tepukan tangan terdengar di telinganya.

"Than, kalo datang jangan ngagetin dong!" Sewot Revan menatap Athan tajam.

"Maaf deh, lo di luar lagi ngapain?" Tanya Athan masih terkekeh melihat wajah sebal Revan.

"Lagi nangkap nyamuk, puas lo?!" Jawab Revan ngegas lalu masuk duluan ke dalam rumah.

Athan langsung mengikuti langkah Revan sambil terus menahan tawanya.

"Kok lo gak bales chat gue?" Tanya Revan menarik baju Athan untuk duduk di sampingnya.

"Hehe males balesnya, mending gue langsung kesini aja." Jawab Athan terkekeh kecil.

Revan hanya mengangguk memaklumi Athan yang selalu malas membalas pesan.

"Lo mau ngomongin apaan, Bang?" Tanya Athan yang sejak tadi sudah penasaran.

"Soal hubungan Nadia sama Nathan, lo udah tau?"

Athan terdiam tak bisa menjawab, entahlah rasanya sakit jika harus menjawabnya.

"Kenapa lo gak kasih tau gue? Kalo mereka berdua pacaran?" Pertanyaan Revan membuat Athan melotot kaget, dia tidak salah dengar kan? Pacaran? Nadia pacaran?!

"Demi apa mereka pacaran?!" Bukannya menjawab Athan malah balik bertanya.

"Jangan ngegas dong, tadi siang Nadia yang bilang sama gue." Jawab Revan membuat Athan menghela nafasnya.

Athan yang berjuang agar bisa membuat Nadia tertawa dan percaya lagi pada cinta mengapa Nathan yang bisa masuk ke hatinya?

Benar kata Dirga, mungkin Athan dan Nadia hanya ditakdirkan hanya untuk menjadi teman tak lebih.

"Lo masih mau berjuang atau mundur?" Tanya Revan menatap Athan yang langsung terlihat murung.

Athan tersenyum miris lalu menggeleng pelan dia bingung harus bagaimana, tetap maju atau mundur?

"Gue bingung mau ngapain, kalo gue maju berarti saingan gue Kakak sendiri tapi kalo gue mundur percuma dong perjuangan gue?"

"Itu terserah lo,Than. Gue cuma takut Nathan punya maksud lain, dia sengaja deketin Nadia buat bales gue." Kata Revan menghembuskan napas lelahnya.

"Bales gimana?" Tanya Athan bingung.

"Gue sama Nathan musuhan sejak dua tahun yang lalu itu gara-gara cewek, dan gue gak mau kejadian itu terjadi lagi." Jawab Revan memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Lo jangan pikirin lagi ya, gue bakal terus berjuang demi lindungi Nadia dari Nathan."

Athan hanya sedikit tau tentang masa lalu keduanya yang begitu kelam dan itu membuat Revan depresi selama beberapa bulan.

Bagaimanapun Athan tak pernah rela jika Nadia bersama Nathan, bodo amat jika Athan jadi perusak hubungan orang toh yang salah kan Nathan suruh siapa dia nikung Athan?

⏸️⏸️⏸️

"Kak Nathan udah lama ya temenan sama Bang Revan?" Tanya Nadia sambil memakan siomay.

"Iya udah lama, kita temenan dari kelas 6." Jawab Nathan dengan senyumannya yang manis.

Nadia hanya mengangguk saja lalu sibuk melahap habis siomay nya.

"Hubungan kamu dengan Athan gimana?"

Uhuk Uhuk

"Baik-baik aja kok, kita dari dulu hanya temenan gak lebih." Jawab Nadia masih terbatuk-batuk.

"Kamu emang anggap Athan temen tapi dia kan anggap kamu lebih dari itu." Kata Nathan menatap Nadia dengan senyumannya.

Nadia tersenyum manis lalu menyahut. "Kenapa emangnya? Kakak cemburu ya?"

"Jelas dong aku cemburu."

Keduanya tertawa satu sama lain sampai-sampai tak menyadari ada Athan di sebrang mejanya.

Tadi Athan langsung berangkat untuk menyusul Nadia dan Nathan kesini, tapi sekarang Athan menyesal telah datang kesini.

Sakit sih sebenarnya tapi Athan tak bisa melakukan apa-apa hanya bisa menatap miris keduanya.
















Ada yang sangka kalo Nathan yang nikung?

Sakit gak sih kalo kalian di posisi Athan?

Athan ganteng-ganteng sadboy wkwkwkwk

Ada pertanyaan?

Buat Nadia?

Buat Athan?

Buat Revan?

Or Buat Nathan?

See you next part🔼

[HLS 1] TEMAN CURHAT [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang